Ritual Pembersihan Secara Adat Bali Digelar Warga di TKP Pembunuhan di Denpasar

Konten Media Partner
29 Juli 2021 13:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga di lokasi pembunuhan di Denpasar menggelar ritual pembersihan spiritual secara adat Bali - WIB
zoom-in-whitePerbesar
Warga di lokasi pembunuhan di Denpasar menggelar ritual pembersihan spiritual secara adat Bali - WIB
ADVERTISEMENT
DENPASAR - Pihak Banjar Sanga Agung, Desa Tegal Harum, Denpasar Kamis, (29/07/21) menggelar ritual pecaruan (pembersihan secara spititual) di Tempat Kejadian Perkara (TKP) peristiwa pengeroyokan yang mengakibatkan meninggalnya Gede Budiarsana.
ADVERTISEMENT
Upacara itu bertujuan untuk menghilangkan pengaruh negatif di sekitaran lokasi Gede Budiarsana tewas, tepatnya di simpang Jl Subur - Jl Kalimuthu, Monang-maning, Denpasar, Bali.
Warga saling bahu membahu melakukan upacara itu. Petugas keamanan baik pecalang maupun kepolisian turut melakukan pengaturan lalu lintas di tempat upacara yang dilaksanakan di jalan itu.
I Gusti Nyoman Sukra, selaku Kelian Banjar Sanga Agung (Kepala Dusun) menjelaskan, upacara pembersihan ini dilakukan dengan harapan supaya peristiwa pembunuhan tidak terjadi lagi di masa depan. “Harapannya semoga kejadian ini tidak terjadi lagi. Karena ini menyusahkan semua pihak,” ujarnya.
Warga di lokasi pembunuhan di Denpasar menggelar ritual pembersihan spiritual secara adat Bali - WIB
Kata dia, gelaran ini dilakukan dengan menggunakan dana kas dari pihak Desa Adat Tegal Harum dan Banjar. “Karena kejadiannya ada di lingkungan banjar kami, makanya kami gelar upacara ini. Ini kami lakukan untuk memberikan rasa tenang kepada masyarakat kami,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Agung Aji Mangku Sugiarta dari Jero Alangkajeng Pemecutan, yang memimpin gelaran ritual itu menjelaskan, upacara caru yang dilakukan adalah Panca Sata, dengan sarana lima jenis ayam yang melambangkan lima arah mata angin. “Kenapa ayam, karena ayam merupakan simbol rajas dan dilakukan penyucian di segala arah,” terangnya.
Diharapkan semua hal-hal yang bersifat negatif dapat dinetralisir. “Termasuk roh yang tertinggal di sini dikembalikan ke suksma sarira yang meninggal, agar tenang di alam sana,” katanya.
"Lima arah, dimana hal negatif yang berasal dari Timur kita kembalikan ke Timur, Barat kembalikan ke Barat, Utara kita kembalikan ke Utara, Selatan kembali ke Selatan dan Tengah kembali ke Tengah," ujarnya. (Kanalbali/WIB)