Imbas Corona, Cerita Pedagang Kopi yang Terpaksa Tidur di Tempat Dagangan

Konten Media Partner
23 Mei 2020 12:43 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Om Agus di warung kopi tempat dia berjualan, tepat di depan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman | Photo from Tititantoro
zoom-in-whitePerbesar
Om Agus di warung kopi tempat dia berjualan, tepat di depan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman | Photo from Tititantoro
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus COVID-19 di Indonesia dan dunia masih terus bertambah, dari angka kematian dan angka positif terjangkit virus corona semakin hari semakin bertambah.
ADVERTISEMENT
Hal ini membuat World Health Organization (WHO) mengimbau kepada seluruh masyarakat di dunia untuk melakukan physical distancing demi mencegah penyebaran virus corona.
Imbas dari virus tersebut, berdampak kepada semua usaha makanan dari restoran hingga Pedagang Kaki Lima (PKL). Seperti salah satunya pedagang kopi yang berada di kawasan universitas negeri di Kota Samarinda.
Salah satu pedagang kopi tersebut, mengaku telah kehilangan pemasukannya akibat pandemi corona hingga saat ini. Agus Supriatina (56), terpaksa berhenti berjualan sejak awal virus corona masuk di Kota Tepian dan ditambah lagi dengan kebijakan kepada seluruh mahasiswa untuk belajar di rumah.
Agus nama panggilan akrabnya, mengatakan kepada awak media bahwa dirinya bergantung pada uang tabungan yang dikumpulkannya selama berjualan untuk mencukupi kebutuhan dan membayar indekos tempat ia tinggal bersama keluarga kecilnya.
ADVERTISEMENT
Selama Agus tidak berjualan, lama kelamaan uang tabungannya mulai menipis. Ia pun mulai memikirkan bagaimana caranya dapat mencukupi kebutuhan hidupnya bersama keluarga kecilnya.
“Akhirnya saya bersama keluarga memutuskan untuk meninggalkan kos-kosan dan tinggal di tempat saya berjualan bersama istri dan anak saya,” katanya, Jumat (22/5/2020) kemarin.
Warung yang berukuran sekitar 4 x 4 meter tersebut menjadi tempat ia dan keluarganya berjualan sekaligus berteduh dari panasnya matahari dan dinginnya hujan.
Pak Agus mengaku khawatir jikalau virus corona ini terus berlanjut, bagaimana dengan dirinya dan keluarga ke depan.
"Saya bingung buat ke depannya, ini hanya mengharapkan bantuan saja karena untuk bekerja juga susah, gak tau mau bekerja apa," jelasnya.
Selain harus memikirkan tempat tinggal, Agus sebagai kepala keluarga juga harus menghidupi istri dan ketiga anaknya yang dua diantaranya masih berusia 1 dan 2 tahun.
ADVERTISEMENT
Sedangkan anak pertamanya sudah berusia 24 tahun dan sedang berkuliah di Universitas Mulawarman dengan bantuan beasiswa namun tidak tinggal bersama dengannya.
Agus pun mengaku dari awal corona muncul hingga sampai saat ini, dirinya belum mendapatkan bantuan dari pemerintah. Baik itu berupa sembako ataupun Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
“Belum ada dapat bantuan dari pemerintah, kami dapat bantuan dari salah satu para dermawan. Untuk anak saya sendiri, Alhamdulillah mendapatkan beasiswa Bidikmisi dan masih bisa melanjutkan sekolahnya,” ucapnya.
Agus berharap semoga pembagian bansos (bantuan sosial) bisa tepat sasaran dan sesuai dengan data yang ada di lapangan.
“Semoga bantuan tersebut tetap sasaran, sesuai dengan data yang ada di lapangan,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT