Asosiasi Petambak Gelar Pertemuan Perlindungan Habitat Kritis di Bali

Konten Media Partner
9 Mei 2018 16:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asosiasi Petambak Gelar Pertemuan Perlindungan Habitat Kritis di Bali
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com -- Seafood Savers, asosiasi petambak untuk mengimplementasi upaya perbaikan perikanan di Indonesia, menggelar pertemuan tahunan di Bali.
ADVERTISEMENT
Pertemuan asosiasi yang difasilitasi oleh WWF Indonesia itu juga untuk memastikan kemampuan menembus pangsa pasar global setelah mendapatkan sertifikasi ekolabel perikanan berkelanjutan Aquaculture Stewardship Council (ASC).
"Kami akan terus memastikan setiap langkah perbaikan dalam komoditas perikanan budi daya tersebut, mengingat sertifikasi yang diraih berlaku hanya pada komoditas yang didaftarkan saja," kata Manager of Aquaculture and Fisheries Improvement Program WWF Indonesia, Abdullah Habibi, dalam rilisnya, Rabu (9/5).
Begitu pula dengan perbaikan perikanan tangkap, mereka akan memastikan agar semua anggota Seafood Savers melakukan perbaikan yang diakui dan terdokumentasikan dalam fisheryprogress.org.
Hingga saat ini, anggota Seafood Savers terdiri dari 9 perusahaan perikanan tangkap, 6 perikanan budi daya dan 2 buyer (wholesaler dan ritel). Dalam periode 2017-2018, 2 perusahaan anggota Seafood Savers dari sektor budi daya berhasil mendapatkan sertifikasi ASC.
ADVERTISEMENT
Dua tambak binaan PT Mustika Minanusa Aurora seluas 115 hektar untuk udang windu di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, dan 18 tambak udang vanamei seluas 9 hektar binaan PT Tiwandi Sempana yang merupakan penyuplai PT Bumi Menara Internusa di Probolinggo, Jawa Timur.
PT Mustika Minanusa Aurora menargetkan untuk dapat menghasilkan sekitar 20 ton udang windu per tahunnya untuk memenuhi permintaan ekspor ke Jepang. Sedangkan PT Bumi Menara Internusa menargetkan produksi udang vanamei sebesar 300 ton per tahun untuk pasar Amerika Serikat.
Untuk pasar domestik, hasil survei WWF Indonesia dan Nielsen pada 2017 menunjukkan sebanyak 26 persen dari total responden mengetahui produk perikanan yang diproduksi secara ramah lingkungan. Namun, hanya 17 persen yang mengatakan pernah mengonsumsi produk perikanan yang diproduksi secara ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
Skema Seafood Savers juga mendorong pemenuhan aspek perbaikan lingkungan melalui kegiatan penanaman bakau. Selain memenuhi standar sertifikasi, kegiatan ini secara langsung telah berkontribusi bagi perlindungan habitat kritis di sekitar lahan tambak perusahaan.
Sejauh ini total luasan lahan sebagai bentuk kompensasi atas konversi lahan budi daya yang telah dihijaukan adalah 40,41 hektar yang lokasinya berada di Aceh, Tarakan, Probolinggo, dan Makassar.
Terkait aspek sosial, Seafood Savers juga mendampingi perusahaan dalam pengelolaan pekerja tambak, mitigasi, sekaligus meminimalisir dampak negatif dan mengoptimalkan dampak positif dari aktivitas budi daya kepada masyarakat sekitar.
Pertemuan tahunan Seafood Savers ini sekaligus juga sebagai ajang untuk meningkatkan sinergi dan komitmen penuh terhadap keberlanjutan, serta memperkenalkan 4 anggota baru, yaitu PT IAMBEU Mina Utama untuk komoditas ikan karang budi daya, PT Mega Marine Pride untuk komoditas udang vannamei, dan 2 buyer. (kanalbali/RLS)
ADVERTISEMENT