Mengapa Netizen Menjadi Lebih Real di Akun Kedua Media Sosial Mereka?

Konten Media Partner
1 Februari 2020 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Banyak orang yang membuat akun sosial media lebih dari satu dengan beragam alasan, salah satunya adalah ingin menjadi diri sendiri tanpa dijudge netizen | Photo by Pexels/mentatdgt
zoom-in-whitePerbesar
Banyak orang yang membuat akun sosial media lebih dari satu dengan beragam alasan, salah satunya adalah ingin menjadi diri sendiri tanpa dijudge netizen | Photo by Pexels/mentatdgt
ADVERTISEMENT
Fenomena second account memang banyak kita jumpai di dunia maya. Banyak orang yang membuat akun sosial media lebih dari satu dengan beragam alasan. Entah karena tidak ingin diketahui oleh lingkungan sekitar atau karena ingin menjadi sosok yang baru dan berbeda dari dirinya yang sesungguhnya. Biasanya, yang membuat second account ini didominasi oleh kaum milenial.
ADVERTISEMENT
Bagi mereka yang memiliki dua akun dalam satu media sosial dirasa tidak merepotkan. Karena biasanya satu akun diperuntukkan untuk umum dan satu akun lagi diperuntukkan untuk teman teman yang benar benar dekat, jadi tidak sembarang orang bisa berteman.
Walau begitu, terkadang ada juga mereka yang membuat akun kedua bukan dengan menggunakan nama pribadi, melainkan nama samaran agar orang tidak mengenali siapa pengguna akun tersebut. Singkatnya, menjadi anonim.
Dengan membuat akun seperti ini, biasanya mereka akan dengan leluasa memberikan komentar, like dan sebagainya di akun samarannya tanpa peduli komentar orang lain karena tidak ada orang yang mengenalinya.
Dunia maya selalu meminta seseorang untuk menampilkan sisi sempurna dari kehidupannya, di mana hal tersebut tentunya menimbulkan tekanan besar | Photo by Pexels/Pixabay
Hal ini juga menyebabkan seseorang menjadi lebih berani di dunia maya daripada di kehidupan nyatanya. Mengapa? Karena ia bersembunyi di balik sosok lain; tidak ada yang tahu siapa dirinya di media sosial.
ADVERTISEMENT
Dunia maya selalu meminta seseorang untuk menampilkan sisi sempurna dari kehidupannya, di mana hal tersebut tentunya menimbulkan tekanan besar. Hal tersebut sangat dirasakan oleh kaum milenial, di mana mereka merupakan pengguna media sosial yang paling banyak serta paling aktif.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh The Conversation menunjukkan bahwa dalam sehari, seorang remaja bisa mengakses Instagram sebanyak 10 hingga 30 kali. Yang mereka lakukan adalah memposting, mengecek berapa jumlah likes dan komentar, melihat foto yang diunggah oleh temannya, dan mengikuti hal yang membuat mereka tertarik.
Sebagian besar orang tua akan mengira bahwa anaknya memiliki akun fake atau akun kedua di media sosial untuk menyembunyikan skandal atau hal-hal yang berkaitan dengan seksual. Padahal, alasannya tidak selalu seperti itu.
ADVERTISEMENT
Di era di mana media sosial sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi anak-anak muda, mereka menciptakan fake atau second account untuk mengurangi tekanan yang diberikan masyarakat kepada mereka. Selain itu, di akun tersebut mereka juga merasa bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus menerima komentar negatif dari orang lain termasuk, orang tuanya.
Ada 3 alasan mengapa seseorang sampai rela membuat akun fake atau second account | Photo by Pexels/bruce mars
Lebih lanjut, dilansir dari The Conversation, ada 3 alasan mengapa seseorang sampai rela membuat akun fake atau second account. Alasan pertama adalah membuat akun khusus yang diperuntukkan hanya bagi teman dekat. Di akun ini, mereka akan mengunggah foto-foto yang tidak bisa mereka posting dalam akun instagram utama mereka. Foto tersebut biasanya berupa foto konyol, foto-foto yang hanya mereka dan teman dekatnya yang boleh tahu serta bersifat rahasia untuk umum.
ADVERTISEMENT
Alasan kedua adalah untuk menikmati hal-hal yang mereka sukai yang bersifat pribadi, di mana mereka tidak ingin orang lain mengetahuinya serta menghindari bully dan dihakimi.
Semisal, seorang remaja laki-laki yang menyukai girlband korea atau hal-hal yang berbau K-Pop. Di Indonesia sendiri, biasanya hal ini akan mendapatkan celaan dari masyarakat jika mengetahui bahwa seorang pria menjadi penggemar K-Pop. Tak jarang, mereka menerima hujatan, bully, dan cemoohan karena menyukai hal-hal tersebut. Padahal, semua orang bebas menunjukkan apa yang menjadi kesukaannya.
Dan alasan terakhir adalah untuk menambah popularitas akun Instagram resmi mereka. Mereka membuat akun palsu untuk menambahkan likes atau bahkan komentar di fotonya sendiri agar terlihat seperti bahwa mereka dikenal oleh banyak orang.
Jadilah netizen yang bijaksana dalam menggunakan media sosial | Photo by Pexels/Reafon Gates
Tak sedikit netizen yang menjadi lebih real atau asli di fake account maupun second account dibanding di akun utamanya. Di akun kedua tersebut, memungkinkan para penggunanya menjadi lebih fokus terhadap kualitas dibanding kuantitas like atau komentar yang akan didapatkan. Mereka pun merasa bisa menjadi diri sendiri tanpa adanya penilaian dari orang-orang yang tidak dekat dengannya.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, semua kembali kepada penggunanya. Akankah mereka dapat menggunakan media sosial dengan bijak untuk menebarkan energi positif, ataukah hanya digunakan sebagai tameng untuk berlindung saat menebarkan ujian kebencian? It’s all up to you, netizen; the choice is in your hand. So, choose wisely!
#terusberkarya
Jangan lupa follow Karja di Instagram (@karjaid) dan klik tombol 'IKUTI' di kumparan.com/karjaid untuk mendukung dan mengikuti konten menarik seputar entrepreneurship, kisah inspiratif, karya anak bangsa, dan isu sosial seputar milenial ya, Sobat!