'Cross Laminated Timber' sebagai Pengganti Beton

Imanuella Dewi Karen
Mahasiswi Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan
Konten dari Pengguna
4 September 2021 9:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Imanuella Dewi Karen tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bangunan dengan Cross Laminated Timber (Foto diambil dari www.structurlam.com)
zoom-in-whitePerbesar
Bangunan dengan Cross Laminated Timber (Foto diambil dari www.structurlam.com)
ADVERTISEMENT
Mendorong pembangunan infrastruktur memang merupakan langkah yang baik untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi sektor infrastruktur tak akan pernah lepas dari jejak karbon yang dihasilkan baik dalam pembangunan skala besar maupun skala kecil. Penggunaan material beton yang merupakan material yang paling sering digunakan dalam konstruksi memiliki efek buruk terhadap lingkungan karena bahan utama beton yaitu semen merupakan penyumbang emisi karbon dioksida global yang cukup besar. Meminimalisasi penggunaan material konstruksi beton memang dapat dilakukan, tetapi pada akhirnya pembangunan tetap harus berjalan meskipun jumlah material yang digunakan tetap besar. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur di Indonesia perlu memperbanyak penggunaan Cross Laminated Timber atau CLT sebagai pengganti beton demi menekan emisi gas rumah kaca. CLT diakui dapat membantu memecahkan permasalahan lingkungan tanpa mengurangi kekuatan dan keamanan bangunan.
ADVERTISEMENT
CLT memiliki lebih banyak konsekuensi positif terhadap lingkungan daripada konsekuensi negatif sehingga memperbanyak penggunaan CLT cenderung tidak membahayakan lingkungan. CLT menghasilkan emisi gas rumah kaca yang cukup rendah dan mampu mengikat karbon dioksida yang berada di atmosfer karena CLT merupakan produk dari pohon sehingga CLT pun memiliki kemampuan yang sama seperti pohon. Berdasarkan sebuah penelitian (Pierobon, Huang, Simonen, & Ganguly, 2019), penggunaan CLT pada bangunan dapat mengurangi sekitar 26,5 persen potensi global warming sehingga CLT dinilai lebih unggul jika dibandingkan dengan beton. Kemungkinan negatif yang dapat terjadi adalah kegundulan hutan tetapi hal tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan penerapan tebang pilih, penanaman kembali pohon dan regulasi yang tepat oleh pihak yang berwenang. Langkah ini dinilai lebih baik daripada tetap bergantung pada semen karena emisi karbon yang dihasilkan oleh semen dapat mencapai 50 persen tiap besaran semen yang dihasilkan.
ADVERTISEMENT
CLT mampu digunakan untuk membangun berbagai bangunan dari bangunan tingkat rendah, menengah hingga bangunan tingkat tinggi yang belakangan ini mulai muncul. Akibat sifat mekanik material kayu itu sendiri dan metode laminasi silang yang digunakan dalam pembuatan material konstruksi ini, CLT memiliki stabilitas, kekakuan dan kapasitas beban yang cukup tinggi bahkan sebanding dengan beton dan baja tetapi dengan berat yang lebih ringan. Hal tersebut membuat CLT bersifat tahan gempa sehingga dapat digunakan bukan hanya untuk bangunan komersial dan hunian melainkan juga untuk jembatan dan konstruksi khusus lainnya. Selain itu, CLT memiliki ketahanan terhadap api yang serupa dengan baja jika keduanya dibandingkan. Saat terkena api, lapisan terluar panel CLT akan menghasilkan arang yang berfungsi untuk melindungi lapisan inti panel dan menahan api hingga 2 jam lamanya.
ADVERTISEMENT
Proses pembangunan menggunakan CLT ternyata lebih efisien walaupun terlihat sedikit rumit karena CLT merupakan material yang dibuat di pabrik (pre-fabricated). Pembuatan panel CLT menghabiskan energi yang lebih sedikit daripada pembuatan beton dan baja sehingga biaya proyek keseluruhan ikut menurun. Panel CLT dapat dirakit langsung di lapangan sebab panel tersebut dapat didesain dalam berbagai bentuk dan ukuran sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, tenaga dan waktu yang diperlukan untuk merakit bangunan tidak sebanyak yang diperlukan untuk konstruksi biasa. Selain itu, proses pemasangan tersebut pun tidak menghasilkan banyak polusi di lapangan karena debu, sampah dan suara yang ditimbulkan lebih sedikit.
Berdasarkan pemaparan di atas, CLT merupakan material konstruksi ramah lingkungan yang cukup unggul untuk digunakan dalam berbagai proyek konstruksi. CLT memiliki sifat mekanik yang baik serta memiliki ketahanan api yang sama dengan baja sehingga secara struktur dan ketahanan, CLT aman untuk digunakan. Proses pembuatan dan pemasangan CLT pun efisien, dari energi yang dibutuhkan untuk membuat, waktu, biaya serta polusi yang dihasilkan tidak banyak. Hal yang terpenting adalah secara ekologis CLT mampu menyimpan karbon dioksida dan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan beton. Dengan demikian, salah satu bentuk kontribusi kita untuk memecahkan permasalahan global dan menyelamatkan bumi ini adalah dengan menciptakan pembangunan yang berkelanjutan dengan mulai beralih menggunakan material CLT.
ADVERTISEMENT
Referensi :
Pierobon, F., Huang, M., Simonen, K., & Ganguly, I. (2019). Environmental benefits of using hybrid CLT structure in midrise non-residential construction: An LCA based comparative case study in the US Pacific Northwest. Journal of Building Engineering. 26. https://doi.org/10.1016/j.jobe.2019.100862
Gagnon, S., Bilek, E. T., Podesto, L., & Crespell, P. (2013). CLT Introduction to cross-laminated timber. CLT handbook: cross-laminated timber/edited by Erol Karacabeyli, Brad Douglas.--US ed. 2013. 1-57.
Brandner, R. (2013). Production and Technology of Cross Laminated Timber (CLT): A state-of-the-art Report. Focus solid timber solutions-European conference on cross laminated timber (CLT). 21. 3-36. University of Bath.