Yuk Simak Agenda Ubud Writers & Readers Festival 2019

Konten Media Partner
28 September 2019 14:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sesi pemutara film di UWRF 2918 (IST)
zoom-in-whitePerbesar
Sesi pemutara film di UWRF 2918 (IST)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam waktu kurang dari empat minggu lagi, Ubud Writers & Readers Festival (UWRF) 2019 akan kembali diselenggarakan. Festival yang djadwalkan pada tanggal 23-27 Oktober ini adalah salah satu dari lima festival sastra terbaik dunia untuk tahun 2019 versi The Telegraph UK.
ADVERTISEMENT
"Mengusung tema “Karma” untuk 2019, Festival yang diprakarsai oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati ini kian diminati banyak kalangan. "Tahun ini, UWRF akan menyambut lebih dari 180 pembicara dari 30 negara untuk mengisi lebih dari 170 program seperti diskusi mendalam, acara spesial, lokakarya penulisan dan budaya, peluncuran buku, pemutaran film, pameran seni hingga pertunjukan musik," kata Wayan Juniartha, penanggungjawab program UWRF.
Dari Main Program hingga Live Music & Arts, para pengujung akan dapat menikmati deretan program UWRF yang akan diselenggarakan di puluhan lokasi yang tersebar di Ubud. Nantinya, ada tiga lokasi utama yang akan menjadi tempat penyelenggaraan Main Program yaitu Festival Hub @ Taman Baca, Indus Restaurant, dan NEKA Art Museum. Ketiganya berlokasi di Jl. Raya Sanggingan, Ubud, Bali.
Setelah Gala Opening dan beberapa Free Events yang dijadwalkan pada Rabu (23/10/2019), Main Program UWRF akan dimulai pada Kamis (24/10/2019) dengan tiga panel berbeda, yaitu The Price of Democracy yang akan menelisik harga yang harus dibayar demi demokasi, Asia Pasific Futures on the Page, Stage, and Screen mengenai masa depan sastra Asia Pasifik, serta Karma and Kindness mengenai hubungan antara karma dan kebaikan.
ADVERTISEMENT
Selain tiga panel diskusi tersebut, masih banyak panel diskusi lain seperti Indonesian Emerging Writers 2019 yang menghadirkan kisah lima penulis emerging UWRF terpilih, hingga Islam Today di mana para panelis akan berbagi wawasannya mengenai persimpangan agama, identitas dan politik.
Berbagai pembahasan berbobot yang menarik untuk didengar, didiskusikan, dan ditelaah, akan mengisi ruang-ruang diskusi UWRF. Pengunjung Festival dapat bergabung dalam sesi Rise of the Tiger yang membicarakan tentang hal-hal yang diperlukan Indonesia untuk menjadi ‘harimau Asia’ berikutnya, Life After #MeToo yang membahas kehidupan setelah gerakan #MeToo yang mendunia, hingga Precious Peatlands yang mempelajari upaya konservasi, perlindungan, dan restorasi lahan gambut, serta bagaimana sastra berperan dalam menghubungkan manusia dengan alam.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pengunjung Festival juga dapat menikmati tiga panel yang berkaitan dengan Bali, yaitu Bali’s Art Activist bersama para pegiat seni Bali, How Can Bali Survive? yang membahas langkah-langkah untuk bertahan dari perubahan sosial, budaya, dan ekologis yang masif di Bali, serta Bali’s Poet Priests yang merefleksikan pengaruh dan peninggalan para kawi-wiku (penyair-pendeta), terutama dalam penggunaan sastra sebagai media untuk mengasah pikiran dan menenangkan jiwa.
Di UWRF, para penikmat film dapat bergabung dalam sesi Indonesian Cinema as Soft Power untuk membedah masa depan film-film dalam negeri bersama sosok-sosok ternama perfilman Indonesia.
Para pencinta fesyen pun mendapat tempat untuk bergabung dalam sesi Sartorial Art for Impact di mana para panelis akan berbagi kisah-kisah luar biasa mengenai tekstil dan belajar seni berbusana yang berguna bagi dampak sosial.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, para pencinta sastra bisa ikut larut dalam sesi Imagining the Past bersama para panelis yang telah terbiasa menenun fiksi berdasarkan sejarah, dan panel yang tidak boleh dilewatkan yaitu Made Taro: A Lifetime of Storytelling, yang menghadirkan pendongeng legendaris Bali Made Taro untuk menceritakan kisahnya dalam merayakan cerita rakyat dan dongeng lisan selama hampir empat dekade.
Selain Main Program dengan beragam pembahasan beragam, pengunjung Festival juga dapat menikmati beberapa Special Events seperti Arts of the Archipelago di Padma Resorts Ubud yang akan yang akan menghadirkan pianis Indonesia berbakat, Ananda Sukarlan. Ada pula dua Special Events yang melibatkan Yotam Ottolenghi, penulis sekaligus chef asal Inggris yang populer dengan buku masak terbarunya SIMPLE. Ia akan hadir dalam Special Events bertajuk A Foodie’s Lunch with Yotam Ottolenghi di Casa Luna dan Cocktail Hour with Yotam Ottolenghi di Indus Restaurant.
ADVERTISEMENT
UWRF juga akan memuaskan hasrat para pencinta buku dengan menggelar peluncuran buku. Beberapa di antaranya adalah Nagabumi III: Hidup dan Mati di Chang’an oleh Seno Gumira Ajidarma, Sambal Nation oleh Bara Pattiradjawane, Fall Baby oleh Laksmi Pamuntjak, dan UWRF19 Bilingual Antology yang merupakan buku antologi yang memuat karya lima penulis emerging UWRF19 dan karya sepuluh penulis pilihan tim kurator UWRF.
Selain keempat buku tersebut, masih banyak buku lain yang akan diluncurkan dalam rangkaian acara UWRF. Tema dan jenis bukunya pun beragam, dari perjalanan hingga kuliner, novel hingga buku mewarnai.
Pengunjung bisa menikmati pameran seni Gundala: A 50 Year Journey yang akan memamerkan karya seni Gundala dari Hasmi, pencipta asli, dan banyak seniman muda yang sekarang meneruskan warisannya, Karma Phala yang akan menampilkan karya seni bertajuk karma dari pembuat karya seni UWRF 2019, Samuel Indratma. Tidak terlewat, pameran seni Maladjusment yang menyatukan karya-karya utama dari seniman wanita Arahmaiani, I GAK Murniasih, dan Mary Lou Pavlovic. Maladjusment mengeksplorasi kekerasan terhadap perempuan dan feminisme antar budaya. (kanalbali/RLS)
ADVERTISEMENT