Mengaku Dipaksa Akui Ibunya Covid-19, Wanita di Pasuruan Curhat di Facebook

Konten Media Partner
4 Agustus 2020 23:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Pasuruan, Kabarpas.com – Tirani Ika Pratiwi, seorang wanita berusia 35 tahun asal Desa Pleret, Kecamatan Pohjentrek, Kabupaten Pasuruan membuat heboh warganet. Itu setelah ia menulis curhatannya melalui akun facebook miliknya Tea Ranich.
ADVERTISEMENT
Dalam postingan di akun facebook Tea Ranich tersebut, Tirani mengaku dipaksa oleh pihak RSUD dr Soedarsono untuk mau mengakui kalau ibunya adalah pasien Covid-19. Berikut tulisan panjang Tirani di akun fb pribadi miliknya itu:
Saya bukan tipe orang yang suka berargumen dan saya juga bukan penulis.tapi pengalaman ini ingin membuat saya menulis berbagi kisah agar mungkin bisa menjadi pengalaman buat yang lain.sebelumnya sy mohon maaf tanpa sengaja menyinggung pihak Laen saya hanya ingin menceritakan pengalaman pribadi sesuai yang sy rasakan.
Ibu saya memang sudah lama sering sakit beliau mempunyai riwayat diabetes tinggi.hari itu tidak biasa mengeluh panas demam seperti sakit sebelumnya sudah sering seperti itu tapi membaik dengan sendirinya.kali ini setelah d tes diabetnya tinggi 500 .hari itu sy panik..sy bawa k sebuah klinik d desa karena berita ttg Corona membuat sy takut membawa ibu sy ke rumah sakit terbesar d kota ku terlebih lagi berita viral yg terjadi kemarin saat kasus jenazah di jemput paksa oleh warga.
ADVERTISEMENT
Selasa,28-07-2020 jam 15.30 saya bawa ibu saya ke klinik bukan ke rumah sakit. Seperti biasa d rawat biasanya pake Askes kali in pake umum ..tidak apalah yang penting ibu sehat dari pada harus Askes tapi d coronakan.
Kamis,30-07-2020 jam 11.30 di pihak klinik swasta sesuai anjuran dokter sy mengantar ibu sy ke laboratorium untuk periksa lebih detail.dokter menyarankan untuk ronsen Krn di duga panas ibu bersumber dari paru-paru.meski tidak merasa sesak karena sebelumnya juga tidak pernah menderita penyakit paru-paru.hasil ronsen baru akan keluar Senin
Jumat,31-07-2020 saya tetap menemani ibu saya d klinik meski kondisi sy juga sakit waktu itu.sy mengajukan pulang paksa karena saya pikir selama beberapa hari disini ibu tetep tidak sembuh total hanya sedikit membaik dan biaya juga semakin membengkak.ini juga permintaan beliau karena beliau ingin istirahat di Lumbang tempat kelahirannya.
ADVERTISEMENT
Sabtu,01-08-2020 saya meminta dokter untuk memulangkan ibu.karena keadaan sudah cukup baik meski belum sembuh total dokter menyetujui.
Jam 15.00 ibu diantar ke Lumbang dengan sepeda .beliau ckup kuat ditengah sakitnya masih bisa bertahan sampai d tempat tujuan.
Jam 23.30 sy dpt telpon dr keluarga Lumbang kalo nafas ibu sudah sesak bahkan tidak sadar.tengah malam sy panik spontan langsung naik grab mobil menjemput ibu sy untuk d larikan kerumah sakit d keraton.
Minggu ,02-08_2020 jam 03.00 sy membawa ibu ke rumah sakit dikraton sampai sana hanya dikasih oksigen dan tidak dilakukan tindakan apa2.petugas medis menyarankan membawa kerumahsakit yang lebih lengkap.karena tidak ada alat untuk paru paru.setengah keadaan bingung sy terpaksa membawa ke rumah sakit viral itu .berharap cemas dan melupakan kejadian tentang kemarin yang sempat viral.ketakutan ku AQ tepis demi kesembuhan ibuku.
