Gerakan #tanamsaja Kembali Gelar Sekolah Lapangan Pembibitan Tanaman

Konten Media Partner
29 November 2020 12:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wayan Suartana dari Yayasan IDEP Selaras Alam saat memberikan materi pembibitan tanaman - IST
zoom-in-whitePerbesar
Wayan Suartana dari Yayasan IDEP Selaras Alam saat memberikan materi pembibitan tanaman - IST
ADVERTISEMENT
GIANYAR - Pembenihan kerap menjadi permasalahan bagi petani maupun masyarakat yang baru mulai berkebun. Tak jarang masih banyak petani yang belum mandiri untuk memproduksi benih tanaman dari hasil kebunnya.
ADVERTISEMENT
"Karena itu kami menggelar sekolah lapangan ini untuk bersama-bersama belajar," kata Wayan Suartana dari Yayasan IDEP Selaras Alam, dalam rilis, Minggu (29/11/2020).
Sekolah ini merupakan bagian dari gerakan #tanamsaja dan dilaksanakan bersama Yayasan Harmoni Parahyangan pada Jumat, 27 November 2020. Acara dihadiri juga oleh ibu-ibu dan pemuda dari Desa Selasih. Meskipun hujan turun, tidak menyurutkan semangat warga untuk mengikuti jalannya acara.
Warga pun berkumpul di bangunan khusus pembibitan yang dibuat sendiri oleh pemuda-pemuda di Desa Payangan. Sesi pemaparan materi berlangsung akrab dan penuh tawa, karena keaktifan dari ibu-ibu Desa Selasih.
Berbekal spanduk langkah-langkah pembenihan, papan tulis, dan spidol, Wayan Suartana mulai memaparkan materi tentang pembenihan. Terdapat tujuh langkah yang diawali dari teknik perawatan. Teknik ini terdiri dari penyiraman, pembersihan gulma, pemupukan dengan kompos padat ataupun cair, pengisian mulsa, serta penjarangan ranting dan buah.
Proses ini dilakukan secara berkala, seperti penyiraman pupuk yang dilakukan dua kali dalam seminggu, ataupun penjarangan ranting dan buah yang dilakukan sewaktu-waktu. “Penjarangan ranting dan buah dilakukan untuk memberikan nutrisi lebih banyak pada buah yang nantinya akan diambil benihnya dan dijadikan bibit,” ungkap Suartana sembari mengilustrasikan prosesnya di papan tulis.
ADVERTISEMENT
Setelah panen, buah yang nantinya akan dijadikan bibit merupakan buah yang sudah betul-betul matang. “Contohnya tomat yang benar-benar merah dan tidak cacat,” jelas Suartana. Selain itu, benih yang bagus ada pada hasil panen pertama sampai ketiga kalinya.
Ketika buah untuk pembenihan sudah diambil, langkah selanjutnya adalah pembersihan dan perendaman. Pada tahap ini, jenis benih dibagi menjadi dua yaitu benih basah dan kering yang memiliki penanganan berbeda. Untuk benih basah, proses perendaman dilakukan ±24 jam dan keesokan harinya benih disaring agar terlepas dari daging atau isi buahnya.
Sedangkan pada benih kering, proses perendaman tidak perlu dilakukan, sehingga bisa langsung dikeringkan. Seperti benih bunga matahari, sayur ijo, kemangi, kangkung, ataupun kacang panjang.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya yaitu proses pengeringan yang bisa berlangsung empat sampai enam hari tergantung jenis biji. Seperti biji kacang-kacangan ataupun jagung yang proses pengeringannya mencapai 2 minggu, ataupun biji selada dan seledri yang hanya membutuhkan 2 sampai 3 hari proses pengeringan.
Langkah pertama pada proses pengeringan yaitu biji diterbarkan pada kain kasa yang nantinya akan menutupi biji. Kemudian di taruh pada tempat kering yang terkena sinar matahari atau bisa menggunakan seed dryer. Proses pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air dalam biji. Benih pun harus benar-benar bersih agar bisa bertahan lama dan tidak dimakan rayap. “Bila tahapan pembenihan benar, maka benih akan bertahan hingga 3 tahun,” tutur Suartana.
Untuk menguji keberhasilan proses pembenihan, setelah pengeringan selesai benih dapat diaplikasikan pada media tanam yang terdiri dari komposisi tanah, kompos, dan pasir dengan perbandingan 1:2:1. Pada pemaparan tahap ini, pembicara dan peserta Sekolah Lapang pun turut mempraktekan proses pengujian. Sembari menaruh benih ke media tanam, Suartana menjelaskan bahwa Benih yang baik memiliki persentase minimal tumbuh 80%.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya benih dapat disimpan dalam toples atau kantong kertas yang tertutup rapat, kemudian diletakan daun intaran kering sebagai penghalau jamur. Selain itu, tempelkan label
dengan nama dan tanggal penyimpanan benih, agar dapat mengetahui umur dan jenis benih. Contoh benih yang baik dengan label yang lengkap juga langsung diperlihatkan Suartana.
Penjelasan dan praktek dari proses penyimpanan pun menjadi akhir dari sesi sekolah lapang kali ini. Peserta mulai tertarik untuk melakukan proses pembenihan agar nantinya tidak bergantung pada benih-benih hibrida. Pengetahuan baru ini juga dirasa penting bagi peserta. “Semoga ada sekolah lapang selanjutnya agar kita tetap semangat untuk menanam,” ungkap Sari dari Selasih, Gianyar. (kanalbali/RLS)