Usai Kaji 4 Pilar Kebangsaan, Mahasiswa Deklarasi Relawan Tanggap Bencana

Konten Media Partner
23 Juli 2018 16:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Usai Kaji 4 Pilar Kebangsaan, Mahasiswa Deklarasi Relawan Tanggap Bencana
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
ANGGOTA MPR RI Agung Putri Astrid dan Ketua Pasebaya Agung I Gede Pawana bersama mahasiswa Universitas Warmadewa usai mendeklarasikan Relawan Mahasiswa Tanggap Bencana, Senin (23/7).
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com -- MPR RI bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Pesemetonan Mahasisya Hindu Dharma (PMHD) Universitas Warmadewa (Unwar) menyelenggarakan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaaan, Senin, 23 Jui 2018. Menariknya, acara diakhiri dengan adanya deklarasi relawan mahasiswa tanggap bencana.
“Ini merupakan bentuk kongkrit komitmen kami sebagai anak muda untuk membantu banyak orang,” kata Ketua PMHD I Wayan Sastrawan mengenai latar belakang deklarasi itu.
Adapun dalam deklarasi disebutkan, mahasiswa siap berkoordinasi dengan pihak manapun dalam penanganan kebencanaan, siap untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan dalam penanganan kebencanaan dan siap dilibatkan dalam semua aktvitas kebencanaan. Selain BEM dan PMHD, deklarasi ditandatangani oleh perwakilan dari berbagai fakultas dan unit kegiatan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Sementara dalam sosialisasi dikemas dalam bentuk talkshow interaktif dengan topik "4 pilar Kebangsaan dalam Penanganan Kebencanaan" dihadirkan pembicara anggota MPR/DPR RI Agung Putri Astrid dan Ketua Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Agung I Gede Pawana.
Dalam acara yang dibuka Rektor Unwar I Dewa Putu Widjana itu, Agung Putri menyebut situasi kebencanaan sepeti yang terjadi di Gunung Agung sebenarnya merupakan ujian bagi kokohnya 4 ilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Respublik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika. "Disitu akan kita lihat apakah nilai-nilai Pancasila masih hidup dan dipraktekkan oleh masyarakat kita," ujarnya.
Contoh yang nyata adalah dalam hal kemampuan menanganai masalah-masalah kemanusiaan dengan adanya para pengungsi. "Atau juga dengan melihat ada tidak perasaan dari saudara sebangsa bahwa masalah ini adalah masalah bersama dari bangsa ini," ujar politisi yang akrab disapa Gung Tri itu.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Ketua Pasebaya Agung yang beranggotakan 28 Desa terdampak di sekitar Gunung Agung menyebut, keberadaan mereka adalah bentuk tanggungjawab untuk menunjukkan kemandirian dalam mengatasi bencana. Apalagi pada saat awal bencana pada bulan Oktober 2017, koordinasi penanganan bencana masih belum cukup baik sehingga banyak keluhan yang terjadi.
Namun seiring dengan perjalanan waktu, mereka merasa bangga bahwa situasi itu telah diatasi dengan kebersamaan antar berbagai komponen , baik dari pemerintah maupun pariwisata. "Kami juga banyak mendapat bantuan dari saudara-saudara di luar Bali tanpa melihat latar belakang suku dan agamanya," ujarnya. (kanalbali/RLS)