news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hakim MK Dewa Palguna : Tetap Lebih Nikmat Jadi Dosen

Konten Media Partner
7 September 2019 15:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
I Dewa Gede Palguna (kanalbali/13)
zoom-in-whitePerbesar
I Dewa Gede Palguna (kanalbali/13)
ADVERTISEMENT
DENPASAR, Kanalbali - I Dewa Gede Palguna dikenal sebagai sosok hakim yang tegas dan kharismatik dalam ruang persidangan. Cita-cita Palguna remaja adalah menjadi seorang tentara, tepatnya penerbang pesawat tempur Angkatan Udara. Sayangnya, Palguna muda gagal dalam seleksi administrasi.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Teladan tahun 1986 ini pernah ditawari menjadi diplomat, namun pada akhirnya dia memutuskan menjadi dosen di Universitas Udayana Bali. Profesi sebagai akademisi dan keaktifannya menulis kemudian mengantarkan Palguna menjadi anggota MPR RI Periode 1999- 2003 sebagai utusan daerah.
Palguna menjadi salah satu pelaku sejarah ketika MPR RI mengamandemen UUD 1945. Sebelum masa jabatannya usai, pada tahun 2003, Palguna dicalonkan DPR RI menjadi hakim konstitusi dan terpilih menjadi hakim konstitusi periode pertama sekaligus yang termuda pada saat itu.
Sosoknya semakin dikenal banyak pihak setelah pada Sidang sengketa hasil Pilpres 2019 yang berlangsung di Mahkamah Konstitusi ramai dibicarakan publik. Sidang ini dipimpin oleh sembilan hakim konstitusi. Satu di antara hakim adalah I Dewa Gede Palguna.
ADVERTISEMENT
Kepada Kanalbali dirinya mengaku bahwa yang berat dari sidang sengketa pilpres beberapa waktu lalu adalah tekanan publik yang sangat besar. "Sebenarnya tidak ada yang berat, yang berat justru ada di tekanan publik yang terbelah menjadi dua kubu (Jokowi / Prabowo)," jelasnya saat ditemui pada acara Stadium General Kala Bahu 7 di Universitas Pendidikan Nasional hari ini (7/9).
Emosi publik yang seolah terbelah menjadi dua kubu, menurutnya menjadi tantangan sendiri bagi Mahkamah Konstitusi untuk berusaha mengambil keputusan seadil-adilnya. Diakuinya seluruh bukti yang masuk ke Mahkamah Konstitusi menjadi pertimbangan untuk mengambil keputusan.
"Semua bukti kita jadikan pertimbangan, jalannya sidang sudah dibuat sedemikian transparan, tidak ada yang ditutup-tutupi. Dan ketika hasilnya disampaikan ke publik, kita bisa saksikan relatif semua pihak bisa menerima. Walau masih ada pihak yang kecewa tapi itu wajar, namanya juga berperkara," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Diakuinya standar pengamanan pada saat sidang sengketa pilpres beberapa waktu lalu cukup tinggi. Namun walaupun begitu, dirinya juga mengaku tidak mendapat ancaman dalam bentuk apapun. "Saya tidak pernah merasa terancam, tapi karena itu sudah beritanya menyeramkan, lalu kita bisa memahami dari pihak keamanan tidak mau mengambil resiko," paparnya.
Palguna menganggap wajar standar pengamanan yang sangat ketat yang telah dilakukan oleh pihak yang berwenang kepada hakim di Mahkamah Konstitusi. Karena menurutnya ujung akhir dari sengketa pilpres 2019 tersebut ada di tangan Mahkamah Konstitusi.
Ditengah-tengah kesibukannya menjabat sebagai hakim Mahkamah Konstitusi, Palguna mengaku masih bisa menyelesaikan beberapa buku yang ia tulis. Terakhir pada tanggal 28 Agustus kemarin, 3 buku yang ditulis oleh Palguna diluncurkan dalam rangka memperingati 16 tahun Mahkamah Konstitusi. "ada 26 buku yang diluncurkan pada saat itu, 3 dari 26 tersebut ada buku saya yang diluncurkan," jelasnya.
Tiga buku tersebut antara lain, Welfare State vs Globalisasi (2019), Hukum Internasional, Aspek-Aspek Teroritik dan Penerapannya (2019), dan Hukum Internasional Ruang Angkasa, Kajian Pemanfaatan Untuk Maksud-maksud damai (2019).
ADVERTISEMENT
Namun jabatan I Dewa Gede Palguna di Mahkamah Konstitusi sebentar lagi akan berakhir. Awal tahun depan pada bulan Januari tahun 2020 dirinya secara resmi sudah tidak lagi menjabat sebagai hakim Mahkamah Konstitusi. Dengan begitu dirinya mengaku akan kembali ke kegiatan lamanya menjadi seorang akademisi yakni dosen di Universitas Udayana.
"Saya selalu mengatakan kalau saya selesai menjabat sebagai hakim di MK, saya rasa saya bisa merdeka. Karena dengan begitu saya bisa kembali ke habitat saya yang sebenarnya yakni menjadi guru yang punya kenikmatan yang sangat sulit dijelaskan," tuturnya.
"Saya pernah ditelpon mantan mahasiswa saya yang saat ini sudah menjadi pejabat di timur Leste. Dia mengatakan bahwa bisa menjadi sekarang ini karena pernah belajar sama saya waktu jadi mahasiswa. Jadi saya mendengar itu punya rasa bangga dan bahagia yang tidak bisa ternilai," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Selain bisa kembali menjadi dosen setelah Januari nanti. Waktu bersama keluarga juga akan lebih banyak. Diakuinya selama ini semenjak menjadi hakim di Mahkamah Konstitusi, waktu bersama keluarganya menjadi berkurang. "Karena menurut saya waktu refreshing terbaik itu ya adalah dengan bertemu keluarga," singkatnya. (kanalbali/KR13)