Harapan ODHA di Bali pada HUT RI: Hidup Normal Tanpa Diskriminasi

Konten Media Partner
17 Agustus 2019 13:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
HIV AIDS (Ilustrasi) Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
HIV AIDS (Ilustrasi) Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
DENPASAR, Kanalbali - Apa makna kemerdekaan Indonesia bagi kalian? Semua orang pasti punya jawabannya masing-masing. Termasuk mereka yang menjadi bagian dari kalangan Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Ya, karena mereka juga orang Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada momen perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-74 Republik Indonesia (RI), mereka mencurahkan perasaan dan harapannya. Yang pasti, tak sedikit dari mereka yang belum merasakan makna merdeka yang sesungguhnya.
Itulah yang dikatakan oleh Desi, salah-satu ODHA yang ditemui Kanalbali.com di Kota Denpasar, Bali, Sabtu (17/8). Ia mengaku masih sering menghadapi stigma atau anggapan buruk dari masyarakat, bahkan juga dari keluarga sendiri.
"Bahkan suatu hari saya pernah satu malam suntuk menangis karena keluarga saya melarang untuk ikut kegiatan upacara karena kondisi saya sebagai ODHA. Padahal itu sudah tahun keempat saya positif, tahun keempat saya berjuang melawan penyakit ini," kata Desi.
Dia menjelaskan, virus HIV itu ia dapat dari mendiang suaminya yang terjangkit HIV sejak tahun 2010. "Saat itu juga saya langsung terus terang kepada keluarga saya, namun hasilnya tidak seperti yang saya harapkan, perlakukan ke saya langsung dibedakan," paparnya.
ADVERTISEMENT
Perempuan berusia 45 tahun tersebut juga menyampaikan, dirinya bukan satu-satunya ODHA yang menerima diskriminasi dari lingkungan sekitar. Banyak teman-temannya yang tergabung dalam Ikatan Perempuan Positif Indonesia juga merasakan dampak buruk dari stigma.
"Ada teman saya positif HIV, kasusnya sama seperti saya, suaminya meninggal dan anaknya mau diambil oleh mertuanya karena dia diketahui positif (HIV)," jelasnya.
Desi, ODHA yang kini aktif dalam pencegahan penularan HIV (kanalbali/KR13)
Lantas, bagaimana Desi memaknai kemerdekaan yang sesungguhnya? Ia sangat berharap agar stigma atau diskriminasi dalam bentuk apa pun tidak lagi diterima olehnya dan seluruh ODHA di negeri ini.
"Merdeka saya dan mungkin bagi teman-teman ODHA lainnya sebenarnya sangat sederhana, yaitu saya bisa nyaman hidup di lingkungan saya tanpa harus ada stigma dan diskriminasi," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Desi punya harapan yang sangat besar agar para ODHA dapat diperlakukan laiknya orang-orang normal.
"Impian terbesar saya selain tidak mendapat stigma dan diskriminasi adalah bagaimana ODHA bisa dengan gamblang menyatakan bahwa dirinya positif dan respons masyarakat biasa saja," jelasnya.
Namun ia sadar, pendidikan mengenai HIV/AIDS di masyarakat masih terbilang minim. Ia meminta kepada seluruh pemangku kepentingan agar bisa bahu-membahu memberi pendidikan atau penyuluhan mengenai HIV/AIDS agar stigma dan diskriminasi perlahan mulai menghilang.
"Saya yakin masih banyak orang-orang yang bernasib sama seperti saya, masalahnya mereka belum mau terbuka ke publik karena khawatir dengan respons masyarakat, jadi ayolah sama sama mulai sadar, bahwa ODHA itu bukan makhluk mengerikan yang harus dihindari. Kita sama kok dengan kalian semua," ucapnya dengan penuh harap. (kanalbali/KR13)
ADVERTISEMENT