Berkunjung ke Panglipuran, Peraih Award Pariwisata Berkelanjutan

Konten Media Partner
9 November 2018 18:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Berkunjung ke Panglipuran, Peraih Award Pariwisata Berkelanjutan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
BANGLI, kanalbali.com --- Kali ini tim Kanalbali.com menyusuri kabupaten Bangli, tepatnya ke desa adat Penglipuran yang berada di desa Kubu, sekitar 1 jam perjalanan dari arah Denpasar.
ADVERTISEMENT
Lokasi wisata ini juga cukup dekat dengan destinasi wisata Pura Kehen. Berada disekitar ketinggian 600-700 meter dari permukaan laut membuat udara di wilayah ini sangat menyegarkan begitupun saat musim hujan curah hujan lebih deras jika dibandingkan dengan wilayah Bail lainnya.
Keramahan masyarakat Penglipuran membuat siapapun akan betah berlama-lama disini, begitupun dengan desanya yang sangat bersih dan tertata dengan rapi. Tak salah jika ditahun 2016 desa ini didapuk sebagai desa terbersih nomor tiga di dunia.
Tak sampai disana setahun setelahnya, desa Penglipuran kembali meraih penghargaan Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) dari Kementrian Pariwisata Indonesia dengan penghargaan peringkat terbaik dalam katagori Pelestarian Budaya.
ADVERTISEMENT
Secara harafiah, Penglipuran berarti tanah leluhur yang dibuat menghibur dan mengingat budaya leluhur. Desa Pnglipuran memiliki luas 112 hektar yang terdiri dari sentral oemukiman penduduk seluas 9 hektar, dikavling menjadi 76 pekarangan rumah, KKnya 240 keluarga dan jumlah penduduk total 115 ribu dan 77 karang adat.
Dikelilingi hutan bambu 45 hektar. "Jadi 40 prsen lebih wilayah kita itu hutan bambu, merupakan pelindung desa kami. Sedangkan 55 hektar berupa tegalan atau ladang, sisanya fasilitas umum 3 hektar,” kata Nengah Moneng selaku Ketua Pengelola Desa Penglipuran.
Meski ditetapkan sebagai desa konservasi, desa wisata tersebut tidak menolak dengan adanya pengaruh modern terbukti dari adanya perubahan bahan material bangunan di desa tersebut, khususnya perumahan warga. Meski demikian warga setempat tidak mengubah bentuk bangunan sebab keinginan melestarikan dan mengembangkan budaya adalah alasan untuk hal itu.
ADVERTISEMENT
Harga ticke masuk ke tempat ini sekita Rp 15 ribu/ orang dan anak-anak Rp 10 ribu/ orang berlaku untuk warga negara Indonesia atau lokal sedangkanRp 30 ribu untuk orang dewasa dan Rp 25 ribu untuk anak-anak berlaku untuk wisatawan asing.
Disini, kalian bisa menemukan beberapa spot menarik untuk selfie yakni gerbang pintu masuk rumah warga, bambu forest yang terletak di belakang desa, dan tentunya jalan uatam menuju pura desa yang sekaligus menjadi pemisahkan antara rumah warga.
Kalian merasa haus? Cukup masuk ke rumah-rumah warga untuk mendapatkan sebotol minuman khas Penglipuran yakni Loloh Cemcem, rasanya sedikit asem namun tetap menyegarkan.
Tempat wisata ini juga telah memiliki system pengolahan sampah sehingga plastik dan anorganik semua bisa diolah sedemikian rupa. Tidak sampai disana, jika kalian hendak merasakan indahnya malam di desa ini, Penglipuran juga telah dilengkapi dengan Home Stay dengan total kamar kurang lebih sekitar 30 kamar. (kanalbali/GAN)
ADVERTISEMENT