news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Duh, 58 % Angkatan Kerja di Indonesia Cuma Lulusan SD dan SMP

Konten Media Partner
9 Oktober 2018 5:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Duh, 58 % Angkatan Kerja di Indonesia  Cuma Lulusan SD dan SMP
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
MENAKER Hanif Dhakiri (Dok.Kumparan)
DENPASAR, kanalbali.com -- Indonesia menghdapi tantangan berat dalam masalah ketenagakerjaan. Salah-satunya, dari 133 juta angkatan kerja di Indonesia ternyata masih didominasi lulusan SD dan SMP.
ADVERTISEMENT
"Lebih dari 58 persen itu lulus SD dan SMP. Jadi Indonesia harus membangun, harus sejahtera, modal dasarnya adalah 58 persen lulusan SD dan SMP dari angkatan kita ini, ini kan tantangan," ujar Menteri Ketenagakerjaan M. Hanif Dhakiri membuka secara resmi Forum Hubungan Industrial Penguatan Menghadapi Tantangan di Era Revolusi Industri 0.4, di Sanur, Denpasar, Seni (8/10).
Menurut Hanif, tantangannya adalah bagaimana membuat angkatan kerja tersebut dilengkapi skill yang baik, produktif dan mbisa berkarir dalam pekerjaan."Itu tantangan terbesarnya. Jadi suka nggak suka itu bahan baku kita, suka nggak suka Indonesia harus tetap maju dan sejahtera," katanya
"Makanya pemerintah tidak bisa sendiri Pemerintah harus bersama-sama dengan dunia usaha dan dengan teman-teman serikat pekerja dan elemen masyarakat civip lainnya," tambah Hanif.
ADVERTISEMENT
Hanif juga menjelaskan, untuk angka pengangguran nasional saat ini mencapai 5,1 persen. Hal tersebut, menurutnya angka paling rendah sejak Indonesia memasuki reformasi."Jadi trendnya menurun, kemiskinan juga menurun, ketimpangan sosial juga menurun. Jadi perjalanan kita selama 4 tahun terakhir dibawa kepemimpinan Bapak Jokowi ini, kemajuan-kemajuan kita capai termasuk kebutuhan tenaga kerja," jelasnya.
Dia menjelaskan, bahwa kegiatan tersebut dalam rangka mencari solusi dalam dialog nasional yang mempertemukan pemerintah dan serikat pekerja untuk membahas isu-isu kontemporer di bidang ketenagakerjaan dan sekaligus tantangan terhadap revolusi Industri. 
"Kaitannya nanti dengan penyiapan tenaga kerja skill dan dengan perubahan pola hubungan kerja yang tentunya juga ini menuntut terobosan dari pemerintah dari dunia usaha dan lainya," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Untuk target kedepannya, Hanif menyampaikan ada sebuah pemetaan yang baik, pada tantangan dari revolusi industri tersebut, yang berkaitan dengan masalah-masalah hubuangan industrial."Misalnya soal hubungan kerja, lalu masalah PHK, kemitraan dan pengupahan dan segala macamnya," imbuhnya
Kemudian, kedepannya juga bagaimana mengatasi jika ada perubahan dalam sistem industri dalam perkembangan teknologi atau penggunaan teknolgi informasi."Disini yang kita diskusikan tantangan masa depannya," jelas Hanif.
Hanif juga menjelaskan, bahwa hubungan kerja saat ini, juga banyak yang tidak clear seperti kemitraan dan lain- lainnya."Seperti teman-teman media ada yang disebut koresponden atau stringer itu kan harus diskusikan dan dicarikan solusinya agar perlindungan terhadap tenaga kerja kita ini bisa dilakukan secara optimal. Kita sekarang diskusikan dan kita kaji dulu, nanti kita lihat hasilnya seperti apa," ungkap Hanif. (kanalbali/KR10)
ADVERTISEMENT