UNICEF Dorong Kerjasama Media dengan Gerakan Ibu Menyusui

Konten Media Partner
27 Agustus 2019 7:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
dr Wiyarni Pambudi saat menjelaskan pentingnya ASI Eksklusif (kanalbali/RFH)
zoom-in-whitePerbesar
dr Wiyarni Pambudi saat menjelaskan pentingnya ASI Eksklusif (kanalbali/RFH)
ADVERTISEMENT
NUSA DUA, kanalbali - Badan PBB untuk penanganan masalah anak-anak UNICEF mendorong kerjasama media dan wartawan untuk memperkuat Gerakan Ibu Menyusui yang capaiannya di Indonesia masih terlalu rendah.
ADVERTISEMENT
“Media dapat berperan mengatasi kurangnya informasi mengenai masalah ini serta munculnya kebijakan-kebijakan pemerintah yang sejalan dengan kepentingan ini,” kata Arie Rukmantara, Chief Fileld Office UNICEF FO Surabaya dalam Workshop “Menyusui dan Tantanganya: Tulus atau Bulus”, Senin (26/8) di Nusa Dua, Bali.
Saat ini, kata dia, baru 37,3 persen bayi usia 0-6 bulan di Indonesia yang mendapat ASI Eksklusif. Padahal pemberian ASI bisa mengangkat status gizi pada bayi sejak awal kelahirannya.
dr Wiyarni Pambudi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)mengungkapkan, pemahaman masyarakat harus ditanamkan sejak dini, misalnya formula sampai kapanpun tidak bisa dibandingkan dengan ASI.
Arie Rukmantara dari UNICEF (kanalbali/RFH)
ASI itu menjanjikan psiko, neuro, imunologi untuk mendukug perkembangan bayi baik secara bilologis maupun psikologis. Biologis itu untuk makanannya, psikologi itu untuk memberi ikatan batin, menstimulasi bayi karna dia menyusui dengan elusan sang ibu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, manfaat penting lainya, di dalam ASI banyak banyak anti bodi segala macam yang bisa memproteksi bayi dari penyakit-penyakit."Itu semua tidak bisa diganti oleh formula, formula hanya biologisnya saja, sedangkan psiko, neuro, imunologi, tidak bisa," tegasnya.
Di sisi lain, ada kesulitan bagi ibu-ibu untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
Jika pergi ke sarana umum, para ibu akan kesulitan cari tempat untuk menyusui bayi."Mau tidak mau ditutupin, karena norma kita tidak boleh seperti itu, mau mencari ruangan juga tidak ada," katanya. Bahkan, banyak juga yang mereka harus pergi ke musalla atau bahkan kamar mandi untuk bisa menyusui bayi. "Padahal, itu kan memberi makan bayi," imbuh Wiyarni. (kanalbali/RLS)