WhatsApp Image 2021-04-29 at 17.11.13.jpeg

Terjun Jadi Petani, Wedhatama Kembangkan Aplikasi Teknologi Hulu hingga ke Hilir

8 Mei 2021 8:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wedhatama mengajak anak-anak muda untuk kembali ke dunia pertanian dengan menerapkan aplikasi teknologi - IST
zoom-in-whitePerbesar
Wedhatama mengajak anak-anak muda untuk kembali ke dunia pertanian dengan menerapkan aplikasi teknologi - IST
ADVERTISEMENT
BADUNG - Sejumlah anak muda terlihat sibuk di ruangan lantai dua PT Bali Organik Subak (BOS) di Jl Raya Kapal, Mengwi Kabupaten Badung. Aneka buah-buahan, sayur, rempah-rempah serta produk pertanian lainnya sedang dikemas untuk dikirimkan sesuai pesanan melalui aplikasi BOS Fresh.
ADVERTISEMENT
"Ada kurir yang sudah siap mengirim," kata Direktur PT BOS, A.A Gde Agung Wedhatama, Jumat (7/5/2021).
BOS Fresh merupakan aplikasi yang dikembangkan sejak dua tahun lalu dan sudah tersedia di di Google Playstore. "Konsumen bisa membeli produk yang terbagi dalam delapan kategori yaitu sayur, buah, telur dan daging, paket, kebutuhan harian, bumbu/rempah, hasil komoditas dari komunitas Petani Muda Keren (PMK)," kata alumni S2 Master of Information and Technology Universitas Gajah Mada (UGM)
Direktur PT BOS, A.A Gde Agung Wedhatama - IST
Jika BOS Fresh ditujukan untuk konsumen di tingkat akhir, maka di bagian hulu, ia mengembangkan BOS Farmer. Dalam aplikasi itu, petani bisa mengisi keterangan tentang komoditas yang ditanam, jadwal tanam, umur tanaman, luas lahan, dan jumlah tanaman.
ADVERTISEMENT
Dengan algoritma yang dikembangkan sendiri oleh Wedha dan timnya, petani kemudian mendapatkan informasi kapan panen, perkiraan jumlah panen, waktu pemupukan, dan lain-lain.
Menurut Wedha, penggunaan aplikasi bagi petani anggota PMK menjadi keharusan. “Petani kita paksa untuk menggunakan teknologi dan mekanisasi, misalnya traktor, irigasi tetes, dan aplikasi sehingga petani bisa lebih mengatur produksi produk pertanian terutama hortikultura," jelasnya anak muda kelahiran Singaraja, Bali, 36 tahun silam itu.
Hasil dari aplikasi ini nantinya adalah big data. “Jadi kita tahu, kapan punya (komoditas) apa, berapa, dan di mana,” ujarnya. Dengan perkiraan data panen itu, PMK pun bisa mengatur anggotanya agar bergantian dalam menanam komoditas tertentu. Dalam bahasa sederhana, pertaniannya berdasarkan proyek, bukan hanya produk. “Kita cari pasar dulu baru kita tanam. Bukan sebaliknya, tanam dulu baru cari pasar,” lanjutnya.
Setelah berhasil dengan BOS Fresh dan BOS Farmer, kini PMK juga sedang menyiapkan proyek lain, pendanaan dari publik (crowd fund) untuk berinvestasi di bidang pertanian. Namanya Nabung Tani. "Nabung Tani diharapkan akan menjadi lembaga keuangan bagi pihak lain yang ingin berinvestasi di pertanian," ujarnya
ADVERTISEMENT
Menurut Wedha, salah satu tantangan petani di Bali saat ini adalah kurangnya modal produksi. Karena itu, Nabung Tani nantinya menghubungkan warga yang ingin berinvestasi dengan petani yang membutuhkan modal produksi. Nabung Tani akan melengkapi BOS Farmer di tingkat petani dan BOS Fresh di tingkat konsumen.
Wedhatama yakin, pemanfaatan teknologi akan mengembalikan pamor pertanian sebagai penopang kehidupan banyak orang di Indonesia. Ia pun merangkaikannya dengan kampanye petani milenial yang mengajak anak-anak muda kembali menjadi petani dengan wadah Petani Muda Keren (PMK) itu.
Berbagai pelatihan dilakukan untuk meningkatkan ketrampilan para petani muda - IST
PMK baru berdiri sejak tahun lalu (2019) dengan anggotanya yang tersebar di seluruh Bali. PMK memiliki gugus-gugus (klaster) berdasarkan produknya, seperti kluster hortikultura, klaster cengkeh, dan lain-lain. Mereka bekerja dari hulu yaitu petani hingga ke hilir alias pembeli terakhir, konsumen.
