Benarkah Semakin Bertambah Usia Semakin Tidak Bahagia?

Konten Media Partner
10 Februari 2020 9:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menurut hasil penelitian ketika seseorang mulai menginjak usia 18 tahun, level kebahagiaan mulai berkurang hingga mencapai pertengahan usia 60 tahunan | Photo by Pexels/Isadora Menezes
zoom-in-whitePerbesar
Menurut hasil penelitian ketika seseorang mulai menginjak usia 18 tahun, level kebahagiaan mulai berkurang hingga mencapai pertengahan usia 60 tahunan | Photo by Pexels/Isadora Menezes
ADVERTISEMENT
Tidak jarang kita mendengar bahwa banyak orang dewasa yang ingin kembali ke masa kecil mereka. Di mana mereka bisa bermain dengan bahagia tanpa perlu memikirkan masalah yang ada. Perkataan tersebut tentu dapat menjadi indikasi bahwa mereka tidak merasa bahagia dengan kehidupan yang sedang dijalani.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang mengatakan bahwa semakin dewasa, mereka semakin merasa tidak bahagia dalam hidupnya. Jika kalian berada di usia 30 tahun dan merasa tidak sebahagia saat berada di usia 20 tahun, tenang, kalian tidak sendiri. Atau jika kalian berada di usia 47,2 tahun dan merasa kurang bahagia dibanding saat berusia 40 tahun, penelitian terbaru mengatakan kalian tidak sendirian.
Melansir Inc.com, sebuah riset yang dilakukan terhadap riburan orang di 132 negara oleh Profesor David Blanchflowers dari Darmouth menunjukkan bahwa orang-orang di dunia ini mengalami ‘kurva kebahagiaan’ berbentuk U yang terbalik.
Di mana artinya kurva tersebut mengindikasikan kebahagiaan yang menurun, dan kemudian akan meningkat. Menurut hasil penelitian tersebut, ketika seseorang mulai menginjak usia 18 tahun, level kebahagiaan mulai berkurang hingga mencapai pertengahan usia 60 tahunan.
ADVERTISEMENT
Rasa tidak bahagia tersebut mulai memuncak ketika usia mencapai 47,2 tahun di negara maju dan usia 48,2 tahun di negara berkembang. Kemudian setelah mencapai usia 60 tahun, level kebahagiaan bisa beranjak naik kembali.
Ekspektasi yang tidak terpenuhi adalah salah satu alasan seseorang menjadi tidak bahagia | Photo by Pexels/Helena Lopes
Berbagai faktor mempengaruhi kebahagiaan seseorang, seperti kecemasan, putus asa, kurang tidur, kesedihan, depresi, daya tahan tubuh, status karyawan, pendidikan dan lain-lain. Lebih lanjut menurut David Blanchflower, ada beberapa alasan mengapa seseorang cenderung mulai tidak bahagia di usia 18 tahun ke atas.
Alasan pertama adalah ekspektasi yang tidak terpenuhi. Pada masa usia 20-an, kita merasa bahwa semua mimpi dan keinginan bisa tercapai dengan mudah. Namun kenyataannya, ada banyak rintangan dalam meraih hal yang kita inginkan. Kebijaksanaan dan kedewasaan pun membutuhkan waktu yang lama untuk dapat diraih.
ADVERTISEMENT
Alasan kedua adalah sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Menurut Blanchflower, orang di awal usia 20, 30 hingga 40-an kerap membandingkan dirinya dengan orang lain. Membandingkan diri memang terkadang dibutuhkan, namun jika hal tersebut dilakukan secara berlebihan maka tentu tidak akan berdampak baik. Kalian akan merasa tidak percaya diri, insecure, minder, dan sulit untuk bersyukur.
Terlepas dari berbagai faktor yang dapat menyebabkan rasa tidak bahagia, penelitian tersebut juga memberikan alasan-alasan ilmiah untuk mengatasi quarter life crisis dan rasa tidak bahagia.
