Toyabungkah Literary Festival; Bangkitkan Kenangan pada STA

Konten Media Partner
20 September 2019 6:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Vincent (ujung kiri), Tan Lioe Ie, Wiwin Suyasa, Wayan Sunarta dan Ratna  (kanalbali/RFH)
zoom-in-whitePerbesar
Vincent (ujung kiri), Tan Lioe Ie, Wiwin Suyasa, Wayan Sunarta dan Ratna (kanalbali/RFH)
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali - Nama Toyabungkah di kawasan kaldera Gunung Batur mungkin terdengar asing, termasuk bagi kalangan sastrawan masa kini. Namun di tahun 70-an, tempat ini sejatinya adalah salah-satu suar kesusastraan Indonesia dan khususnya di Bali.
ADVERTISEMENT
Di lokasi inilah, tokoh Pujangga Baru, Sutan Takdir Alisyahbana (STA) membangun padepokannya. Ia membuat sebuah tempat diskusi dan perpustakaan sekaligus panggung pementasan kebudayaan. Penyair dan penulis muda mendapat sentuhan pemikiran dan karyanya.
Kenangan itulah yang menyemangati pelaksanaan Toyabungkah Literary Festival (LTF) pada Sabtu- Minggu, 21-22 September 2019."Meskipun padepokan STA belum tertata kembali, kami ingin memaknai kembali keberadaan kawasan Kaldera Batur, termasuk Toya Bungkah di dalamnya," papar Wiwin Suyasa, Ketua panitia yang sekaligus adalah Kepala Badan Pengelola Global Geopark, Batur.
Kawasan ini telah diakui oleh Unesco sebagai Global Geopark (geopark dunia) yang pertama di Indonesia pada tahun 2012. Setiap 4 tahun sekali, status ini akan divalidasi, apakah sudah sesuai dengan tujuan menjaga lingkungan dan memberdayakan warga setempat. LTF, kata Wiwin, merupakan bagian dari upaya pemberdayaan itu.
ADVERTISEMENT
Adapun kegiatan ini sudah diawali dengan open call penulisan puisi yang berhasil menarik minat ratusan penyair untuk mengirimkan puisinya. Setelah dilakukan kurasi, ada 30 penyair yang diundang ikut serta dan puisi mereka diterbitkan dalam satu buku.
"Kehadiran mereka menjadi penting untuk saling bersinergi, harapannya kemudian bisa muncul generasi-genarasi baru yang lebih bisa mencintai dunia sastra di Bali," kata Wayan Jengki Sunarta, kurator pada acara ii.
Selain mereka, ada juga penyair yang diundang secara khusus antara lain Warih Wisatsan dan Tan Lioe Ie (Bali), Sindu Putra (Mataram, NTB) dan Sunlie Thomas Alexander (Yogyakarta). Hadir pula penyair Vincent Tholomé, dari Belgia dan satu orang dari Belanda.
Vincent Tholomé bersama Tan Lioe Ie (kanalbali/RFH)
Kedatangan Vincent Tholomé ke Bali merupakan kali pertama ia akan menyajikan puisinya di Asia. Ia telah mempublikasikan sekitar dua puluh buku. Yang paling terkenal antara lain adalah The John Cage Experiences, Kirkjubaejarklaustur dan Vuaz. Ia akan membacakan beberapa petikan dari Mon épopée (Eposku), karya terkininya.."Sangat menyenangkan bisa sampai ke Bali, dan saya berharap bisa mendapatkan banyak ide dari kedatangan saya ini," sebut Vincent.
ADVERTISEMENT
Selain acara pembacaan puisi, akan ada pula workshop untuk anak-anak sekolah serta kunjungan ke padepokan STA. "Kita akan memberi kesempatan muncul bakat-bakat sastrawan dari Bali dan khususnya Bangli," kata Tan Lioe Ie yang juga menjadi kurator dalam acara ini. (kanalbali/KR13)