news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Trend Obesitas di Indonesia Terus Meningkat

Konten Media Partner
4 Agustus 2019 18:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ilustraso : Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustraso : Shutterstock
ADVERTISEMENT
BADUNG, kanalbali - Obesitas atau kegemukan pada orang dewasa di Indonesia baru mencapai 18 persen. Namun trendnya terus meningkat.
ADVERTISEMENT
"Kalau di Australia sampai hampir 50 persen. (Tapi Indonesia) iya trendnya naik kita harus cegah daripada nanti kayak Australia dan Amerika sulit," kata Prof. Hardiansyah sebagai Ketua Pergizi Pangan Indonesia di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Minggu (4/8) sore.
Hardiansyah juga menjelaskan, untuk isu obesitas semakin banyak di kawasan Asia. Namun untuk laju peningkatan obesitas di Indonesia tidak separah negara-negara lain. Seperti Malaysia yang peningkatan luar biasa."Negara yang agak mampu bisa menahan pelan kenaikannya itu (Obesitas) dua, Korea dan Jepang. Makannya, kita perlu sharing," jelasnya.
Hardiansyah juga menjelaskan, jika mencontoh di Jepang adanya Light Rail Transit (LRT) adalah salah satunya infrastruktur yang membuat masyarakat beraktivitas dengan sehat yaitu berjalan kaki.
ADVERTISEMENT
"Lihat di Jepang orang turun ke bawah ke stasiun itu jalan naik tangga lagi. Tidak seperti mobil nganter ke (depan) rumah," ujarnya.
Hardiansyah juga mencontohkan, seperti anak SD di perkotaan untuk mencapai sekolah mereka tidak berjalan kaki. Karena saat melangkah keluar rumah sudah ada kendaraan yang menjemput. Selain itu, dikarenakan desain tata kota yang menurutnya salah satu pemicu masyarakat tidak bisa melakukan aktivitas yang sehat seperti jalan kaki.
"Sekarang juga era digital semua bisa di pesan kerumah. Makanan saja sudah tiba di rumah. Ketika perjalanan baru melangkah sudah naik kendaraan, jadi orang kurang berjalan. Membangun mall jauhin dari parkiran biar orang jalan ke mall-nya. Jangan dibawah mall, itu sudah parkir terus ada lift lagi," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Hardiansyah juga menjelaskan, dengan adanya kemajuan teknologi hingga bisa memesan orderan online juga berpengaruh kepada aktivitaa hingga kemungkinan memicu obesitas. Kemudian, pola masyarakat yang malas memasak dengan adanya orderan online juga lebih mudah untuk memesan makanan.
"Secara penelitian belum ada, tapi menurut saya itu besar kemungkinannya berpengaruh karena aktivitasnya jadi berkurang. Kemudian, yang kedua agak malas memasak makanan jadi kan terkurangi peluang untuk makan. Sekarang begitu mudah kalau dia punya uang," ujarnya.
Prof Hardiansyah, Ketua Pergizi (kanalbali/KAD)
"Masyarakat perkotaan, terutama golongan menengah kebawah paling rentan. Kalau golongan menengah keatas dia biasanya terdidik. Dia tau, sekali gemuk kolosterol tinggi dia langsung ke dokter, langsung ke ahli gizi dan diatur makanan dan mulai taad," ujarnya.
Hardiansyah juga menjelaskan, penyebab obesitas, tetunya pertama adalah faktor makanan, kedua aktivitas yang kurang, ketiga tidurnya yang kurang atau tidurnya berlebihan dan keempat stres, kemudian pola pikir.
ADVERTISEMENT
"Karena orang tidak akan tidak bisa merubah perilaku makan-nya kalau pikiran dan perasaan tidak dikelola dengan baik," ujarnya.
Hardiansyah juga menjelaskan, akibat dari gemukan atau obesitas itu sangat berisiko dengan segala penyakit yang akan timbul dikemudian hari.
"Kalau gemuk itu, apalagi dibagian tengah (Perut). Itu sangat berisiko timbunan lemak pada organ yang penting. Disitu ada jantung, ada ginjal, ada paru-paru. Dimana lemak tengah itu banyak ada racun-racun dibagian itu. Itu akan merusak dan membuat inflamasi namanya radang," ujarnya.
"Kalau itu bertahun-tahun gampang gulanya naik, gampang kolesterolnya naik, gampang tekanan darahnya naik. Tiga paket tadi, hipertensi, gula tinggi,
hiperkolesterol dan tidak lama lagi diabet. Kalau udah luka tidak sembuh, tidak lama lagi mulai serangan jantung atau pecah pembuluh darah," ujarnya.(kanalbali/KAD)
ADVERTISEMENT