Cerita Anak Rantau Samarinda yang Tidak Mudik Demi Cegah Penyebaran Corona

Konten Media Partner
30 Mei 2020 9:22 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mudik | Photo by Pexels/VisionPic .net
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mudik | Photo by Pexels/VisionPic .net
ADVERTISEMENT
Merantau adalah sebuah perjalanan seseorang menuju tempat tertentu dengan maksud tertentu. Biasanya orang pergi merantau karena alasan pekerjaan atau melanjutkan pendidikan.
ADVERTISEMENT
Setiap tahunnya, tak sedikit anak-anak muda asal Kota Samarinda yang pergi merantau. Kebanyakan dari mereka merantau untuk melanjutkan pendidikan mereka di kota-kota besar di Pulau Jawa. Tidak sedikit juga dari mereka setelah lulus, mendapatkan pekerjaan dan berkarir di sana.
Sehingga, sudah menjadi tradisi ketika mendekati hari raya lebaran menjadi satu-satunya kesempatan untuk bisa mudik dan bertemu dengan keluarga tercinta.
Kendati demikian, keinginan untuk pulang ke rumah dan bertemu sanak saudara harus mereka tunda. Pasalnya selama pandemi COVID-19 ini, pemerintah mengimbau masyarakat agar tidak pulang kampung saat libur lebaran. Dan para perantau inipun harus berjuang tanpa sanak keluarga di tanah rantau.
Seperti yang dirasakan oleh Ananda Bayu Pangestu (23), asal Samarinda, Kalimantan Timur, yang mengaku mengurungkan niatnya pulang ke kampung halaman dan tetap tinggal di Bandung.
ADVERTISEMENT
Terlebih lagi, Kota Bandung telah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) per 22 April 2020 lalu. Dampaknya, hampir semua pekerjaan yang dilakukan dikerjakan dari rumah atau work from home (WFH). Salah satu perusahaan start up tempat Nanda bekerja juga menerapkan WFH bagi para pekerjanya.
“Jadi, perusahaan mengikuti kebijakan dari pemerintah untuk menerapkan WFH. Seperti di perusahaan tempat saya kerja ini, sudah mau jalan 3 bulan kerja di rumah,” kata Nanda kepada Karja, Jumat (29/05) kemarin.
Ananda Bayu Pangestu, asal Kota Samarinda yang merantau ke Kota Bandung. Di tengah pandemi COVID-19, ia melakukan work from hone di indekosnya. Foto: Dokumentasi Pribadi.
Nanda yang merupakan alumni di salah satu negeri Kota Kembang, mengaku untuk tidak melakukan mudik pada tahun 2020 ini dan mengikuti imbauan dari pemerintah demi mencegah penyebaran virus corona.
“Mungkin bisa saja mudik, karena pasti ada saja jalannya. Tapi, saya memilih tidak mudik karena COVID-19 ini masih belum selesai, apalagi dari Pemerintah Bandung telah menerapkan PSBB,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Ditanya apakah rindu dengan keluarga yang ada di Samarinda, Nanda mengatakan sangat rindu. Namun, ia memanfaatkan videocall untuk bertatap muka dengan keluarganya.
“Kangen? Tentunya iya. Saya sering videocall sama keluarga. Ya, semoga bisa melepas rindu, walaupun tidak bisa bertemu secara langsung,” ujarnya.
Selama PSBB yang diberlakukan, Nanda sendiri merasa lebih berhemat dalam pengeluarannya karena tidak adanya nongkrong bersama teman-teman.
“Lebih hemat. Soalnya anak-anak milenial sekarang, kan, borosnya karena nongkrong, ya. Sekarang, kayak bingung ‘kok uangnya masih ada?’. Kalau untuk makan sehari-hari, sih, kadang order makanan lewat ojol atau masak sendiri,” tuturnya.
Sementara itu ketika PSBB diberlakukan, Nanda merasakan suasana Kota Bandung terlihat sangat sepi. Seperti di jalan raya dan aktivitas masyarakatnya. Namun, ketika mendekati Lebaran mulai kembali ramai lagi.
ADVERTISEMENT
“Udah mulai ramai lagi, orang-orang entah mungkin udah pada bosan di rumah atau gimana. Beberapa hari kemarin sempat lihat di jalan raya ramai, kendaraannya lumayan padat,” ucapnya.
Nanda sendiri pun berharap, di masa pandemi seperti sekarang ini dan sejak diberlakukannya PSBB, semua kembali lagi kepada kesadaran masing-masing.
“Sebenarnya bisa aja (mudik), bisa diakalin lah istilahnya. Tapi, lebih baik tidak dulu,” pungkasnya.