Kisah Ngurah Suryawan, Pria asal Bali yang Membuat Studi tentang Papua

Konten Media Partner
8 April 2019 6:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ngurah Suryawan bersama warga asli Papua (kanalbali/IST)
zoom-in-whitePerbesar
Ngurah Suryawan bersama warga asli Papua (kanalbali/IST)
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com - Ngurah Suryawan adalah pria asal Bali yang memiliki ketertarikan yang sangat besar pada Papua. Ia pun banyak menulis buku tentang Papua.
ADVERTISEMENT
Ketertarikannya pada Papua ia dedikasikan untuk mengajar di sana. Sudah 10 tahun terakhir, dia justru mengajar di Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Papua.
Kepada Kanalbali, Ngurah mengisahkan awal mula berkenalan dengan Papua. Kala itu, ia sedang menempuh Strata 3 (S3) di Universitas Gadjah Mada (UGM), jurusan Antropologi, di mana ia pun ingin membuat disertasi tentang budaya Bali.
Namun, ketika berjalan dua semester, dosen pembimbing memberinya perspektif yang baru. Ia ditantang untuk keluar dari zona nyaman dan mengembangkan perspektif lintas budaya.
“Dari situ saya sadar Indonesia begitu kaya, mengapa tak dicoba,” ujar Ngurah Suryawan, Minggu (7/4).
Pria yang lahir di Denpasar, 25 Februari 1979, ini menyebut perspektif antarbudaya menginginkan manusia yang inklusif dan dapat belajar tentang budaya lain untuk memperluas pemahaman tentang diri, identitas, budaya, dan penghormatan terhadap orang lain dan budayanya.
Salah-satu buku karya Ngurah Suryawan (dok.pribadi)
Sejak Agustus 2009, Ngurah pun mulai menekuni studi pustaka tentang Papua, membangun relasi dengan akademisi yang juga melakukan penelitian di Papua, serta perlahan mulai memahami apa yang menjadi permasalahan di sana.
ADVERTISEMENT
Selama melakukan penelitian dan bekeja sebagai dosen, Ngurah menemukan banyak hal yang menjadi pelajaran hidup luar biasa baginya.
“Masih banyak yang hidup di daerah-daerah yang terisolir. Mendengarkan kisah mereka, saya merasa tergerak untuk melakukan sesuatu hal lebih lagi,” ujar Ngurah.
Menurutnya, meski Papua adalah tanah yang kaya, tetapi permasalahan yang ada di sana sangatlah kompleks. Apalagi dengan hadirnya orang luar yang mencari penghidupan di Papua, sehhingga menyebabkan penduduk Papua terasingkan di daerahnya sendiri. Hal ini tentu berdampak langsung pada akses ekonomi masyarakat yang semakin dikuasai oleh orang luar.
Sering kali, situasinya sangat miris, karena tradisi harus dikorbankan. Misalnya, larangan untuk mengambil hasil alam, seperti mengambil sagu di hutan atau ikan di sungai yang tidak boleh dimanfaatkan dulu.
ADVERTISEMENT
Namun, karena arus ekonomi dan peradaban yang sudah semakin sulit, larangan tersebut terpaksa dilanggar oleh masyarakat setempat, agar dapat bertahan hidup.
Cukup lama hidup di Papua, ia mendapat banyak pelajaran dari masyarakat di sana. Maka dari itu, banyak pengalamannya yang ia tuangkan ke dalam enam buku karyanya. Berikut adalah buku karya Ngurah:
Adapun, Ngurah lulus dari UGM pada tahun 2015 dengan disertasi yang membahas mengenai kelompok elit dan pemekaran daerah di Papua Barat.
ADVERTISEMENT
Kini, ia mengaku rindu dengan tanah kelahirannya. Ia berencana kembali ke Bali tahun ini. Meskipun ia kembali ke Bali, dirinya mengaku tetap ingin terus mempelajari kehidupan di Papua. Ia pun berniat untuk menjadikan Papua daerah yang lebih maju.
“Saya ingin menarik jarak dengan Papua untuk melihat apa yang bisa saya lakukan di masa depan,” ujarnya.
Ia sendiri merasa, sebagai orang Bali, sangat diterima di sana karena dianggap tidak akan melakukan hal yang merugikan bagi Papua.
"Mereka merasa Bali adalah sebuah Indonesia yang lain yang bukan Jawa," tutupnya. (kanalbali/LSU)