Menengok Bengkala, Desa yang Warganya Bisu dan Tuli

Konten Media Partner
7 Mei 2018 21:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menengok Bengkala, Desa yang Warganya Bisu dan Tuli
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PENTAS Kesenian dalam menyambut tamu di Desa Bengkala (kanalbali/GAN)
SINGARAJA, kanalbali.com -- Desa Bengkala yang terletak di kecamatan Kubutambahan, Buleleng ini memiliki keunikan tersendiri, bahkan keunikannya tidak dimiliki di banyak wilayah lain di dunia. Kecuali kota San Jose di Kosta Rika, yang memiliki kesamaan dengan Desa Bengkala yakni warganya penyandang tuli-bisu.
ADVERTISEMENT
Desa Bengkala yang juga dikenal dengan Desa Kolok (Kolok adalah bahasa Bali yakni sebutan orang untuk penderita Bisu-red) ini dibagi menjadi dua wilayah banjar yakni Banjar Kajanan dan Banjar Kelodan dengan total penduduknya sekitar 3029 jiwa.
Made Artana, Kepala Desa Bengkala mengatakan jika penduduk di desa tersebut telah mengalami tuli dan bisu sejak dahulu. "Bahkan tetua kami pun tidak ada yang mengetahui persisnya kenapa hal ini terjadi di desa kami(Bisu dan Tuli -red),"ungkapnya saat di temui di Desa Bengkala. Minggu, 6 Mei 2018.
Menurutnya fenomena itu sudah banyak yang meneliti baik dari luar negri ataupun dalam negeri dengan hasil yang menjurus tidak 100 persen terlahir dari hasil genetik. "80 persen hasilnya memang dari genetik namun 20 persen lagi tidak diketahui penyebabnya,"tuturnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut disampaikan jika hasil perkawinan warga dari sesama desa atau luar desa pun keturunan yang dihasilkan tidak selalu sama, ada yang bisu dengan bisu anaknya lahir normal begitupun sebaliknya normal dengan normal anak yang dilahirkan menjadi bisu. "Bahkan ada warga kami yang menikah dengan warga luar (menikah dengan orang normal-red) anaknya bisu,"kisahnya.
Demikian warga setempat secara keseluruhan mengerti dan tahu cara berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Meski menyandang keterbatasan, warga di sini cukup mandiri yakni memberdayakan diri dengan membuat olahan dari hasil bumi seperti membuat jamu berbahan dasar kunyit, aneka anyam hingga menenun. "Tidak hanya itu, kita juga memiliki tradisi tarian yang hampir seluruh anggotanya adalah warga tuli dan bisu yakni Janger Kolok,"ucapnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan di desa ini juga menjual sebuah kamus bahasa isyarat dalam dua bahasa yakni Bahasa Inggris dan Indonesia. Sekitar 45 jiwa menyandang tuli dan bisu dan mereka hidup secara harmonis, rukun secara berdampingan. "Kami disini menyamaratajan hak dan kewajiban warga sesuai aturan yang berlaku,"imbunya.
Ditanya seputar mitos yang beredar tentang penyebab yang terjadi di Desa Bengkala, Made Artanya tidak berkata banyak sebab menurutnya hal tersebut memang sudah ada sejak dahulu. "Bahkan buyut kami pun tidak mengetahui penyebab pastinya,"katanya lagi. (kanalbali/GAN)