GO-CAR Terancam Ditutup, Peran GOJEK ke Ekonomi Denpasar Dibeberkan

Konten Media Partner
16 Mei 2019 16:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Paparan Hasil Penelitian LDB UI mengenai peran GOJEK dalam ekonomi di Denpasar, Kamis (16/5) - kanalbali
zoom-in-whitePerbesar
Paparan Hasil Penelitian LDB UI mengenai peran GOJEK dalam ekonomi di Denpasar, Kamis (16/5) - kanalbali
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com - Bersama layanan sejumlah angkutan online lainnya, saat ini GO-CAR milik GOJEK terancam ditutup oleh Gubernur Bali Wayan Koster. Hal ini merespon tuntutan sopir angkutan konvensional yang merasa penghasilannya merosot drastis.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LDB UI) berharap agar bisa itu dikaji ulang. “Dari penelitian kami, GO-CAR sudah memberi sumbangan yang signifikan dalam ekonomi Bali, khususnya di Denpasar,” kata peneliti lembaga itu Dr. Alfindra Primaldhi, Kamis (16/5) di Denpasar dalam paparan mengenai penelitian secara menyeluruh mengenai peran GOJEK dalam ekonomi Denpasar pada 2018.
Secara keseluruhan peran mereka mencapai Rp 1,9 Triliun yang diperoleh dengan melihat selisih antara pendapatan mitra GOJEK sebelum dan setelah mereka bergabung dengan GOJEK. Jumlah ini meningkat dibanding perhitungan tahun 2017 yang hanya mencapai Rp 882 Miliar.
Angka Rp 1,9 triliun diperoleh dari kontribusi GO-RIDE 814 Miliar, GO-FOOD 892 Miliar dan GO-LIFE 48 Miliar. “Untuk GO-CAR mencapai Rp 190 Miliar,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Rata-rata pendapatan mitra GO-CAR mencapai Rp 5,8 juta perbulan yang lebih tinggi 2,5 x dari UMK Denpasar tahun 2018. Menariknya, dari mitra GOJEK yang ada, mitra GOCAR adalah yang mengalami kenaikan pendapatan tertinggi mencapai 75 % dibanding sebelum bergabung dengan layanan ini. Merekapun mengalami peningkatan pembelanjaan hingga 32 %.
“Tingginya pendapatan mitra menunjukkan ada kebutuhan yang besar terhadap layanan ini,” kata Paksi C.K Walandouw, peneliti lainnya. Mereka juga mengungkap data bahwa 96 % mitra GO-CAR yang berjumlah sekitar 8.500 orang adalah berasal dari Denpasar dan hanya 4 % saja yang sengaja datang ke Bali untuk menjadi mitra.
Mengenai keluhan bahwa model transportasi online merugikan sopir taksi konvensional, Paksi berharap, datanya bisa dibeberkan sehingga bisa dibandingkan dengan hasil penelitian itu. “Jadi untuk kebijakan penutupan itu harap dilihat dulu (keuntungan-red) lingkungan ekonomi secara keseluruhan dari pelaku serta masyarakat yang membutuhkan,” ujarnya. (kanalbali/RFH)
ADVERTISEMENT