ADVERTISEMENT
Jam 03.30 langsung di IGD dan ibuku langsung di larikan d kamar isolasi dan ini awal dari penyesalanku ..
Dokter : sudah berapa hari ibunya sakit?
AQ: sy ceritakan gejala awal BLA BLA sampe akhir
Dokter: menurut gejala sakit yg ibu derita ada indikasi terkena virus covid.tapi nanti kita cek lebih lanjut
Jam 05.00 sy mencoba mengintip ruang isolasi tidak ada tanda ibu bergerak sy pasrah tapi hasil belum keluar.
Saya dipanggil di ruangan
Dokter : mbak gimana apa anda bersedia ibu anda kami tangani secara covid tapi kalo meninggal harus siap menjalani pemakaman secara covid.sy minta tanda tangan persetjuan kalo anda tidak setuju silahkan bawa pulang ibunya kami tidak akan melakukan tindakan apa2.
ADVERTISEMENT
AQ: bentar dok sy masih rundingan sama keluarga
( dengan sedikit ngeyel)d cek dulu dok ibu sy diabet jangan panas dkit langsung ke covid cek lab dulu karena sy SDH cek lab hasil masih Senin kluar.
Dokter: kita tetep cek tapi tetep melakukan tes sesuai protokol kesehatan yg d anjurkan pemerintah .apabila anda setuju apa bersedia di tangani secara covid jika meninggal harus d makamkan secara covid.
AQ: hasil tes nya belum kluar ko sudah harus di covidkan dulu sy mau liat hasilnya dulu baru setelah itu saya setuju jika dilakukan tindakan sesuai protokol covid tapi kalo ibu sy bukan terinveksi covid sy tidak setuju jika jenazah harus d tangani seperti covid.
ADVERTISEMENT
Dokter: ya sudah anda menolak berarti silahkan ibunya jangan d bawa kesini kita ga mau melakukan tindakan apa2
AQ; (masih nego)kalo sy tanda tangan tindakan apa yg d lakukan rumahsakit untuk menolong ibu saya
Dokter: cuma kita kasih oksigen
AQ: kalo hanya sekedar oksigen itu artinya tidak ada tindakan apa2 dr sini sama aj dengan membiarkan ibu sy meninggal.ya sudah mending sy bawa pulang ibu sy dan sy tetap TDK mau tanda tangan karena hasil lab nya juga non reaktif dan ibu sy tidak terkena covid
Melihat penolakan saya dokter langsung berkata
Dokter : maaf ibu anda sudah meninggal
AQ: sy tau ibu sy sudah meninggal drtd kenapa harus sy d paksa tanda tangan seolah2 masih harus d ksh tindakan.dan d srt itu mengiyakan kalo jenazah terinfeksi covid..sy BKN org pintar dok to sy bisa baca hasil tes nya negatif tp knp harus sy menyetujui jika ibu sy covid hanya karena gejala panas dan sesak.tentunya semua orang sakit juga mengalami panas.
ADVERTISEMENT
sebuah pertanyaan yang mungkin bisa hanya dengan UANG yang mejawab semua ini. Kenapa…kenapa dan kenapa? Harus menyetujui secara covid sekalipun bukan terinveksi covid.
Kalo sudah meninggal kenapa tidak bilang dari tadi knp harus berpura2 masih akan melakukan tindakan pertolongan hanya demi sebuah tanda tangan kalo sy menyetujui jenazah terkena covid .
Dr awal sy sudah menolak melakukan tindakan apapun karena memang hasil tes negatif. Setiap orang sakit pasti panas apalagi orang yang mengalami sakratul maut nafas pasti setengah sesak . bukan berarti semua d sama ratakan dengan covid .
