4 Mitos Mengenai Fenomena Burnout yang Perlu Kamu Ketahui
ADVERTISEMENT
Sobat entrepreneur, pernahkah kalian mendengar istilah burnout? Burnout sendiri adalah sebuah istilah psikologi untuk menggambarkan kondisi seseorang yang sedang merasa stres dan tertekan karena pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Jika kalian biasanya bisa melakukan pekerjaan dengan baik, berdedikasi, dan produktif, hal tersebut tidak berlaku ketika sedang mengalami burnout. Kalian menjadi jenuh, terbebani, kehilangan minat, dan stres dalam melakukan pekerjaan.
Istilah burnout pun kini semakin sering digunakan, terutama di kalangan pekerja. Namun, seiring kepopulerannya, tak pelak menimbulkan berbagai mitos yang akhirnya jadi menyesatkan.
Melansir dari Psychology Today , berikut 4 mitos tentang burnout yang perlu kalian ketahui.
1. Mengalami burnout berarti lemah dan tidak bisa menangani stres
Sebagian besar orang mempercayai bahwa burnout hanya terjadi pada orang yang lemah dan tidak bisa menangani stres yang muncul dari pekerjaannya.
Ketika kita lemah dan mengalami berbagai macam emosi negatif, kita pun jadi berpikir untuk memberikan kritik kepada diri sendiri. Kita akan mulai mempertanyakan apakah kita sudah cukup baik dalam bekerja, hingga mempertanyakan kewarasan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Ketika kita mulai mengalami hal ini, ada baiknya menyadari dua hal. Yang pertama adalah mengetahui dampak kita dalam pekerjaan. Mereka yang memandang pekerjaan sebagai sesuatu yang menimbulkan stres, akan lebih besar potensinya dalam mengalami stres karena mereka merasa tidak bisa membuat perbedaan dalam hidupnya.
Yang kedua adalah bantulah orang lain. Dalam sebuah penelitian ditemukan bahwa mereka yang mengalami burnout akan memiliki keinginan yang lebih tinggi untuk membantu orang lain.
2. Burnout mengharuskan perubahan besar dalam pekerjaan dan hidup
Mereka yang mengalami burnout sebagian besar merasa ketakutan, dimana suatu hari mereka harus berganti pekerjaan. Mereka tidak tahu bagaimana harus mengelola energi mereka untuk memberi batasan dan ketahanan diri di kala stres melanda.
ADVERTISEMENT
Salah satu strategi efektif untuk mencegah burnout adalah dengan metode job crafting. Metode ini memungkinkan kita untuk menyesuaikan pekerjaan yang dilakukan agar bisa fit dalam situasi. Gunakan nilai, kekuatan dan passion kita untuk memikirkan jalan lain supaya pekerjaan yang dilakukan bisa dibentuk sesuai kondisi saat ini.
3. Burnout harus dirahasiakan
Ketika seseorang mengalami burnout, maka kemungkinan besar orang lain akan menyadari hal tersebut. Kita akan menjadi lebih sering sakit, lebih banyak menghabiskan waktu berdiam diri di meja kerja, atau bahkan hingga membentak rekan kerja.
Ketika mengalami burnout, sebaiknya bicarakan hal tersebut dengan supervisor atau orang yang kita percayai seperti teman, pimpinan dan lainnya.
4. Liburan bisa menyembuhkan burnout
Banyak orang mempercayai dengan liburan maka burnout akan sembuh dan menghilang dengan sendirinya. Namun ternyata anggapan tersebut salah tidak sepenuhnya benar, lho!
ADVERTISEMENT
Memang selama liburan, stres yang dialami akibat burnout akan berkurang. Namun, setelah satu atau dua minggu kita kembali bekerja di kantor, maka burnout tersebut akan segera dirasakan kembali oleh kita.
#terusberkarya
Karja, we share creative and up to date content (entrepreneurship, inspiration, and social issues) for Indonesia’s millennials. Support and follow us on kumparan (click here ) and Instagram (click here ).