Setelah 5 Abad, Upacara Besar Kembali di Gelar di Pura Dasar Bhuana Gelgel

Konten Media Partner
21 September 2018 15:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Setelah 5 Abad, Upacara Besar Kembali di Gelar di Pura Dasar Bhuana Gelgel
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PERSIAPAN di Pura Dasar Bhuana Gelgel (kanalbali/IST)
KLUNGKUNG, kanalbali.com - Sejarah baru kembali akan tercipta, dimana pada 31 Desember 2018 akan digelar upacara besar yakni Karya memungkah, nubung pedagingan, ngenteg linggih, padudusan agung tawur panca wali krama, mahayu jagat marisuda bumi di Pura Dasar Bhuana lan Pura Kahyangan Desa.
ADVERTISEMENT
Upacara serupa pernah digelar pada lima abad atau 500 tahun silam, yang kala itu disebut dengan upacara Homa Yadnya. “Karya serupa dalam bentuk Homa Yadnya pernah dilaksanakan sekitar 500 tahun silam ketika zaman Ida Dalem Waturenggong, kala itu dipuput oleh Danghyang Nirartha dan Danghyang Astapaka,”kata Bendesa Adat Gelgel Putu Arimbawa, Jumat 21 September 2018.
Homa Yadnya sekitar 500 tahun silam itu tertuang dalam sejarah Pura Dasar Bhuana Gelgel. Namun tak dirinci rentetan upacaranya. Yang pasti, setelah sekitar 5 abad, upacara serupa belum pernah digelar lagi di sana. Selama ini sebatas melaksanakan Karya Ngusaba Nini dan Ngusaba Jagat yang rutin tiap tahun, bertepatan pada Purnama Kapat.
ADVERTISEMENT
Upacara ini merupakan tingkat utamaning utama, dengan menghaturkan berbagai jenis wewalungan. Di antaranya, 13 ekor kerbau dengan berbagai jenis, 13 penyu, dan berbagai jenis hewan lainnya. “Tujuan karya mengembalikan vibrasi pura untuk menjaga keajegan Bali,” jelas Arimbawa didampingi Wakil Bendesa Gelgel Jro Mangku I Wayan Suandi, Bendahara Made Suryawan.
Upacara besar ini diperkirakan menghabiskan sekitar Rp 6 miliar itu murni urunan krama Desa Adat Gelgel sebagai pangempon. Krama Gelgel terdiri sekitar 3000 kepala keluarga (KK). Mereka terdiri dari tiga desa dinas. Yakni Desa Tojan, Desa Gelgel dan Desa Kamasan. “Selain urunan krama, uang untuk upacara juga dari punia,” tegas Arimbawa. (kanalbali/KR7)