Gumi Lascarya, Inspirasi Menjaga Alam dari Bali Utara

Konten Media Partner
16 Februari 2020 11:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
KaryaPutu Wilasa dalam pameran 'Trash to Art di Yayasan Manik Bumi - IST
zoom-in-whitePerbesar
KaryaPutu Wilasa dalam pameran 'Trash to Art di Yayasan Manik Bumi - IST
ADVERTISEMENT
Seekor ikan besar terbelah perutnya. Tampak aneka rupa sampah di dalamnya. Botol bekas, plastik kresek dan hasil buangan di sungai lainnya yang terbawa ke laut. Badan ikan dibuat dari plastik yang dilelehkan sehingga tampak seperti ikan yang terbakar.
ADVERTISEMENT
Karya Putu Wilasa itu adalah satu dari puluhan karya yang kini dipamerkan di Sekretariat Yayasan Manik Bumi, Buleleng, Bali serangkaian gelaran seni bertajuk ‘Gumi Lascarya’. “Semua karya diolah dari sampah plastik sebagai wujud keprihatinan kita dan komitmen untuk mengolah sampah menjadi barang yang berguna,” kata Founder yayasan Manik Bumi, Juli Wirahmini, Minggu (16/2/2020).
Mereka yang terlibat dalam pameran yakni Made Bayak, I Putu Wilasa, Kadke Dwi Jayanta, Kadek Surya Dwipa, Angga Heri, Juning, I Wayan Trisnayana, I Made Santika Putra, Ngakan Nyoman Ardi, I Komang Wikrama, I Ketut Andi Palwika, Gede Sukradana, Yohanes Soubirius de Santo, I Gede Pasek, Made Wijana, dan Mizan Torek.
"Lascarya berarti ketulusikhlasan dan gumi berarti Bumi. Ini menjadi momentum untuk merekatkan kesetiakawanan untuk terus merawat bumi," jelas Juli. Selain pameran itu, ada juga perhelatan lomba mural tingkat nasional serta puncaknya adalah pentas seni pada Jum’at (14/2). Ada penampilan Rastafara Cetamol, Dialog Dini Hari dan kelompok musik Punk ‘Marjinal’ dari Jakarta.
ADVERTISEMENT
"Kami memang membawa pesan untuk perduli lingkungan, sekaligus ruang ekpresi dan edukasi bagi pengunjung,” kata Juli. Acara ini masih cukup jarang digelar di Buleleng, Bali Utara padahal sebagaimana daerah lain di Bali, Buleleng yang menjadi ibukota Kabupaten Singaraja pun terdampak oleh kerusakan lingkungan akibat eksploitasi alam seiring dengan industri pariwisata.
Penampilan 'Dialog Dini Hari' di pentas 'Gumi Lascarya' - KR14
Yayasan Manik Bumi lahir pada tanggal 22 April 2013 sebagai bentuk kepedulian terhadap keberlangsungan alam di bumi. Inisiatornya adalah Ni Luh Gede Juli Wirahmini atau sering dipanggil dengan Mek Yung (Ibu Yung).
Kelahiran Manik Bumi diawali dengan Gerakan Peduli Sampah 2013 yang digelar dengan acara aksi bersih bantaran Sungai Buleleng. Aksi bersih bantaran ini melibatkan hampir seribu relawan yang bergerak dari jembatan Banyuning sampai ke muara di bekas Pelabuhan Buleleng.
ADVERTISEMENT
Aksi ini merupakan gerakan penyadaran masyarakat terhadap isu sampah sekaligus mensosialisasikan PERDA NO. 1 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah. Sampai tahun 2018 Manik Bumi memfokuskan diri pada kegiatan sosialisasi penyadaran masyarakat akan pentingnya mengelola sampah dan menjaga lingkungan bersih dan lestari. Saat ini, Manik Bumi menempati kantor tetapnya di Jalan Pantai Indah, Singaraja-Bali. (kanalbali/KR14)