Mengenal 'IAM Flying Vet', Tim Penyelamat Paus Terdampar

Konten Media Partner
3 Mei 2018 15:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mengenal 'IAM Flying Vet', Tim Penyelamat Paus Terdampar
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
IKAN Paus yang terdampar di perairan Buleleng, Bali Utara, bulan April lalu (kanalbali/IST)
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com -- Kejadian ikan paus serta mamalia lainnya yang terdampar di berbagai wilayah Indonesia sudah sangat sering terdengar.
Sejumlah titik-titik utama kejadian terdampar di berbagai wilayah Indonesia yang dicatat dalam satu dekade terakhir yakni, Kalimantan Timur (107 kasus), Bali (57 kasus), Aceh (25 kasus), Nusa Tenggara Timur (22 kasus), dan Papua (19 kasus) (Whale Stranding Indonesia, 2018).
Untuk merespon masalah itu, Asosiasi Dokter Hewan Megafauna Akuatik Indonesia di bawah naungan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) bekerjasama dengan Kementerian Kelautan Perikanan (KKP) , Kamis, 3 Mei 2018 di Denpasar, sepakat membentuk IAM (Indonesia Aquatic Megafauna) Flying Vet.
Asosiasi yang juga didukung oleh WWF-Indonesia dan Yayasan Cetacean Sirenian Indonesia (Cetasi). diluncurkan, Kamis, 3 April 2018 di Denpasar ini mewadahi dokter hewan di seluruh Indonesia dengan minat dan dedikasi untuk kelestarian ekosistem laut, melalui pengelolaan megafauna aquatik.
ADVERTISEMENT
"Baik itu pencegahan kejadian terdampat, juga penanganan mamalia laut sakit dan/atau terdampar baik hidup ataupun mati, yang terjadi di berbagai wilayah pesisir Indonesia," kata Dr. Heru Setijanto, Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI).
“Kejadian mamalia laut terdampar tidak bisa diprediksi waktunya sehingga dibutuhkan kesiapan, kemampuan, dan kerjasama antar stakeholders dan masyarakat dalam melakukan penanganan di lapangan – yaitu melalui IAM Flying Vet ini,” kata Andi Rusandi, Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut (KKHL) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI.
Mengenal 'IAM Flying Vet', Tim Penyelamat Paus Terdampar  (1)
zoom-in-whitePerbesar
DOKTER Hewan yang mengikuti pelatihan penyelamatan Mamalia Laut di Denpasar, Kamis, 3 Mei 2018 (kanalbali/IST)
Megafauna akuatik, yang berasal dari golongan reptilia (penyu), elasmobranch (hiu dan pari) serta mamalia laut (duyung, paus, dan lumba-lumba), merupakan kelompok satwa yang rentan akibat tekanan terhadap populasinya yang kian meningkat.
ADVERTISEMENT
Berbagai pendekatan konservasi megafauna akuatik Indonesia telah dilakukan oleh para pihak, mulai dari penetapan perlindungan jenis, pengelolaan habitat termasuk pendekatan sains, serta peningkatan kapasitas untuk berbagai keterampilan khusus yang diperlukan dalam pengelolaan. Tapi kenyataannya, makin banyak saja megafauna laut terdampar.
“Fenomena ini membutuhkan bantuan dokter hewan untuk bergerak cepat, tanggap, legal dan kompeten, untuk melakukan penanganan medis di lokasi kejadian meskipun berada di area terpencil,” ungkap Dwi Suprapti, Marine Species Conservation Coordinator, WWF-Indonesia. (kanalbali/RFH)