Musisi Asal Samarinda, Sugiarto Irine Merilis 3 Musik Video

Konten Media Partner
1 Februari 2020 13:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sugiarto Irine | Photo from Sugiarto Irine
zoom-in-whitePerbesar
Sugiarto Irine | Photo from Sugiarto Irine
ADVERTISEMENT
Oktober 2019 lalu, Sugiarto Irine melepas salah satu video musik dari rangkaian EP Altokumulus Kelabu (2018) yang berjudul Samar dan Asam.
ADVERTISEMENT
Ditahun yang sama, dengan rangkaian pilihan yang dilewati di tahun 2019 kebelakang, membuatnya banyak bertanya tentang hal ini dan itu, pilihan ini dan itu, serta konsekuensi dari ini dan itu; menjadi gulungan yang menggumpal untuk membuka tahun 2020.
Perlahan merapikan ‘gulungan’ tadi pada laci yang sudah ia tentukan, Sugiarto Irine akhirnya melepas sekaligus tiga video musik pada 17 Januari 2020 sebagai rangkaian lengkap dari EP (extended play) yang dikeluarkannya pada tahun 2018 lalu.
Permata untuk Raja, Besok-Besok, dan Altokumulus Kelabu. Tiga lagu yang lahir dari gejolak dan ceritanya masing-masing.
Permata untuk Raja
Ketakutan yang mengalahkan keberanian seorang hamba untuk menampakkan diri pada pribadi yang dinobatkan sebagai raja dalam benak dan hati terdalam.
ADVERTISEMENT
Dalam kesedihannya, ia mengambil kesimpulan bahwa permata ini mungkin lebih baik diberikan lewat tangan yang lebih rupawan, bukan lewat hamba biasa yang bahkan tak bernilai keberadaannya.
Besok Besok
Tulisan dari sebuah harapan yang berbuah dari kekhawatiran akan sebuah pertanyaan, masih adakah hari esok untuk sebuah pertemuan?
Altokumulus Kelabu
Ajakan yang mengharuskan setiap orang untuk memilih apa yang menjadi ‘awan cantiknya’. Irine punya definisi penting untuk ‘awan cantik’ sebutannya ini.
Kebebasan hidup, pilihan hari esok atau jangka panjang, kesedihan, kekuatan, rasa sakit, bahkan hal hal yang membentuk identitas dalam diri manusia (orientasi seksual, gaya berpakaian, atau bahkan bentuk tubuh). Semua itu berhak untuk dipilih sendiri tanpa bumbu-bumbu pilihan manusia lain.
ADVERTISEMENT
Jika didengar secara garis besar, mungkin kita akan bisa menyimpulkan dengan cepat bahwa lagu-lagu Sugiarto Irine bernuansa pop jazz.
Namun dilain sisi, nyatanya genre bukan menjadi acuan dari warna musik pelantun berusia 23 tahun ini. Hal penting baginya adalah interpretasi.
Dalam EP ini, interpretasi diimplementasikan melalui tempo, nuansa, serta progresi chord. Lagu Besok-Besok ditautkan dengan tempo tidak lebih dari 50 bpm (beat per minute) serta nuansa ballad yang menenangkan. Dalam lagu ini Irine ingin pendengar berada dalam perasaan yang manis namun penuh kebimbangan.
Lalu pada lagu Permata untuk Raja, Irine tetap menggunakan nuansa ballad. Hanya saja dengan progresi minor chord dalam lagu ini, ballad menjelma sebagai rasa sakit atas ketidakmampuan kita untuk menyatakan perasaan kepada seseoarang secara langsung.
ADVERTISEMENT
Diantara yang lain, Altokumulus Kelabu merupakan yang paling manis dan menyenangkan, tergambar jelas lewat beat yang lebih energic serta progresi chord pada bagian interlude sengaja dibuat untuk mengambarkan keceriaan saat menari diantara awan.
Pada penggarapan ketiga video musik setelah Samar dan Asam sebelumnya, Sugiarto Irine tetap memilih dirinya untuk bertindak langsung sebagai sutradara dengan menggandeng beberapa penangkap dan penyunting gambar.
Pada Permata untuk Raja ada Anis Alimah Shalihah (Samarinda), disambung Permata untuk Raja oleh Rio dan Dicky (Balikpapan), dan Altokumulus Kelabu oleh Mademun dan Resa Alif (Samarinda).
Menyentuh langsung proses pembuatan karya dalam bentuk visual dari awal hingga selesai, diakuinya menjadi kelegaan dan keintiman tersendiri untuk menyampaikan pesan dan harapan untuk setiap yang mendengar dan melihat nantinya.
ADVERTISEMENT
Berikut pernyataan Irine pada Kamis (30/1) :
“Sistem roster di dunia kerja yang saya pilih dan sistem jadwal gigs bukan hal yang bisa saya imbangi dengan baik. Bahkan sampai saat ini (memasuki tahun kedua). Tapi, yang saya mengerti sampai hari ini, dimanapun saya berada bahkan di lokasi terpencil sekalipun dimana saya ditempatkan, nada-nada tidak akan pernah berhenti ada di atas saya. Dan merekalah yang selalu mengamini semangat saya yang berapi-api untuk tetap berteriak dengan lembut, lantang, dan berirama. 2020 bukan salah satu tahun yang saya buka dengan baik, tapi semoga nada-nada diatas kepala saya ini dapat menjalani dan menutupnya dengan baik. Atau saya ralat, bukan tentang baik atau tidak baik, tapi tentang berbeda. Mari jalani dengan sesuatu yang berbeda.“
ADVERTISEMENT
Selamat menikmati, Altokumulus Kelabu kembali mengudara!
#terusberkarya