1. Fokus pada hal-hal yang bisa dikontrol
Fokus pada hal-hal yang bisa dikontrol, seperti emosi, pemikiran, dan hal yang kita lakukan | Photo by Pexels/Daniel Xavier
Wajar apabila kita merasa kecewa dan tidak bahagia saat menyadari bahwa kita tidak bisa mencapai semua tujuan, mimpi, dan cita-cita. Namun, rasa tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa kita kendalikan.
ADVERTISEMENT
Namun perlahan, secara bertahap kita akan menerima bahwa kegagalan untuk mencapai mimpi yang kita cita-citakan bukanlah akhir dari dunia. Kita juga akan mulai lebih fokus pada apa yang kita miliki saat ini daripada apa yang tidak dimiliki.
2. Memiliki beberapa teman dekat
Jauhkan diri dari lingkungan pergaulan yang toxic | Photo by Pexels/Adrienn
Dari studi yang dilakukan oleh Framingharm Heart Study, menunjukkan bahwa memiliki beberapa teman dekat memberikan efek positif pada kebahagiaan kalian. Lebih lanjut, semakin dekat tempat tinggal kalian dengan teman-teman, makan akan semakin baik. Efek positif yang bisa didapatkan dari memiliki teman dekat adalah setara dengan dua kali berolahraga.
3. Bandingkan diri dengan diri sendiri
Berhenti membadingkan diri sendiri dengan orang lain | Photo by Pexels/Stephan Seeber
Tak bisa terhindarkan, saat kita membuka media sosial dan melihat kehidupan orang lain yang nampak jauh lebih bahagia, kita pun akan membandingkan diri sendiri. Hal ini tidak akan pernah berhenti; akan selalu ada orang lain yang memiliki kehidupan lebih bahagia seperti yang ia perlihatkan di media sosial.
ADVERTISEMENT
Daripada membandingkan diri sendiri dengan orang lain, cobalah untuk membandingkan diri dengan diri sendiri. Tentukan tujuan dan goals dalam hidup, kemudian jadikan hal tersebut sebagai tolok ukur. Karena sesungguhnya, perbandingan yang paling relevan adalah membandingkan kualitas diri saat ini dengan di masa lalu.
4. Membantu orang lain
Membntu orang lain | Photo by Pexels/fauxels
Membantu orang lain bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kebahagiaan. Menurut riset, memberi pada orang lain dapat memberikan banyak keuntungan dibandingkan dengan menerima. Selain mendapatkan rasa bahagia saat membantu orang lain, kita pun akan belajar untuk bersyukur dengan kehidupan yang dimiliki saat ini.
5. Bersyukur tiap hari
Dengan bersyukur, hidup akan terasa lebih indah | Photo by Pexels/bruce mars
Sebenarnya, bersyukur adalah hal yang mudah untuk dilakukan, namun masih banyak yang lupa dan mengabaikannya. Padahal dengan bersyukur, hidup akan terasa lebih indah.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah penelitian, pasangan yang mengucap rasa syukur satu sama lain akan mengalami peningkatan hubungan dan kepuasan pada hari berikutnya. Hal tersebut juga berlaku di tempat kerja. Ketika seorang atasan mengucapkan terima kasih atas kerja keras karyawannya, maka kedua belah pihak tersebut akan merasa lebih baik akan dirinya masing-masing.
Salah satu metode yang bisa digunakan untuk menumbuhkan rasa syukur ialah dengan membuat gratitude journal. Dengan menuliskan beberapa hal yang kalian syukuri setiap harinya, hal tersebut mampu menumbuhkan rasa bersyukur yang akan berimbas pada kebahagiaan.
Bahkan, sebuah studi menunjukan bahwa orang yang menuliskan lima hal yang mereka syukuri dalam satu minggu akan merasa 25% lebih bahagia setelah 10 minggu.
#terusberkarya
Jangan lupa follow Karja di Instagram (@karjaid) dan klik tombol 'IKUTI' di kumparan.com/karjaid untuk mendukung dan mengikuti konten menarik seputar entrepreneurship, kisah inspiratif, karya anak bangsa, dan isu sosial seputar milenial ya, Sobat!
ADVERTISEMENT