Luh Suryani Dorong Gubernur Bikin Program Cegah Bunuh Diri di Bali

Konten Media Partner
15 Januari 2020 12:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Angka bunuh diri di Bali - data SIMH
zoom-in-whitePerbesar
Angka bunuh diri di Bali - data SIMH
ADVERTISEMENT
Psikiater Senior Ni Luh Ketut Suryani sangat menyesalkan masih terjadinya bunuh diri di Bali. Kasus terakhir malah dilakukan oleh seorang dokter muda di Denpasar.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, perlu ada langkah cepat dari pemerintah yang selama ini terkesan mengabaikan fakta tersebut. "Pemerintah abai terhadap kesehatan jiwa seolah-olah itu diserahkan kepada masyarakat saja," katanya Direktur Suryani Mental Health Institute (SIMH) itu, Rabu (15/1).
"Dulu yayasan kami membuat program layanan hidup bahagia untuk mencegah bunuh diri, tapi setelah berjalan 4 tahun tidak ada yang merasa terpanggil untuk ikut membantu dan berpartisipasi," tegasnya. Kejadian bunuh diri itu, menurutnya adalah hal yang ironis ketika Bali sering dinyatakan sebagai pulau Surga dan menjadi tujuan kedatangan banyak orang.
Prof.Dr LK Suryani - IST
Dalam catatan SIMH, Terdapat 2.306 jiwa melayang akibat bunuh diri. Angka itu terhitung sejak tahun 2000 hingga Desember 2019. Dengan jumlah yang begitu banyak itu, Suryani menilai situasinya sudah sangat mengkhawatirkan.
ADVERTISEMENT
"Ini sudah serius, harusnya kita bisa duduk bersama bagaimana peran pemerintah untuk duduk dan memikirkan hal ini, data kami sudah siap semuanyaa, cuma kami tidak tahu kemana lagi harus menyampaikan ini," jelas Suryani.
Ia lantas menjelaskan bahwa pada prinsipnya, tidak ada seorang pun di dunia ini yang menginginkan kematian. Jikapun ada orang yang melakukan bunuh diri, bisa dipastikan mereka bukan menginginkan kematian, melainkan tak dapat menemukan jalan keluar dalam menyelesaikan masalah.
Untuk itu, ia menilai sangat penting untuk memperhatikan tumbuh dan perkembangan anak sejak dalam kandungan hingga 10 tahun pertama. Dalam rentang waktu 10 tahun pertama itu anak dididik untuk kuat secara psikis, ataupun mental sehingga ada cara yang lebih bijak selain bunuh diri apabila hidupnya dalam keadaan putus asa.
ADVERTISEMENT
"Karena itu saya sangat ingin, semua orang tua tahu bahwa momentum itu menjadi momentum yang bagus untuk meningkatkan kekuatan dan mental berfikir anak. Ini konsep yang luar biasa, makanya perlu dorongan dari pemerintah," jelasnya.
Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga perlu peduli kesehatan mental dan pertumbuhan anak masing-masing. Karena kasus bunuh diri sama sekali tidak memandang tingkat pendidikan korban, semuanya tergantung kuat atau tidaknya mental dari masing-masing orang.
"Anak itu tidak dilatih menghadapi tantangan, itu perlu di latih selama 10 tahun pertama. Jiwa jiwa kecil itu perlu dilatih dengan cara orang tua itu menyanjung sang anak, kemudian mengajarkan bahwa anak itu jangan gampang menyerah dan lainnya. Selama ini kan jarang sekali, belum lagi di sekolah harus dilecehkan dan lainnya. Jadi kemampuan menghadapi tantangan itu harus dihadapi sejak kecil," paparnya.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, ia sangat berharap pemerintah provinsi mengambil langkah cepat untuk mencegah hal serupa bisa terjadi. Caranya dengan memberikan pendidikan langsung kepada para keluarga agar mental anak di dalam keluarga yang bersangkutan terus menguat apabila diterpa persoalan. (ACH)