Lemurian Manifesto, Refleksi Sosial Musisi Metal Bali

Konten Media Partner
12 Maret 2020 14:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sapta 'Moel', Frontman sekaligus basiss band metal Bali kawakan, Ethernal madnes kembali hadir dengan projek terbaru, "Lemurian Codex". Bersama Sigit Soegeng (Keyboards/Brass sections/Strings Arrangements) dan A.A Goya (Drums/Percussions) mereka baru saja merilis lagu sebagai debut perdana 'Lemurian Manifesto'.
ADVERTISEMENT
Bisa dibilang, projek ini merupakan langkah Moel dan kawan-kawan 'bangkit dari kubur'. Ia sebelumnya dikenal sebagai vokalis juga penulis lagu sekaligus bassis Eternal Madness.
"Lemurian Manifesto adalah legenda Lemurian yang mulai populer pada awal abad 19 di kalangan mistikus, budayawan dan ilmuwan Eropa tentang masyarakat maju yang menjunjung perdamaian dengan kebijakan serta kemampuan di atas manusia rata-rata,"jelas Moel "Sedangkan Codex bisa diartikan hukum/undang-undang, naskah kuno,"paparnya.
Menurut Moel, lagu ini tak lepas dari ide setelah melihat kegelisahan akan kondisi dunia yang dengan trend media sosial di internet bukan cuma berdampak positif tetapi banyak melahirkan hal-hal yang negatif.
"Meningkatnya isu SARA, fanatisme yang tidak bertoleransi lagi dan hal-hal yang kemudian berdampak pada terjadinya perpecahan bahkan kekerasan fisik di masyarakat luas,"ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Pendekatan budaya menjadi dasar pengembangan lagu-lagu yang kami tulis, dengan harapan sedikit banyak dapat mengingatkan kepada masyarakat luas bahwa kultur budaya yang toleransi adalah akar utama pemersatu tanpa melihat asal, suku, ras bahkan agama,"paparnya.
Namanya lain yang terlibat, AA Goya adalah salah satu pendiri Vexerm, band tribute Metallica. Ditambah Sigit Soegeng, musisi multi instrumental juga keyboardis yang banyak memainkan music jazz dan klasik. Gaung mereka tidak hanya didengar oleh kalangan komunitas musik keras di Indonesia, namun hingga mancanegara.
Sapta 'Moel' bersama Sigit Soegeng (Keyboards/Brass sections/Strings Arrangements) dan A.A Goya (Drums/Percussions) - IST
Kesan kelam ala Gothik metal begitu kental pada lagu lagu berdurasi 5 menit 22 detik itu. Terlebih, balutan vokal khas black metal dari Moel, serta penambahan instrumen orkestra, menambah kesan musik era abad kegelapan yang mencekam.
ADVERTISEMENT
Ketika memperdengarkan lagu ini, imajinasi langsung melambung. Terbayang sebuah keadaan mencekam menjelang peperangan. Lagu yang cukup memukau untuk melambungkan imaji.
Bahkan, dalam video klip yang dirilis di kanal YouTube pada 19 Februari lalu, tergambar kisah mengenai Lemuria, peradaban kuno yang hilang. Dalam cerita turun temurun, peradaban itu cukup maju, sampai akhirnya tenggelam dalam lautan.
Terkait proses pembuatan lagu ini, menurut penuturanya, mereka mulai merekam karya sekitar Februari 2019 lalu. Awalnya, Moel merekam beberapa ide chord, lalu ia menghubungi Sigit Sugeng untuk kolaborasi nulis patern element harmonik orchestrasinya. "Nah setelah komplit barulah saya kontak Goya untuk take drum. Jadi ini mengalir begitu saja,"pungkasnya.
Lemurian Manifesto menjadi single dari dari 7 lagu yang masih berada ditahap penyelesaian rekaman. Bedasarkan penuturan Moel, rencananya Lemurian Codex dalam waktu dekat ini akan dirilis mini album. ( KR 14)
ADVERTISEMENT