Menyemai Asa di Kebun Indonesia Raya Karangasem, Bali

Konten Media Partner
2 Desember 2020 11:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Yoga Fitrana Cahyadi dan Aryo Dipokusumo yang menjadi penggagas Kebun Indonesia Raya - IST
zoom-in-whitePerbesar
Yoga Fitrana Cahyadi dan Aryo Dipokusumo yang menjadi penggagas Kebun Indonesia Raya - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR - Waktu Masih menunjukan pukul 09.00 Wita. Suasana di Kebun Indonesia Raya, Desa Seraya, Karangasem, Bali terlihat sibuk. Padahal tanah masih terasa basah usai diguyur hujan di pagi hari. Sejumlah pria juga terlihat sibuk merapikan bibit, menata lahan untuk menanam, sampai mengulur selang air yang akan digunakan untuk menyiram tanaman.
ADVERTISEMENT
“Kebun Indonesia Raya ini dibangun dengan cita-cita suatu saat dapat menjadi ruang belajar bagi warga dan mudah-mudahan ikut berperan memperkuat kemandirian pangan nasional,” kata Yoga Fitrana Cahyadi, penggagas kebun ini, Rabu (2/12/2020).
Kesibukan hari Minggu (29/11/2020) itu rupanya merupakan puncak persiapan sebelum menanam, setelah kurang lebih dua minggu berjibaku dengan persiapan lahan.
Menurut Yoga di atas lahan seluas 21 are tersebut mereka ingin mengembangkan sebuah model pertanian berbasis pemberdayaan warga, kemandirian pangan dan dan pertanian berkelanjutan. Desa Seraya, Karangasem dipilih karena di masa lalu desa ini punya catatan penghasil buah-buahan. Letaknya persis di pesisir, tak jauh dari objek wisata Taman Ujung, Karangasem.
Seiring perjalanan waktu budaya bertani seakan kurang dilirik. Selain itu, letaknya yang tak jauh dari pesisir mengundang rasa penasaran untuk mengembangkan pertanian tanaman pangan.
ADVERTISEMENT
“Desa ini dulunya punya tradisi kuat bertani, tapi makin hari lahan pertanian seolah ditinggalkan karena berkembangnya pariwisata,” kata Yoga. Kebun Indonesia Raya menurutnya diharapkan akan jadi pemicu untuk kembalinya kutur bertanam. Tidak muluk-muluk dulu tentunya. Cukuplah kalau bisa memenuhi kebutuhan dapur sendiri.
Hal itulah yang jadi pertimbangan mengapa jenis tanaman yang dipilih saat ini adalah jenis tanaman jangka pendek yang bisa memasok kebutuhan dapur. Misalnya kangkung, pockcoy, cabe, tomat, kacang-kacangan dan jenis sayur lain. Selain itu ada juga tanaman seperti melon, timun, delima dan jenis lainnya.
“Mayoritas warga di sini juga berprofesi sebagai nelayan, di musim-musim tertentu mereka tidak melaut karena cuaca, bertani bisa jadi pilihan lain. Setidak-tidaknya bisa menghemat pengeluaran,” kata Yoga. Untuk jangka panjang model yang dikembangkan Kebun Indonesia Raya diharapkan bisa diduplikasi baik oleh warga sekitar maupun wilayah lain di luar Karangasem.
ADVERTISEMENT
Yoga optimis walau Kebun Indonesia Raya terletak di tepi pantai, tanaman akan tumbuh dengan baik. “Kebun Indonesia Raya memang masih jauh dari ideal, tapi tidak ada salahnya dari kebun kecil ini kita membangun mimpi besar tentang kemandirian pangan nasional. Tugas manusia hanya menanam, masalah hasil, biarkan tuhan yang akan menumbuhkan," kata Yoga.
Sementara itu Aryo Dipokusumo menuturkan proses pengembangan Kebun Indonesia Raya dibagi dalam tiga fase. Yaitu fase pertama menyiapkan lahan dan menanam tanaman sayur, buah-buahan dan hidroponik. Fase kedua mengembangkan aquaponik, yakni budidaya ikan dipadukan dengan sayur-mayur. “Pada fase kedua Kebun Indonesia Raya ingin memadukan budidaya ikan dan sayur mayur, artinya di atas kolam ikan bisa ditanami sayuran,” kata Aryo.
ADVERTISEMENT
Ditambahkan pria asal Jogja ini, pada fase tiga Kebun Indonesia Raya akan menambahkan sentuhan otomatisasi dan modernisasi. Pada fase ini proses menyiram tanaman menggunakan peralatan yang bisa digerakkan secara otomatis. Instalasi pengairan (irigasi) dipasang mengikuti bentuk lahan. Diatur sedemikian rupa sehingga pada jam-jam tertentu air mengalir ke bedeng-bedeng tanaman melalui selang irigasi.
Sedangkan modernisasi adalah sumber energi listrik bisa menggunakan sumber tenaga angin yang cukup melimpah dekat kebun. “Pertanian atau petani kita perlu diberi sedikit sentuhan teknologi yang ramah lingkungan tentunya. Bisa dengan memanfatkan sumber tenaga angin yang tersedia sepanjang tahun,” ucap Aryo. (kanalbali/RLS)