Petani Madu di Bali Ini Bisa Raup Laba Rp 150 Juta per Bulan di Masa Pandemi

Konten Media Partner
20 Agustus 2021 13:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ismail Marzuki saat menunjukan madu dari sarang lebah kepada wisatawan di Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
Ismail Marzuki saat menunjukan madu dari sarang lebah kepada wisatawan di Bali - IST
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
DENPASAR- Petani sekaligus produsen madu murni di Bali, Ismail Marzuki berhasil meraup keuntungan hingga mencapai Rp150 juta setiap bulan di tengah pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Pemilik bisnis madu dengan brand Bali Honey ini mengubah pola bisnisnya yang sempat mengalami penurunan omzet hingga 75 persen. "Strategi pemasaran kami ubah menggunakan jasa reseller dan promosi melalui sosial media," tutur Ismail, Jumat, (20/8/2021).
Sebelumnya, pemasaran madu hanya mengandalkan toko oleh-oleh, airport, hotel, restoran, dan kafe. "Perubahan ini cukup efektif menggerakan bisnis kami dan orang-orang sudah banyak memilih madu untuk menjaga kesehatan," tambahnya.
Madu asli diproduksi dari alam - IST
Selama Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat di Jawa-Bali. Penjualan madu Ismail terus meningkat hingga 40 - 50 persen. "Selama PPKM darurat ini lebih banyak reseller yang bergabung," tuturnya.
Sementara itu, sebelum pandemi produksi madu dalam satu kali panen atau selama satu bulan Bali Honey mampu memperoleh 500 - 600 Kg madu murni dengan kualitas premium. Sedangkan saat pandemi kapasitasnya bertambah hingga 2 ton, dengan segmen pasar dari kalangan menengah ke atas dan diperuntukan bagi para produsen madu lainnya.
Prdouk Bali Honey yang dijual Ismail Marzuki - IST
"Pandemi ini membuat permintaan madu meningkat, hanya saja segmen pasar kami menengah ke atas. Namun ada juga produsen madu dengan segmen pasar yang berbeda juga ikut mengambil madu di kami dalam jumlah besar," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain menggunakan jasa reseller dan promosi melalui media sosial, strategi bisnis yang dia coba adalah membuat kompetitor dengan brand madu berbeda, harga terjangkau, dan kualitas yang baik.
Hal ini dimaksudkan agar harga madu di pasaran memiliki daya saing tinggi karena saat ini masih banyak madu tidak murni yang menyebabkan harga pasarnya tidak kompetitif.
"Saat ini banyak madu yang tidak murni, meski ada segmen pasarnya sendiri seperti minuman yang memiliki campuran madu," jelasnya.
Ismail juga membagikan ilmu yang dimilikinya untuk membudidayakan lebah madu kepada para petani di Bali.
"Kami berharap ada lebih banyak lagi madu premium yang ditawarkan di pasar, dengan demikian harga madu premium dapat lebih kompetitif lagi," jelasnya. (kanalbali/LSU)
ADVERTISEMENT