Diharap Menginspirasi Anak Muda, Kiprah Aktivis Perempuan Bali Dibukukan

Konten Media Partner
18 Agustus 2022 12:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Editor dan penulis buku Aktivis Perempuan di Bali: Siapa Dia?. Ki-ka: Luh Putu Anggreni,  Sita Thamar van Bemmelen ,Ni Luh Putu Nilawati, Luh Riniti Rahayu dan Gusti Agung Yuli Marhaeningsih- IST
zoom-in-whitePerbesar
Editor dan penulis buku Aktivis Perempuan di Bali: Siapa Dia?. Ki-ka: Luh Putu Anggreni, Sita Thamar van Bemmelen ,Ni Luh Putu Nilawati, Luh Riniti Rahayu dan Gusti Agung Yuli Marhaeningsih- IST
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
DENPASAR, kanalbali.com – Sebuah buku yang merekam perjalanan 11 aktivis perempuan Bali diluncurkan pada Selasa (17/8/2022). Buku berjudul 'Aktivis Perempuan di Bali: Siapa Dia?' terbitan LSM Bali Sruti itu diharapkan akan menginspirasi kalangan anak muda dalam meneruskan perjuangan mereka.
ADVERTISEMENT
Buku ini sekaligus untuk membiasakan para aktivis menuliskan kisah dan gagasan mereka,” kata Editor buku Sita Thamar van Bemmelen.
Adapun 11 aktivis yang terlibat adalah Luh Putu Anggreni, Luh Riniti Rahayu, Anak Ayu Sri Wahyuni, Yohannah Agustina Pandhi, Anny Pratiwi, Ni Luh Putu Nilawati, Gusti Agung Yuli Marhaeningsih, Eka Shanti Indra Dewi, I Gusti Ayu Diah Yuniti, Ni Luh Gede Yastini, dan Linda Yupita.
Mereka masing-masing diberikan kesempatan untuk menuliskan kisah hidupnya sendiri serta kiprahnya menjadi seorang aktivis. Termasuk, kasus-kasus yang pernah dihadapi dan upaya mereka menyelesaikannya.
“Sebenarnya kami mengundang sedikitnya 24 orang aktivis untuk menulis, tapi pada tahap awal ini baru 11 orang yang bisa ikut serta,” kata Direktur LSM Bali Sruti, Luh Riniti Rahayu.
Diskusi dan peluncuran buku di Kantro LSM Bali Sruti, Denpasar, Bali - IST
Jurnalis senior Rofiqi Hasan yang diminta mengulas buku ini menyatakan, upaya mengangkat dan mendokumentasikan kiprah aktivis perempuan di Bali merupakan hal yang penting.
ADVERTISEMENT
“Buku ini akan mempermudah upaya mewariskan pengetahuan dan nilai perjuangan di tengah kultur kita yang masih sangat patriakhis,” katanya.
Menurutnya, buku ini memberikan pemahaman yang baru bahwa istilah aktivis bukan hanya bisa dilekatkan pada mereka yang berasal dari kalangan LSM. Tapi juga secara umum adalah bagi mereka yang mengabdikan dirinya di luar bidang profesinya untuk kepentingan publik yang lebih luas.
Mengenai pendekatan penulisan buku yang menekankan ketokohan dari subyek yang sekaligus menjadi penulisnya, menurutnya, hal itu bukan masalah.
“Memang ada subyektifitas disitu, tapi banyak hal yang selama ini tak diketahui oleh publik pun banyak diungkap, khususnya mengenai latar belakang mereka menjadi aktivis,” jelasnya.
Namun demikian, Pemimpin Redaksi Kanalbali.com ini menilai, akan lebih baik bila buku ini dilengkapi dengan pandangan obyektif oleh penulis dari luar. Yakni, untuk melihat pemetaan aktivis perempuan bukan hanya dari segi ketokohan tapi juga soal agenda dan pola aksinya.
ADVERTISEMENT
Tinjauan yang lebih obyektif juga akan memungkinkan pengungkapan secara lebih terbuka hal-hal yang diantara para aktivis sendiri sering menimbulkan perdebatan. Seperti soal kebijakan politik afirmasi dan kedudukan perempuan dalam adat Bali. (kanalbali/RFH)