Dokter; menjawab BLA BLA panjang dan tidak masuk akal . Ya Bu dikawatirkan kalo pas mau dikubur virusnya menyebar.berarti ibu msh menolak pemakaman secara covid .
ADVERTISEMENT
AQ: dokter dr awal sy sudah menolak dilakukan tindakan sekarang sudah meninggal tanpa tindakan apa2 masih mau menawarkan sistem pemakaman covid .
Karena yang sy tahu ibu sy d sana tidak di kasih tindakan apa apa hanya oksigen yang melekat dimulut untuk membantu pernafasan.
Setelah mendengar ibu meninggal sy pun ihlas tapi masalah tidak berhenti sampai di sini.
Saat mengambil jenazah pun sy masih harus dipaksa menandatangani surat yang menyatakan ibu saya covid tetapi saya tetap menolak.pengambilan jenazah dipersulit.saya bersedia menjalani protokol pemakaman sesuai dengan anjuran pemerintah bukan berarti isinya harus mengiyakan ibu sy terkena covid dan bersedia dimakamkan di TPU tempat pemakaman covid..
Untung nya saudara dr Lumbang langsung bisa mengurusi ijin tempat pemakaman di Lumbang lewat Kapolsek lumbang jika tidak bisa mau ga mau sy harus terima ibu sy d makamkan di TPU pemakaman covid.mau melawan pun percuma karena kamar mayat sudah d jaga polisi mungkin takut sy mengerahkan massa seperti kemarin.
ADVERTISEMENT
Sy ihlas memang in takdirnya cuma sy ingin berpesan mungkin teman teman yg mengalami sakit atau saudaranya jangan sampai mengalami kejadian seperti sy.pikir sekali lagi jika ingin membawa keluarga kerumah sakit ….dan jangan sekali kali langsung menyetujui isi dan tanda tangan yang menyatakan covid.
Karena walau sy tidak menyetujui pun dan tanda tangan penolakan tetap saja jenazah harus d makamkan secara covid.
Bahkan sampai saat ini saya masih bertanya banyak yang mengganjal dipikiran saya
1. Jam 03.00 masuk kamar isolasi awalnya lampu hidup saya bisa melihat d kejauhan Dy berjuang selang satu jam ketika saya melihat dari luar lampu sudah di matikan .apa sudah meninggal kenapa langsung d matikan dan jam 05.00 saya liat lagi sudah dalam keadaan tidak bernafas karena saya sempat mengambil Vidio dari jarak jauh.jam 06.00 masuk ruangan IGD dokter menawarkan penanganan walau sebenarnya ibu sy sudah meninggal ketika saya menolak baru sy d kasih tau kalo sudah meninggal
ADVERTISEMENT
2. Ketika pengambilan jenazah pun kenapa masih di paksa menandatangani jika jenazah terkena virus covid sedangkan hasilnya lab negatif dari awal juga sudah melakukan penolakan juga masih tetap melakukan pemakaman secara covid dan bukti negatif hasil lab pun tidak diijinkan untuk difoto.
3.pemakaman tetap dijalankan hanya saja yang memakamkan jenazah tetap dari pihak keluarga dan harus memakai perlengkapan APD.
4.isi surat pengambilan jenazah yang pertama menyatakan jenazah terkena covid tapi tidak sy setujui karena memang hasil lab negatif ..surat kedua berisi bersedia d makamkan d TPU pemakaman khusus covid juga saya tolak karena sy dan keluarga punya tempat peristirahatan sesuai permintaan almarhumah di Lumbang.kemudian saya tetap tanda tangan bersedia memenuhi prosedur pemakaman covid dari pemerintah dengan catatan tanpa ad keterangan yang menyatakan jenazah terkena covid dan kedua tempat pemakaman kita yang menentukan bukan dari pemakaman covid.
ADVERTISEMENT
Teruntuk anda yang memaksa saya menandatangani itu semua …selamat uang insetif anda cair.saya yang berlinang anda yang bergelimang. (ajo/gus).