Caleg Banyak Penyakit, Anak Muda Perlu Lebih Banyak Informasi

Konten Media Partner
20 Januari 2019 10:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Diskusi ‘Suka Duka di Tana Bali’
Diskusi 'Suka Duka di Tana Bali' di Taman Baca Kesiman, Sabtu (19/1) - kanalbali/LSU
DENPASAR, kanalbali.com – Menjelang Pemilu 2019 yang salah-satunya adalah Pemilu Legistatif, banyak Caleg bermunculan. Ada yang sudah karatan, banyak pula yang masih culun dan baru. Nah, forum diskusi ‘Suka Duka di Tana Bali’ berusaha menghadirkan sebagian dari mereka. Temanya “Seleg Nyaleg, Gumi Enteg”. Sayang memang, caleg yang datang sangat sedikit sekali. Namun sambung rasa yang seru justru terasa karena caleg dan mantan caleg punya leluasa menyampaikan unek-uneknya. Seperti I Wayan Setiawan, mantan caleg dari partai PKB mengaku bahwa awalnya terjun kedunia politik sebab ia sangat mencintai politik. “Politik membuat saya mempunyai banyak teman dari sabang sampai merauke”, tuturnya. Ia mengatakan bahwa harus mengambil peran atau terlibat secara langsung dalam dunia politik, minimal sebagai pemilih aktif. “Jika semua caleg dianggap jelek, maka pilihlah yang minim penyakinya. Jangan pilih yang sudah memiliki penyakit stadium 4, cari yang mudah diobati seperti panu. Tentunya hal ini hanya perumpamaan saja dalam menentukan Caleg yang akan dipilih” ungkap laki-laki yang gemar bertarung ayam ini.
ADVERTISEMENT
Senada dengan hal tersebut, Gung Indra yang merupakan Caleg muda dan masih berstatus sebagai seorang Mahasiswa Fakultas Hukum, berasal dari PSI menuturkan bahwa dirinya mencalonkan diri sebagai Caleg karena merasa seorang anak muda perlu masuk kedalam dunia demokrasi. “Anak muda memiliki jiwa yang lebih semangat untuk mengajak anak muda lainnya agar tidak antipasti terhadap dunia politik serta demokrasi di negara ini”, katanya. Salah satu anak muda yang ikut hadir I Putu Teja Artawan, mengatakan bahwa dirinya memang suka membicarakan tentang politik. Terlebih lagi saat ini kita akan menyambut Pemilu. “Kita perlu tahu siapa saja calon calonnya, apa visi dan misinya, sehingga tidak ada keraguan untuk memilih seorang wakil rakyat”, tutur mahasiswa jurusan arsitektur ini. Teja juga menambahkan bahwa anak-anak muda seusianya sangat minim pengetahuan mengenai Caleg yang mereka akan pilih. Kurangnya informasi dan edukasi yang menurut Teja membuat teman-teman sebayanya menjadi banyak yang acuh terhadap demokrasi di Indonesia. “Kalau nanti Pemilu tiba, palingan mereka banyak yang memilih Caleg berdasarkan himbauan dari orang tuanya saja, atau bahkan akan banyak yang golput”, katanya. Disini seharusnya masing-masing caleg tahu apa yang harus dilakukan agar informasi yang ingin disampaikan dapat diterima oleh anak-anak muda, “Ya kalau kita mainnya diinstagram, Caleg harus mengikuti itu, jangan sampai mencalonkan diri tapi banyak yang tidak tahu visi misinya, sehingga tidak banyak anak muda yang golput saat pemilihan Calon Legislatif hanya gara-gara tidak tahu siapa saja calonya”, tutupnya. Sementara Anton Muhajir dari Balebengong menuturkan, tema diskusi ini berawal dari diskusi kecil mengenai apa yang akan kami angkat dibulan ini, dan sepertinya isu tentang politik sangat hangat untuk diperbincangkan. Sebab masyarakat perlu tahu siapa wakil mereka nanti yang akan duduk dikursi Legeslatif. “Belakangan banyak wajah-wajah asing mendadak memenuhi ruang public kita sehari-hari”, katanya. Stiker, poster, spanduk dan baliho berisi wajah-wajah memohon doa restu sebagai calon legislatif (caleg). Untuk mengetahui siapa mereka, apa tujuannya maju sebagai caleg, berapa modalnya, dan apa urusan mereka meminta doa restu,” sebutnya. (kanalbali/LSU)
ADVERTISEMENT