Bibit Cendana, Tanda Cinta Gunung Agung

Konten Media Partner
15 Februari 2018 5:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bibit Cendana, Tanda Cinta Gunung Agung
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
TANAM- Warga langsung ikut melakukan penanaman bibit Cendana (kanalbali/DOK CI)
ADVERTISEMENT
KARANGASEM, kanalbali.com – Perhatian ke Gunung Agung saat ini masih di seputar kondisi pasca erupsi termasuk soal penanganan pengungsi. Namun tepat di Hari Valentine, Rabu 14 Februari 2018, warga Desa Dukuh dan Tulamben mendapat tanda cinta yang berbeda.
Sebanyak 510 bibit Cendana (Santalum album) didistribusikan kepada kelompok tani yang berada di kaki gunung itu. Kegiatan ini sebagai bagian dari program Reforestasi Bentang Alam Gunung Agung yang diinisiasi Conservation International (CI) Indonesia bekerjasama dengan pihak terkait.
Bibit Cendana merupakan bantuan BPDASHL Unda Anyar, yang disemaikan dari biji yang berasal dari NTT. Cendana umumnya tumbuh di habitat dengan iklim kering dan tanah berpasir, cocok ditanam di desa Dukuh dan Tulamben. Selain kelebihannya yang sesuai dengan lingkungan setempat, cendana juga memiliki potensi ekonomi, utamanya dari ekstrak minyak esensialnya.
ADVERTISEMENT
Dari segi konservasi, cendana masuk dalam kategori ‘rentan’ dalam daftar IUCN Red List of Threatened Species yang menjadikan program penanaman ini juga sebagai langkah kontributif untuk pelestarian tumbuhan ini.
Bibit Cendana, Tanda Cinta Gunung Agung (1)
zoom-in-whitePerbesar
PERHUTANAN- Warga mendapat sosialisasi mengenai perhutanan sosial (kanalbali/DOK CI)
Program reforestasi yang dilakukan ini ada dalam pendekatan besar ridge to reef (Nyegara Gunung), yang juga merupakan bagian dari nilai budaya masyarakat Bali, dengan konsep inti bahwa gunung dan laut adalah saling terhubung dan merupakan satu-kesatuan. Sebagai satu ekosistem pulau kecil, Bali memerlukan pendekatan pengelolaan pembangunan yang memperhatikan keterhubungan ekologi darat-laut. Bali membutuhkan hutan yang lestari untuk menjamin laut yang sehat dan produktif.
“Reforestasi bentang alam Gunung Agung, sebagai sistem penopang kehidupan yang perlu dilestarikan dan dikelola secara berwawasan lingkungan dan seimbang antara konservasi dan ekonomi. Kegiatan hari ini sebagai simbol kasih kita dalam merawat alam,” jelas Iwan Dewantama, Manager Program Bali CI Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut Wayan Arimbawa dari UPT KPH Bali Timur, tidak hanya pemerintah yang berperan terhadap lingkungan tetapi juga masyarakat. “Ada dua elemen paling penting yang diberikan tumbuhan untuk kita, yaitu air dan udara. Dengan menanam pohon, berarti menyelamatkan lingkungan dan kehidupan Anda,” terangnya.
Selain pembagian bibit Cendana, dilaksanakan pula Sosialisasi Perhutanan Sosial oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Bali Timur di Desa Dukuh. Sosialisasi dilaksanakan sebagai langkah awal integrasi program reforestasi dengan Program Perhutanan sosial.
Perhutanan Sosial merupakan sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan di kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraanya, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 Tentang Perhutanan Sosial. Desa Dukuh terletak bersebelahan dengan hutan lindung, dan potensial untuk mendapatkan Hak Pengelolaan Hutan Desa melalui program Perhutanan Sosial.
ADVERTISEMENT
“Kami menyambut antusias kesempatan yang ditawarkan dalam program Perhutanan Sosial ini untuk dapat mengelola hutan negara guna menunjang kesejahteraan warga desa, dan ikut berperan dalam menjaga kelestarian hutan” ujar Nengah Arka, Ketua Kelompok Tani Hutan Legundi Lestari Indah di Desa Dukuh.
Kedua desa ini memiliki area lahan kritis cukup tinggi, yang kondisinya harus diperbaiki guna membangun kelestarian ekosistem darat dan ekosistem laut setempat, serta meningkatkan sosial ekonomi komunitas lokal. Area tutupan pohon di kedua desa ini perlu ditingkatkan agar tanah dan air terpegang dengan lebih baik ketika musim hujan, dan kondisi lokal yang kering dan tandus dapat menjadi lebih baik sebagai target jangka panjang. (kanalbali/RFH)