Single 'Pajeromon' Jadi Potret Kegelisahan Sosial Rollfast

Konten Media Partner
20 Februari 2020 12:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Fenomena sosial menyimpang yang kerap kali terjadi membuat banyak orang geram. Budaya urban, stigmatisasi, dan westernisasi juga memberi andil dalam perubahan sosial.
ADVERTISEMENT
Ini yang dirasakan pula oleh band psychedelic rock asal pulau Dewata, Rollfast. Band yang kini digawangi oleh Agha Praditya, Arya Triandana dan Bayu Krisna itu menelorkan single baru berjudul 'Pajeromon' sebagai upaya refleksi atas kenyataan sosial.
Pajeromon sejatinya adalah monster fiksi yang diciptakan buat berdasarkan referensi dari serial anime digital monster. Selain itu, merupakan penggabungan antara nama mobil pajero yang menginterpretasi maskulinitas dan kemapanan.
'Jero' merupakan titel/labeling di Bali yang ditujukkan kepada seseorang yang memiliki tanggung jawab moral dalam pelayanan sekala (dunia nyata) dan niskala (dunia spiritual). 'Romon' berarti kotor dalam bahasa Bali.
Dengan judul eksentrik, agaknya rollfast menaruh perhatian terhadap fenomena yang kini telah dilanggengkan oleh masyarakat. "Nggak bermaksud mengkritik sih, lebih ke observasi hal-hal yang termasuk kami pun masih melakukan, bahkan masih sangat biasa dilakukan, seperti bilang cowok atau cewek cantik yang mana deskripsinya disamakan dengan barang atau makanan," ujar Gitaris Bayu Krisna saat diwawancarai, Senin (17/2) lalu
Agha Praditya, Arya Triandana dan Bayu Krisna - IST
Dengan lirik yang kritis, Pajeromon juga divisualisasikan dengan video klip amimasi tiga dimensi nan surealis. Sosok fiktif manusia kadal dengan bertubuh kekar menjadi tokoh utama dalam video klip itu. Agaknya, kemapanan materil serta maskulinitas, acap kali menjadikan seorang sebagai sosok 'predator' yang suka berburu mangsa. Barangkali ini yang berusaha diabstraksikan oleh trio psychedelic itu.
ADVERTISEMENT
Apalagi, dalam video klipnya si manusia kadal bertingkah layaknya predator yang menyisir 'wanita sexy' sebagai mangsa.
Lagu yang berdurasi 3 menit 4 detik, terdapat penggalan lirik berbunyi 'Menjelma binatang di lantai mangsa, mengkristalkan hasrat kuasa ereksi maskulinnya', sarat akan kritikan terhadap fenomena yang sering ditemui dalam kehidupan modern. Selain itu, pada penggalan, 'hukum rimba lantai dansa, kuku bima haus mangsa' menjadi anekdot sarkas terhadap budaya pop.
Musik pajeromon dibalut dengan sentuhan teckno ala musik noise sub kultur. Berbeda dengan lagu-lagu sebelumya, agaknya Rollfast mengekplorasi penuh terhadap warna musik lain tanpa meninggalkan sisi psychedelic-nya."Single ini sebetulnya sudah ada draftnya di 2017 lalu. Cuma 2019 di dekonstruksi lagi," ujar Bayu. (KR14)
ADVERTISEMENT