Literasi Digital di Badung, Bali, Mengajak Para Guru Memahami Generasi Alfa

Konten Media Partner
30 September 2021 11:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustrasi dunia digital - pixabay by geralt
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi dunia digital - pixabay by geralt
ADVERTISEMENT
MENURUT para pakar, perubahan generasi terjadi dalam masyarakat sekitar setiap 20 tahun. Generasi sebelum saat ini adalah Generasi X, Generasi Y atau millenial, dan Generasi Z. Kini, ada istilah baru untuk menyebut generasi selanjutnya, yaitu Generasi Alfa.
ADVERTISEMENT
Seperti yang dikatakan oleh Nico Oliver, Pegiat Digital & Content Creator dalam Webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Badung, Bali, Selasa 28 September 2021, perubahan teknologi yang masif ini melahirkan generasi Alfa sebagai generasi paling transformatif.
"Generasi Alfa yang telah lahir melihat dan merasakan bahwa manusia seakan tidak bisa lepas dari ruang digital mulai dari sekolah, kerja, belanja dan berbisnis,” ujar Nico dalam webinar yang dipandu oleh Eddie Bingky ini.
Generasi Alfa notabene adalah anak dari Generasi Millenials dan adik dari Generasi Z. Kelompok yang masuk ke dalam generasi ini adalah mereka yang lahir di tahun 2010 sampai 2025.
Mereka ini tumbuh dengan gadget canggih di tangan. Banyak yang tidak bisa hidup tanpa smartphone, dan mampu mengoperasikan gadget hanya dengan mengenali tombol-tombolnya.
ADVERTISEMENT
Karena generasi Alfa memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, maka otomatis guru dan orang tua sebagai pendidik juga harus beradaptasi dengan keunikan generasi Alfa yang serba canggih digital ini.
“Sudah menjadi tugas utama pendidik untuk terus memberikan yang terbaik dalam mempersiapkan dan mencerdaskan generasi masa depan Indonesia,” imbuhnya.
Lebih lanjut dikatakan oleh Nico, selain akrab dengan teknologi, ada sejumlah karakteristik yang dimiliki generasi Alfa yaitu kecerdasan artifisial adalah realitas mereka, pembelajaran sangat personal dan sosial media menjadi model interaksi sosial.
Ditambah lagi Generasi Alfa juga memiliki karakter yang tidak dapat diprediksi, hidup saat ini, berpikiran terbuka, peduli dengan lingkungan dan sosial, kritis terhadap informasi, tidak suka mengikuti aturan dan cenderung kreatif.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, metode pembelajaran generasi Alfa juga beda semisal lebih ke arah visual menarik, desain menarik dan menggunakan gambar atau video. Pembelajaran juga harus dekat dengan teknologi berbasi kan digital dan tidak lepas dari internet.
“Selain itu metode.interactive komunikasi dua arah, permainan dan eksperimental juga sangat cocok dengan Generasi Alfa,” bebernya lagi.
Terkait pembelajaran yang cenderung menggunakan digital, ada beberapa perangkat lunak yang bisa membantu seperti Google Drive, Google map, Zoom, Sudeco, Mentimeter, World Wall dan inshot.
Relatif sejumlah perangkat lunak sangat mudah digunakan atau user friendly dan perangkat ini bisa memudahkan para user.
Selain Nico juga hadir sejumlah pembicara lainnya yaitu Forita Djadi Pemilik Deva Wedding & Event, I Gede Pasek Artana, S.Ag, M.Pd.H, Guru SMAN 1 Kuta Selatan dan Dhan Geisha sebagai Key Opinion Leader.
ADVERTISEMENT
Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 – untuk Indonesia #MakinCakapDigital merupakan rangkaian panjang kegiatan webinar di seluruh penjuru Indonesia. Kegiatan ini menargetkan 10 juta orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital. (kanalbali/IST)