ADVERTISEMENT
"Awalnya ini cuma gerakan komunitas yang tidak ada legal standingnya, baru tahun 2018 kita buat legal hukum karena kesamaan visi dibawah lembaga forum Petani Muda Bali," jelasnya.
"Orang Bali harus bangga pada petaninya, sedangkan pariwisata adalah bonus aktivitas pertanian," katanya mengenai visi gerakan ini."Tujuannya kita adalah untuk memajukan bidang pertanian menjadi Agriculture 4.0," katanya. Kini tak kurang dari 300 orang anggota PMK yang tersebar di seluruh kabupaten di Bali.
Komunitas itu memiliki konsep Small Scale Integrated Farming, kecil-kecil tapi banyak namun terintegrasi yang terdiri dari para Champion Muda berbagai komoditas seperti Manggis, Vanili, Strawberry, Kopi, Sayur & Buah, Pisang dan sudah mampu melakukan ekspor.
"Beberapa petani harus fokus pada champion mereka, seperti vanilli, kita berdayakan bersama mentor yang ahli di bidang itu, pelajari A sampai Z, menanam pemupukan, perawatan hingga panen," ujarnya.
Salah-satu produk petani yang telah dikemas modern - IST
Dengan fokus itu, harapannya dapat memberikan hasil yang maksimal bagi tiap komoditas. "Kita bisa tahu seluk beluk dalam menanam satu jenis kita menciptakan champion-champion seperti stroberi, vanilli, pepaya dan lain-lain, kadang banyak petani yang menanam berbagai komoditas, justru hasilnya tidak maksimal," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, penggunaan Internet Of Things (IOT) di kebun dan aplikasi online market place membuat seluruh aktifitas pertanian di kebun, waktu tanam, waktu panen dan informasi pasar dapat dimonitor real time
Melalui komunitas itu, ia menawarkan harga yang baik untuk petani sedangkan konsumen mendapatkan kualitas produk yang baik dan harga yang kompetitif. Selain itu juga dibuat koperasi untuk mewadahi petani dalam proses produksi dan pemasaran.
Awal mula Wedhatama sendiri terjun ke dunia pertanian karena keprihatinan melihat petani menghadapi berbagai tantangan. Tak sedikit masih berjuang untuk sejahtera, ditengah pengetahuan pemasaran produk, produsen dan konsumen yang penuh spekulasi.
"Petani menghadapi begitu banyak hal, mulai dari resiko gagal panen, resiko hama dan pemasaran produk," ungkapnya. Tak jarang pula ia menemui petani yang kurang pemahaman mengenai cara memasarkan hasil komoditasnya.
ADVERTISEMENT
Acap kali, mereka menjual hasil panennya ke tengkulak. "Prinsip tengkulak khan membeli dengan harga semurah-murahnya dari petani, terus dijual dengan harga setinggi-tingginya," ungkapnya.
Pada awal kiprahnya dalam dunia pertanian, Wedhatama juga mengalami masalah yang sama. "Awalnya saya fokus di hulu, buat pupuk, menanam budidaya dan lain-lain. Di tengah jalan, tahun 2016 atau 2017 ada masalah besar di hilir, produk petani kita tidak bisa terserap pasar, jadi sebaik apapun hulu kalau hilir tidak terpegang bakal jadi masalah," ungkapnya.
Sejak saat itu, pria itu mulai berkonsentrasi untuk pemberdayaan di hilir, mengenai penjualan produk, jaringan pasar hingga pemasaran. Hingga untuk pertama kalinya pada waktu itu perusahaanya berhasil mengekspor komoditas manggis ke Cina.
Seiring berjalannya waktu, komoditas ekspor mulai beragam seperti rempah-rempah, sayuran hingga pupuk. Negara sasaran ekspor pun kini semakin luas seperti kawasan Timur Tengah, Asia hingga Eropa.
ADVERTISEMENT
"Namun karena pandemi, banyak penerbangan tutup, dan sebagian negara Lockdown, memang secara omset pendapatan menurun sehingga akhir tahun 2020 kemarin kita fokuskan untuk pemberdayaan organisasi, PMK pasar-pasar lokal, untuk ketahanan pangan," terangnya.
Di masa depan, ia optimis pertanian akan terus ada dan berkembang sejalan dengan teknologi. "Sampai kapan pun manusia akan butuh makan bahkan, sangat lucu kalau anak muda sekarang tidak bertani," ujarnya.
Pandemi COVID-19 telah mengajarkan banyak hal bagi masyarakat, tak terkecuali dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. "Pandemi adalah berita terbaik dalam bidang pertanian, karena virus corona orang mulai melirik pertanian, selama ini kita di Bali terlena dengan pariwisata yang sangat rapuh," ucapnya.
(Kanalbali/WIB)
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten