Dikarantina Biaya Sendiri di Bali, PMI dari Myanmar Protes

Konten Media Partner
4 Juni 2020 11:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana saat PMI dari Myanmar dikarantina - IST
zoom-in-whitePerbesar
Suasana saat PMI dari Myanmar dikarantina - IST
ADVERTISEMENT
Sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang baru pulang Myanmar melewati Bali kini tengah menjalani karantina di salah satu hotel di kawasan Kuta, Bali. Proses karantina yang dijalani ke 19 WNI itu tak gratis alias berbayar.
ADVERTISEMENT
"Semuanya bayar, mulai dari tempat menginap di hotel, test swab dan lainnya. Kami kaget, dan bertanya-tanya. Sebab, setahu saya kalau WNA baru bayar, kami kan WNI," kata salah satu WNI itu, Bayu Maulana, saat dihubungi melalui sambungan seluler, Rabu (4/6).
Bayu bercerita, awalnya ia bersama WNI yang lain sempat terjebak selama sebulan di Myanmar lantaran negara itu melaksanakan lockdown. Namun, pada tanggal pada 15 Mei lalu, KBRI di Yangon mempublikasikan kabar berita tentang 'relief flight' dari Yangon ke Bali-Sydney yang direncanakan untuk terbang pada Sabtu (30/5).
"Setelah semua syarat lengkap, saya berangkat ke Indonesia pada tanggal 30 mei jam 7 pagi. Jurusan pesawat Bali dan Sydney. Isi penumpang di pesawat saya tidak tau betapa total, tapi ada yang pergi ke Sydney, pulang ke Bali dan transit di Bali," papar Bayu.
ADVERTISEMENT
Setelah tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai di Hari yang sama, Bayu mengaku diminta oleh petugas untuk mengisi sejumlah berkas seperti biodata dan sejarah perjalanan selama 14 hari terakhir. Setelah mengisi form pada berkas yang telah ditentukan itu, ia kemudian dijemput oleh sejumlah orang yang mengatakan ia bersama WNI yang lain diharuskan karantina di Bali.
"Kami dijemput oleh sejumlah olah yang mengatasnamakan dirinya relawan KPI. Lalu kami yang total 47 orang yang rencana pergi ke kampung halaman, di stop, dan di haruskan karantina di hotel. sesampainya kami di hotel, kami langsung di beritahu, per malam bayar 350 ribu. Jujur Saya kaget sih, karena kami semua tidak tau kalau kami harus bayar," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain biaya hotel, biaya lain yang harus dikeluarkan oleh Bayu dan sejumlah WNI yang lain adalah biaya test swab sebesar Rp. 900 ribu. Padahal, sebelum proses kepulangan menuju Indonesia, tak ada penjelasan sama sekali perihak pembiayaan yang harus dikeluarkan.
"Saya terjebak di Myanmar hampir 2 bulan. Teman - teman di sini juga ada yang sudah tidak kerja di Myanmar, dan tidak digaji, harus bertahan sampai kami bisa pulang. Terus pada saat tiba disini disuruh bayar hotel Rp. 350 ribu permalam sampai 14 hari, biaya swab Rp. 900 ribu, bus buat antar test Rp. 200 ribu, itu berat sekali," tuturnya.
Di tengah situasi seperti itu, Bayu bersama teman-temannya yang kini menjalani proses karantina berharap agar pemerintah pusat atau pemerintah provinsi Bali bisa memperhatikan kejadian yang menimpa mereka.
ADVERTISEMENT
"Saya pribadi sangat sedih, karena tidak ada surat edaran yang mengharuskan kami harus bayar semua, hanya disuruh bayar dan bayar lagi tanpa koordinasi sebelumnya, dan itu tidak sedikit. Jadi seperti aturan ini datang dari mana, saya juga tidak tahu," terang Bayu.
Dikonfirmasi terpisah, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Bali mengaku mengetahui adanya kedatangan WNI yang baru tiba dari Myanmar. Namun, kedatangan WNI itu dibawah kendali salah satu agen.
"Dibawah kendali agen karena mereka PMI non bali dan akan melanjutkan pulang ke daerah asal," ujar Sekretaris Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Bali, Made Rentin. Namun, ditanya mengenai pembiayaan yang dikeluarkan serta agen yang bertanggung jawab terkait kedatangan, Rentin tak memberikan penjelasan. (Kanalbali/ACH)
ADVERTISEMENT