Keluarga Pramugari Korban Sriwijaya Air SJ 182 Ikuti Layanan Trauma Healing

Konten Media Partner
13 Januari 2021 13:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keluarga pramugari alm. Mia Trisetyani Wadu saat menerima kunjungan petugas dari Polda Bali - WIB
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga pramugari alm. Mia Trisetyani Wadu saat menerima kunjungan petugas dari Polda Bali - WIB
ADVERTISEMENT
DENPASAR - Anggota keluarga mendiang Mia Trisetyani Wadu pramugari korban Sriwijaya Air SJ 182, mendapat layanan trauma healing dan konseling demi kesembuhan psikis, pasca sepeninggalan Mia. Layanan itu diberikan oleh biro SDM Polda Bali.
ADVERTISEMENT
Kepala Psikologi Biro SDM Polda Bali, AKBP Nyoman Susila mengatakan terapi ini dilakukan untuk memastikan kondisi fisik dan psikis anggota keluarga, terutama orang tua tetap baik. "Tim Psikologi Polda Bali hadir ke keluarga untuk memberikan support dari rasa duka yang mendalam dialami orang tua. Kami hadir untuk trauma healing dan konseling memastikan kondisi psikis tetap baik, kami dan seluruh Indonesia siap mensupport," ujar AKBP Nyoman Susila Rabu (13/01/21)
Sementara itu suasana berkabung masih menyelimuti kediaman keluarga yang terletak di Jl Tukad Gangga, Gang Tirta Gangga, Denpasar. Beberapa saudara datang berkunjung untuk menyatakan bela sungkawa.
Selain itu, AKBP Nyoman menuturkan pihaknya siap kapanpun memfasilitasi pelayanan trauma healing dan konseling dari keluarga korban. "Kegiatan ini dilakukan secara periodik, begitu pula bila keluarga membutuhkan, agar membuat rasa nyaman agar tidak ada gangguan psikis dari keluarga korban dan memastikan semua sehat," ungkapnya.
Karangan bunga duka cita masih terpasang di rumah korban - IST
Di tengah masa pandemi covid-19 agar memberikan rasa aman dan nyaman terhadap keluarga korban maka tim psikologi Polda Bali melakukan jemput bola memberikan pelayanan ke kediaman korban.
ADVERTISEMENT
Diungkapkannya, bahwa ayah Mia Zet Wadu maupun ibu Mia, Ni Luh Sudarni masih cemas menantikan kepastian putrinya, Mia Zet Wadu (23) yang turut menjadi korban saat bertugas menjadi pramugari dalam pesawat nahas itu. Sang ibu, masih berduka, bahkan belum bisa beristirahat dengan tenang. Ia kerap menangis ditinggal sang anak.
"Situasi lingkungan harus selalu mendukung untuk meminimalisir gangguan. Beberapa hari ibunya sulit tidur karena cemas dan teringat, ini yang menjadi gejala untuk kita bantu mengurangi," pungkas dia. (Kanalbali/WIB)