PHRI: Wisman Antusias ke Bali Tapi Terhambat Karantina yang Terlalu Lama

Konten Media Partner
13 Oktober 2021 18:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana di kawasan Pantai Kuta, Bali, sebelum terjadinya pandemi - IST
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di kawasan Pantai Kuta, Bali, sebelum terjadinya pandemi - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung menilai kebijakan karantina selama lima hari menjadi faktor utama penyebab belum adanya bookingan kamar hotel dari wisatawan mancanegara sejak rencana terkait pembukaan pariwisata internasional diumumkan.
ADVERTISEMENT
“Awalnya rencana karantina delapan hari, wisatawan tak tertarik. Setelah dikurangi menjadi lima hari mereka tetap masih berpikir, karena negara lain kebijakannya tanpa karantina.” kata Ketua PHRI Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, Rabu (13/10/2021).
Menurut Agung Rai, negara yang bekerjasama dengan Indonesia khusus untuk pembukaan pariwisata internasional memiliki tingkat resiko penyebaran COVID-19 yang rendah. Karena itu, wisatawan menginginkan agar karantina ditiadakan, atau dikurangi menjadi tiga hari.
Faktor yang menjadi pertimbangannya karena waktu travelling dari sebagian besar wisatawan tidak lama atau sekitar satu minggu, sehingga di hari keempat dapat digunakan untuk berlibur ke daerah wisata lainnya yang berada di Bali.
Ketua PHRI Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya - IST
Jika karantina dalam waktu lama, sambungnya, pertimbangan lainnya yang dipikirkan wisatawan yakni mengenai biaya yang harus dikeluarkan untuk karantina mandiri karena saat travelling wisatawan tidak mungkin sendiri.
ADVERTISEMENT
Ia menyebutkan, untuk satu orang yang melakukan karantina mandiri di hotel bintang tiga dapat menghabiskan biaya Rp1,5 juta per hari dan untuk di hotel bintang lima sekitar Rp2,5 juta per hari. Adapun fasilitas yang didapatkan seperti konsumsi tiga kali sehari dan jasa laundry. Beberapa hotel juga menyediakan paket yang include dengan tes Swab berbasis PCR.
“Wisatawan biasanya datang dengan keluarga atau pasangan, mereka akan memperhitungkan biaya dan membandingkannya dengan tempat lain. Namun kebijakan karantina ini akan terus dievaluasi ke depannya,” tambahnya.
Meski karantina menjadi pertimbangan wisatawan datang ke Bali, Agung Rai menilai Pulau Dewata masih menjadi destinasi wisata dunia yang ingin dikunjungi oleh masyarakat dunia. Hanya saja hal-hal yang menjadi kendala untuk mendatangkan wisatawan tersebut yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
ADVERTISEMENT
"Hal-hal yang menjadi kendala untuk wisman datang ke Bali harus kita selesaikan secara intern dulu, karena wisman sebenarnya sangat antusias berlibur ke Bali," tuturnya. (Kanalbali/LSU)