Mimpi Punya Pembangkit Listrik dari Sampah Kembali Bangkit di TPA Suwung

Konten Media Partner
23 November 2018 3:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mimpi Punya Pembangkit Listrik dari Sampah Kembali Bangkit di TPA Suwung
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
TPA Suwung (DOk.Kumparan)
DENPASAR, kanalbali.com --- Pembangkit Listrik dari hasil pengolahan sampah di TPA Suwung sudah berkali-kali digagas tapi selalu gagal. Kini ada rencana lagi untuk membuat proyek tersebut.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Denpasar, Ketut Wisada, Kamis (22/11) mengatakan dalam waktu dekat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) segera akan dibangun oembangkit listrik tenaga sampah atau yang dikenak dengan waste to energy (WTE). "Mohon doanya, saat ini masih dalam proses tender,"jelasnya.
TPA seluas 32 hektar tersebut akan dibagi menjadi dua dengan pembagian sebagai berikut yakni 10 hektar untuk WTE dan 22 Hektar untuk ecopark. "Target proyek ini rampung 2021 sesuai Perpres nomor 35 tahun 2018 tentang WTE,"imbuhnya.Di dalam Perpres tentang WTE ini juga disebutkan ada tipping fee sebesar Rp 500 ribu perton sampah.
"Jika kurang maka Pemda yang buang sampah disana akan merundingkan bersama untuk biaya operasionalnya. Saat ini masih cari investor. Dulu kami ada 19 calon investor, sekarang sudah PLN yang menghandle investor itu," kata Wisada.Sebagai tambahan, 1200 ton sampah mampu menghasilkan 10Megawatt energi listrik.
ADVERTISEMENT
Kota Denpasarrata-rata menghasilkan sampah perharinya sekitar 3500 kubik atau 1200 ton sampah perhari. Dan dari total ssluruhnya diketahui sebanyak 40 persen sampah bersumber dari anorgani dan 60 persen dari organik.
Melihat hal tersebut, pemerintah kota Denpasar dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) berupaya memanfaatkan dan mengurai samapah tersebut menjadi lebih ekonomis.
"Volume sampah ini sama dengan pengangkutan sebanyak 530 kali angkut ke TPA. Oleh sebab itu kami terus berupaya menyulapnya menjadi hal yang lebih ekonomis dan memiliki manfaat lebih baik lagi,"ujarnya.
Lebih lanjut, hingga kini rumah tangga masih menjadi penyumbang terbanyak dari sampah tersebut, menngingat wilayah Denpasar tidak cukup banyak memiliki industri. "Denpasar tidak memiliki banyak industri dan sekitar 10 persen saja sampah berasal dari hotel dan restoran,"ucapnya.(kanalbali/GAN)
ADVERTISEMENT