Utopia Masa Kanak-kanak di Balik Karya Budi Asih yang Dipamerkan di Bali

Konten Media Partner
21 November 2022 12:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karya Budi Asih yang dipajang di galeri Xchange, Sanur, Bali - IST
zoom-in-whitePerbesar
Karya Budi Asih yang dipajang di galeri Xchange, Sanur, Bali - IST
ADVERTISEMENT
DENPASAR, kanalbali.com - Budi Asih, seorang perupa ekspresionis asal Jogjakarta akan menggelar pameran lukisan di galeri Art Xchange, Sanur, Bali selama sebulan penuh, pada 25 November sampai 25 Desember mendatang.
ADVERTISEMENT
Sebanyak 20 karya miliknya yang dibuat sedari 2017 hingga 2022 akan ditampilkan dalam gelaran ini. Lewat karya-karyanya, seniman sekaligus ibu rumah tangga itu akan membangkitkan utopia penuh keceriaan yang telah lama bersemayam dalam benak setiap orang layaknya di masa kanak-kanak.
Harmoni manusia dengan alam dan harmoni manusia dengan sesama merupakan tema yang banyak digarap Asih dalam karya-karyanya. Citraan alam seperti pohon, bunga, dan hamparan sawah banyak mengisi bidang lukisannya.
Pelukis Budi Asih saat jumpa pers secara virtual - WIB
Bersama figur-figur berciri kartun, citraan alam banyak digunakan Asih untuk mengungkapkan kepedulian kuatnya terhadap isu lingkungan.
"Manusia sebagai penyeimbang alam seharusnya mampu menjadi seperti pohon memberikan naungan dan manfaat bagi mahluk lainnya. Elemen-elemen kehidupan seperti air bumi udara hingga hewan juga saling berkaitan dengan kehidupan manusia, jadi memang saya berangkat dari kita sebagai mahluk hidup tak bisa hidup sendiri di alam ini," ungkapnya, Minggu (20/11).
ADVERTISEMENT
Pada gerak kreatif Asih, orientasi terhadap spirit naif dunia kanak-kanak lebih berfungsi sebagai semacam “kacamata” untuk menangkap dan menghayati realitas secara berbeda.
Dengan sudut pandang unik terhadap realitas, Asih menggali metafora-metafora baru yang dapat memperkaya dan mempertajam wawasan kita terhadap realitas.
Benny Oentoro menunjukkan salah-satu karya Budi Asih - IST
Karyanya menginspirasikan suatu daya hidup untuk menyikapi realitas dengan segala suka dan dukanya sebagai sebentuk “dunia ceria”: dunia yang diterima dengan sikap positif terhadap hidup.
Budi Asih dikenal sebagai seniman yang kerap menampilkan dunia yang seakan tercipta dari kepolosan imajinasi anak-anak. Mengenai keindahan alam, manusia tumbuhan hingga satwa. Layaknya kondisi ideal dalam hidup, karya-karyanya seolah menjadi bahan Introspeksi atas kenyataan yang sedang terjadi.
Ungkapan visualnya segar, bebas spontan, ringan, dan imajinatif, tetapi juga menghadirkan keajaiban desain yang rinci, bahkan sering kali canggih dan kompleks. Asih seolah mempunyai mekanisme intuitif yang kuat untuk menstrukturkan kelabilan jiwa “autistik” kanak-kanaknya ke dalam pola-pola kesadaran ruang.
ADVERTISEMENT
Ia sebelumnya telah melakukan beberapa kali pameran di beberapa negara di Asia, bahkan karyanya sempat di beli dengan harga yang fantastis.
Di tengah situasi hari-hari ini yang terasa menyesakkan dada akibat pandemi, perang, bencana alam, dan berbagai krisis global, dunia ceria dalam lukisan Asih terasa meniupkan udara segar.
"Mengapa harus saya tampilkan kesedihan. Meski karya saya fullcolour ada juga kesedihan yang ditampilkan dan dikemas dalam fullcolour," ungkapnya.
Secara visual, karya Asih memiliki karakter naif yang mengingatkan pada sebentuk dunia citra khas ciptaan anak-anak. Citra dengan kualitas datar menguasai ruang lukisan. Tidak ada ilusi kedalaman ruang tiga dimensional.
Tidak ada perspektif. Figur-figur dikonstruksikan secara sederhana, meskipun ornamentasinya sering sangat mendetail. Warna-warni lukisannya cerah dan meriah. Suasana dalam karya Asih selalu terasa riuh, ringan, dan riang, meruapkan atmosfir pesta.
ADVERTISEMENT
Pemilik galeri Art Xchange Benny Oentoro menyebut, karya Budi Asih telah dipamerkan di Korea, Taiwan dan sejumlah negara lainnya. "Sangat diminati dan itu sebabnya, dia jarang melakukan pameran," katanya. Selain itu, karyanya digarap secara detail dengan berbagai tehnik sampai bisa memuaskan idealisme pelukisnya.
(Kanalbali/WIB)