Milenial di Bali Ini Berdayakan Petani dengan Agroekoeduwisata Stroberi

Konten Media Partner
2 Agustus 2021 14:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
BULELENG - Pertanian di negara agraris seperti Indonesia identik dengan sosok orang tua yang penuh lumpur dan bekerja di bawah panas matahari. Jangankan mau terlibat, melirik pun kaum milenial enggan.
ADVERTISEMENT
Namun seakan membantah kondisi itu, I Kadek Gandhi, 22 tahun, asal Dusun Lalang Linggah, Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng malah fokus menjadi petani sejak 2018 silam.
Berawal dari keinginan untuk mempertemukan petani dengan konsumen secara langsung guna memperpendek rantai produksi, Gandi berinovasi untuk membuat Agroeduwisata petik stroberi. Ia menggandeng 23 orang petani di kampung halamannya yang kemudian disebut sebagai Agroekoeduwisata 'The Hidden Strawberry Garden'.
I Kadek Gandi di kebun pertanian miliknya - IST
"Dengan dibentuknya kelompok tani Segening, kami harap petani stroberi lebih sejahtera karena tidak lagi mengandalkan tengkulak atau pengepul untuk memasarkan hasil panen," tuturnya saat dihubungi, Senin, (2/8/2021).
Menurut mahasiswa Agribisnis ini, sejak terbentuknya kelompok tani Segening, omzet petani stroberi yang menjadi anggotanya meningkat hingga 200 persen dibandingkan ketika mereka bekerja secara individu.
ADVERTISEMENT
Adanya Agroekoeduwisata diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi petani untuk mengasah kreativitas dalam melayani pengunjung, menambah kreativitas menata lokasi agar menarik bagi wisatawan, dan berinovasi dalam produk olahan stroberi.
Menggunakan brand ‘Strawberry Corps’, stroberi segar yang tidak terserap di Agroekoeduwisata diolah menjadi dodol stroberi dan minuman fermentasi yang semakin lama disimpan, rasanya semakin enak. Selain diolah, sebagian stroberi juga dibekukan agar lebih bertahan lama.
Produk olahan utama ini, sambungnya, digunakan sebagai oleh-oleh yang dapat dibeli oleh wisatawan setelah berkunjung di agroeduwisata, hanya saja karena tingginya permintaan terkadang dia kekurangan supply produk. Beberapa produk olahan lainnya juga dikirim ke restoran, villa, dan konsumen langsung.
"Dengan metode ini tidak ada hasil panen petani yang terbuang, apalagi saat pandemi seperti sekarang, banyak buah segar yang tidak terserap, biar buahnya awet kami bekukan," kata dia.
ADVERTISEMENT
Dalam usianya yang masih tergolong muda, petani millennial ini telah memberdayakan lahan petani di kelompok tani Segening dengan luas 4 hektar. Sedangkan luas lahannya sendiri 40 are. Lahan tersebut mayoritas ditanami tanaman stroberi, sisanya tanaman hias seperti anggrek, oregano, dan monster.
Gandhi telah belajar mengenai budidaya tanaman stroberi dari masih usia kanak-kanak. Ilmu itu pelajari secara otodidak yang didapatkan secara turun temurun dari keluarga.
Bagi Gandhi, hal tersulit saat menjadi petani dalam mendapatkan kepastian pasar. Sehingga dia mulai mencoba memasarkan beberapa produk olahan stroberi secara digital menggunakan akun instagram @strawberry_corps, google my business, facebook, dan whatsapp.
Selanjutnya dia berencana untuk memanfaatkan marketplace seperti tokopedia dan shopee. Namun target utama yang diharapkan yakni dapat mempunyai website sendiri untuk memasarkan produk olahan stroberi.
ADVERTISEMENT
Kedepan, ia memiliki keinginan besar agar produk olahan stroberi di Pulau Dewata khususnya di Pancasari semakin beragam. Keinginan ini muncul saat dia melakukan study tour ke Malang, disana produk olahan dari apel dapat ditemukan dalam berbagai jenis dan rasa.
"Ke Malang sampai tiga kali, buat memastikan apa saja yang ada disana. Akhirnya setelah banyak mendapat inspirasi, sampai dirumah memutuskan untuk langsung aksi," tuturnya. (kanalbali/LSU)