Kasus Video Mesum 2 Remaja di Bali, Seksolog: Alarm Perlunya Edukasi Seks
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
“Itu akarnya karena kurangnya edukasi seksual pada remaja,” sebutnya, Jum’at (25/2/2022). “Mereka juga korban dari edukasi yang kurang berhasil untuk memberi pemahaman mengelola dorongan seksual yang tepat dan bertanggung jawab di usia remaja, terutama memahami risiko medis dan sosialnya,” jelas Dosen Andrologi dan Seksologi di Fakultas Kedokteran Unud ini.
Penggunaan internet dan media sosial yang tidak terkontrol bisa menjadi stimulus atau dorongan yang kuat saat ini buat remaja terkait perilaku seks. Stimulus itu adalah untuk mencoba debut pertama seksual, termasuk cara dan tempat melakukan hubungan seksual.
Ia menyebut, survey terakhir Edukaseks yang didukung Kementerian Kesehatan dan Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia tahun 2019 malah menyebutkan prosentase 33,3% dari remaja sudah melakukan hubungan seksual pra nikah.
Di sisi lain, dari riset yang pernah dilakukan LSM KISARA PKBI Bali yang didiseminasi tahun 2018 terungkap, masih ada 16,41 persen remaja SMA di Bali mengaku tidak paham mengenai risiko seksual dan reproduksi dari hubungan seksual.
ADVERTISEMENT
“Ini tantangan bagi orang tua dan orang yang lebih dewasa untuk memberikan pemahaman yang benar,” tegasnya.
Terkait kasus video mesum, dia berharap, masyarakat menghentikan penyebarannya. Sebab, kedua remaja itu secara tidak langsung sudah pasti mendapatakan stigma dan sanksi sosial. “Kita belum bisa menduga, bagaimana mereka merespons beban psikologis yang dihadapi, bisa jadi mereka mengalami stress dan depresi, ” tegasnya.
Dia juga meminta, aparat atau pihak lain yang mengetahui identitas mereka, untuk tidak membukanya ke publik. “Cukup yang berwenang saja yang tahu untuk kepentingan pembinaan dan mengurangi dampak psikologisnya,” katanya. (Kanalbali/RFH)