Ratna Sari Dewi, Petani Milenial yang Belajar Bertani dari YouTube

Konten Media Partner
11 Mei 2019 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ratna Sari Dewi bersama sayur mayur hasil kebunnya (kanalbali/LSU)
zoom-in-whitePerbesar
Ratna Sari Dewi bersama sayur mayur hasil kebunnya (kanalbali/LSU)
ADVERTISEMENT
BANGLI, kanalbali.com - Hari menjelang siang. Tapi udara masih terasa dingin di Desa Belong, Suter, Kintamani. Maklum saja, ini adalah desa di perbukitan. Karena itu pula, Ratna Sari Dewi (27) tetap mengenakan jaketnya.
ADVERTISEMENT
Agak aneh melihat gadis cantik itu terlihat sibuk menyiangi tanaman kol di kebun holtikultura miliknya. Membersihkan rumput liar serta menyisihkan daun-daun yang kurang baik tumbuhnya. "Beginilah pekerjaan saya setiap hari," kata mahasiswi program Magister Ekonomi Universitas Udayana, Sabtu (11/5).
Sudah lebih dari 4 tahun ia menjalani pekerjaan ini. Berawal dari kebosanan hidup dan bekerja di kota besar seperti di Denpasar. Lalu, ia mulai belajar bertani dengan menyewa lahan di Desa Catur Kintamani yang ditanami dengan tanaman jeruk. Lahannya pun berkembang ke Banjar Belong untuk dijadikannya kebun sayur-mayur.
Lahan pertanian yang digarap Ratna Sari Dewi (kanalbali/IST)
"Saya belajar bertani dari buku, dari YouTube dan sering ngobrol dengan petani muda sukses lainnya," ujarnya. Karena semangat ramah lingkungan, dia sangat meminimalisir penggunaan bahan kimia dan lebih memilih membuat pupuk organik sendiri dari sisa-sisa tanaman setelah panen.
ADVERTISEMENT
Di atas lahan seluas 65 are yang disewanya untuk 25 tahun ke depan, Ratna bersama seorang mandornya menanam tanaman hortikultura seperti brokologi, kale, letas, wortel, dan kentang. Pemasarannya sudah menjangkau sejumlah hotel, swalayan, pasar, dan beberapa keluarga pelanggan setianya.
Media sosial menjadi saranannya untuk berjualan. "Saya selalu mengisi akun media sosial dengan kegiatan apa yang saya lakukan di kebun, sehingga pelanggan tahu bagaimana proses untuk mendapatkan produk pertanian yang berkualitas," ujarnya.
Uniknya, warga di sekitar lahannya termasuk anak muda di sana banyak yang tidak mengetahui tanaman yang ada di kebun miliknya. Apalagi, sejak awal, Ratna dianggap aneh dan hanya main-main saja.
"Saya tak terpengaruh. Kalau kita sudah punya mimpi yang kuat, apapun dan siapapun tidak bisa menghalanginya," kata gadis kelahiran 1992 ini.
ADVERTISEMENT
Orang luar desa itu malah banyak yang meliriknya. Pada tahun 2018, ia berhasil lolos menjadi 10 besar Duta Petani Muda Indonesia, sebelumnya ia harus menyisihkan 200 orang petani muda lain yang ada di Bali.
Menjadi duta petani muda bagi Ratna merupakan hal yang sangat menggembirakan, terlebih ia bisa bertemu dengan petani muda yang sudah sukses dari seluruh Indonesia.
"Saya harap akan ada generasi muda lainnya yang ikut bertani, peluang sangat besar. Apalagi Bali sebagai daerah pariwisata yang pasti mengandalkan pertanian sebagai pendukungnya," ungkapnya. (kanalbali/LSU)