5 Pengusaha Tajir Indonesia yang Pernah Beli Klub Bola Luar Negeri

Konten Media Partner
14 September 2019 5:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain klub bola Leicester City. Ricardo Pereira dan Jamie Vardy | Photo by @lcfc on Instagram
zoom-in-whitePerbesar
Pemain klub bola Leicester City. Ricardo Pereira dan Jamie Vardy | Photo by @lcfc on Instagram
ADVERTISEMENT
Bagi pengusaha, apa saja bisa dijadikan ladang bisnis. Tidak hanya terbatas pada industri, tambang atau media, mereka juga mengambil kesempatan untuk berbisnis di ranah sepakbola.
ADVERTISEMENT
Sepakbola sudah seperti industri yang menjanjikan sekarang ini. Ada banyak klub sepakbola yang sukses meraup penghasilan besar dan menghasilkan bintang-bintang lapangan ternama.
Besarnya pemasukan klub sepakbola bisa diperoleh dari merchandise, sponsor, penjualan tiket, dan sebagainya. Jadi semakin terkenal dan memiliki banyak penggemar, maka klub sepak bola itu semakin menguntungkan.
Karena itu, tak heran apabila beberapa orang kaya di Indonesi kepincut untuk membeli saham klub sepak bola. Menariknya bukan di Indonesia, mereka memilih menguasai klub sepak bola di luar negeri. Siapa sajakah orang kaya di Indonesia yang pernah membeli klub sepak bola internasional? Berikut deretannya yang sudah Karja.id rangkum dari berbagai sumber!
Santini Group beberapa waktu lalu membeli saham klub asal Inggris Tranmere Rovers. Santini Group merupakan perusahaan yang dimiliki oleh tiga bersaudara asal Indonesia, Wandi, Lukito dan Paulus Wanandi.
ADVERTISEMENT
Perusahaan ini didirikan Sofjan Wanandi sekitar 1980-an. Sebelumnya, nama perusahaannya bukanlah Santini Group, melainkan bernama Gemala Group.
Investasi awal dari Santini Group akan digunakan untuk membantu beberapa proyek Tranmere. Disebutkan pengembangan kawasan akademi klub, peningkatan wi-fi stadion dan mengurangi sebagian utang Tranmere selama periode di non-liga.
Erick Thohir sempat membeli saham klub raksasa Italia, Inter Milan sebesar 70 persen pada 2013. Mengutip Forbes.com, Rabu (11/9/2019), Erick membeli saham Inter Milan itu dengan harga Rp 480 juta dolar Amerika Serikat atau setara dengan Rp 6,7 triliun. Tapi tahun 2016, ia memutuskan untuk menjual saham miliknya kepada perusahaan asal China.
Inter Milan bukanlah satu-satunya saham klub sepakbola yang pernah dimiliknya. Ia bersama rekannya juga pernah membeli 78 persen saham klub sepakbola asal Amerika Serikat, DC United. Namun kepemilikannya juga harus berakhir pada 2018.
ADVERTISEMENT
Keluarga Bakrie Group juga memiliki klub sepakbola di Australia. Bakrie Group pernah secara resmi membeli klub juara Liga Australia Brisbane Roar. Melalui PT Pelita Jaya Cronus, Bakrie menguasai mayorita saham Brisbane Roar sebesar 70 persen.
Kemudian pada Februari 2012, Roar mengumumkan lewat situs resminya bahwa mereka sudah sepenuhnya menjadi milik Bakrie.
Melalui perusahaan Paytren, Yusuf Mansur membeli saham klub sepak bola asal Polandia, Lechia Gdansk sebesar 10 persen dengan nilai transaksi Rp 42 miliar. Mengutip situs resminya, Paytren menjadi sponsor Lechia Gdansk terhitung mulai dari 7 Desember 2018 sampai 30 Juni 2020.
Sejak membeli saham klub tersebut, logo perusahaan Paytren secara resmi muncul pada bagian depan jersey Lechia Gdansk.
ADVERTISEMENT
Pada 2010, Iman Arif, mantan ketua Badan Tim Nasional (BTN) PSSI dinyatakan sebagai salah satu pemodal di klub Inggris, Leicester City.
Leicester mengumumkan bahwa 20 persen sahamnya dimiliki oleh Imam melalui Cronus Sport Management Pte ltd. Namun setahun kemudian, Iman memutuskan untuk menjual sahamnya.
#terusberkarja
Content Writer : DEV
Editor : Charles