Saat Pandemi Corona, Bali Tetap Ekspor Manggis ke China

Konten Media Partner
5 Mei 2020 15:11 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi : buah manggis Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi : buah manggis Bali - IST
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kendatia pandemi Covid-19 melanda, para petani buah manggis di Bali masih bisa mengekspor buah manggis ke China. Walaupun, ekspor buah manggis tidak sebanyak sebelum wabah corona.
ADVERTISEMENT
I Putu Terunanegara selaku Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar menyampaikan, untuk total buah manggis yang diekspor ke China dari bulan Januari hingga April 2020 sebesar 789.161 kilogram dengan nilai Rp 63,14 miliar. "Untuk bulan april sebesar 77.890 kilogram dengan nilai Rp 5,85 miliar," kata Terunanegara saat dihubungi, Selasa (5/5).
Ia juga menerangkan, untuk buah manggis Bali untuk saat ini hanya diekspor ke negara China saja. "Sementara manggis (diekspor) ke China saja, berapa ton pun mereka mau terima," imbuhnya.
Ia juga mengatakan, sampai saat ini ekspor buah manggis masih bisa dikirim. Namun, tidak setiap hari seperti biasanya karena masih adanya penutupan penerbangan langsung ke China. Sementara, untuk pengiriman buah manggis Bali kini lewat Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak.
ADVERTISEMENT
Ia juga memperkirakan, dari bulan Januari hingga Mei 2020 sekitar 800 ton buah manggis yang sudah diekspor ke China dan itu ekspor itu tentu menurun tidak seperti hari normal sebelum Covid-19.
"Ini, karena kesulitan transportasi, kalau dulu masih ada pesawat (langsung ke China) masih bisa kirim tiap hari 30 atau 40 ton. Sekarang dengan kondisi seperti ini, kita harus ke Jawa dan, dalam sebulan 50 ton itu sudah. Kecuali, penerbangan ke China sudah (dibuka) tiap hari kita bisa kirim," jelasnya.
Namun, menurut Terunanegara dengan adanya ekspor tersebut masih bisa membantu para petani manggis di Bali. Kendati, pengiriman tidak setiap hari dan tidak terlalu banyak. Selain, itu dengan dikirimnya buah manggis ke Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak tentu eksportir pengeluaran modalnya juga tinggi dan memakan waktu karena kontener seminggu atau dua minggu baru sampai ke Bali.
ADVERTISEMENT
"Iya, jelas meringankan dan tetap terbantu tapi tidak banyak karena situasi global seperti ini. Eksportir, kalau mengirim lewat (Pelabuhan) Priok, kos nya lebih tinggi dan kontener satu dua Minggu baru sampai ke sini. Kalau pesawat China dari sini langsung sampai dan (buah) masih segar," ujarnya.
Selain itu, untuk harga buah manggis di pasaran Bali juga anjlok karena tidak terserap dengan baik. Karena, saat ini adalah musim panen yang biasanya buah manggis melimpah dan siap diekspor. Saat ini harga buah manggis di pasaran mencapai Rp 5000 hingga Rp 8000 perkilogram dan pada hari normal buah manggis di Bali mencapai Rp 20 hingga Rp 25 ribu.
"Sekarang, puncak musim harusnya sehari dikirim 20 sampai 30 ton kini seminggu sekali 15 ton lewat Tanjung Priok itu jadi menurun. Di level petani harga sampai Rp 20 dan Rp 25 ribu tapi sekarang dibawa Rp 10 ribu. Saya, lihat di jalanan juga banyak sekali di lempar di pasar lokal karena puncak musimnya sekarang," ujarnya.
ADVERTISEMENT
"Bulan ini, harusnya panen besar-besaran atau diekspor besar-besaran dan berlimpah hasilnya. Tapi, murah karena tidak terserap dengan baik," tambah Terunanegara.
Ia juga menyampaikan, untuk saat ini ekspor manggis Bali ke China dalam seminggu sekitar 15 ton dan sebulan mencapai sekitar 50 hingga 60 ton. Namun, sebelum penerbangan langsung ke China ditutup dalam sehari bisa 50 ton buah manggis yang diekspor ke China. ( KAD)