My Caramel 1994, Buka 3 Cabang Hanya Dalam Setahun

Konten Media Partner
14 November 2019 15:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dalam kurun waktu satu tahun lebih, My Caramel 1994 sudah memiliki tiga cabang di Samarinda. | Photo by Karja/Nadya
zoom-in-whitePerbesar
Dalam kurun waktu satu tahun lebih, My Caramel 1994 sudah memiliki tiga cabang di Samarinda. | Photo by Karja/Nadya
ADVERTISEMENT
Bisnis kuliner memang bisa dibilang menjadi salah satu bisnis yang cukup menjanjikan. Dengan pesatnya perkembangan beragam jenis makanan dan minuman yang ada di pasaran saat ini, maka tak jarang membuat orang berbondong-bondong untuk terjun ke dunia bisnis dengan harapan bisa meraup keuntungan yang fantastis.
ADVERTISEMENT
Di Samarinda, salah satu jenis kuliner yang sempat booming pada tahun 2016 adalah ayam karamel. Perpaduan antara ayam goreng berbalut tepung yang dilumuri dengan saus karamel yang manis dan gurih ini berhasil memanjakan lidah para pencinta kuliner. Hingga saat ini, ayam karamel masih menjadi salah satu pilihan makanan favorit untuk disantap, khususnya oleh anak muda.
Dari sekian banyak rumah makan yang menyediakan makanan hits itu, ada satu bisnis ayam karamel yang mampu mencapai prestasi yang luar biasa, yaitu My Caramel 1994. Dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun, My Caramel sudah mampu memiliki tiga cabang di Samarinda.
Ardy Maroni dan Muhammad Iqbal Asyhari adalah tangan dingin di balik kesuksesan bisnis My Caramel 1994. Berawal dari rasa jenuh saat berkuliah karena hanya tinggal menyelesaikan skripsi, Ardy dan Iqbal pun berpikir kegiatan apa yang sekiranya bisa mereka lakukan.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, kedua pria itu memutuskan untuk membuka usaha kecil-kecilan ketika melihat peluang yang ada. “Setiap hari Minggu, kami jualan di tempat pengembangan bakat. Kami melihat adik-adik disana kalo mau belanja harus jalan keluar dulu. Akhirnya kami jualan minuman dan snack, dan selama hampir satu tahun lebih berjalan, ya lumayan bisa buat nambahin biaya kuliah.” tutur Ardy.
Awal mula kemunculan My Caramel 1994 terjadi ketika Ardy dan Iqbal sedang kunjungan ke Tenggarong. Mereka mampir ke satu rumah makan yang ada di sana.
“Sambalnya enak banget. Kami mikir, kami kan tinggalnya di Samarinda, haruskah kami pergi ke Tenggarong dulu untuk makan sambal enak ini.” kenang Ardy.
Dari hal itu, akhirnya ia bersama Iqbal iseng-iseng mencoba membuat sambal serupa, namun ternyata gagal. Walaupun tidak berhasil, namun rasanya diakui oleh Ardy tetap enak.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, kuliner ayam karamel sendiri sedang melejit namanya di Samarinda. Ada cukup banyak yang menjajakan ayam dengan rasa manis dan gurih satu ini. “Ada beberapa pelopor yang emang kami akui enak banget rasa ayam karamelnya, cuma secara cost bisa dibilang cukup tinggi, dan itu nggak masuk di kantong kami sebagai mahasiswa.”
Makna di balik nama My Caramel 1994? “Ini pure inovasi dari kami, jadi kami menamakan ini karamel kami. Kalau 1994 itu merupakan tahun kelahiran, dan kami menganggapnya bahwa kami emang terlahir untuk bisnis ini.” jawab Ardy. | Photo by Karja/Nadya
Ardy bersama Iqbal akhirnya mengolah inovasi yang gagal tadi menjadi saus ayam karamel. Setelah dicoba, mereka pun memberikan kepada teman-teman di sekitar untuk mendapatkan testimoni. Tak diduga, responnya pun sangat positif.
Masih jelas di benak Ardy, tanggal 21 Februari 2018 adalah hari di mana Ia bersama Iqbal membuka PO di sosial media Instagram untuk menjual ayam karamel buatan mereka pertama kali. Dalam sehari, mereka bisa mendapatkan pesanan sekitar 60-80 porsi. Dalam kurun waktu empat hari, orderan terus berdatangan hingga membuat kedua pria ini kewalahan.
ADVERTISEMENT
Dengan respon positif yang didapat dan bermodalkan Rp 1,5 juta Ardy dan Iqbal akhirnya memutuskan untuk membuka kedai pertama mereka, yakni di Jalan Anggur. Dalam rentang waktu 5-6 bulan, respon yang didapatkan sangat baik dan My Caramel 1994 mulai dikenal banyak orang. Rencana untuk membuka kedai kedua sehabis lebaran di Jalan Pramuka pun dapat terealisasi.
“Pertengahan tahun 2019, kami berani buka kedai di Jalan Cendana. Dua bulan yang lalu kami juga buka di Jalan Gatot Subroto, walaupun hanya kedai kecil seperti yang pertama kali buka, tapi gimana caranya tetap bisa menjangkau pelanggan.” ucap Ardy.
Hingga saat ini, My Caramel 1994 memiliki tiga cabang, yaitu di Jalan Pramuka 3, Jalan Cendana dan Jalan Gatot Subtroto. Dalam sehari, My Caramel 1994 cabang Jalan Pramuka mampu menjual hingga 150 porsi, lho! Tidak hanya itu, cabang di Jalan Cendana pun menunjukkan progres yang begitu cepat hingga mampu menyaingi penjualan di cabang Jalan Pramuka 3. | Photo by Karja/Nadya
Saat ditanya terkait kendala selama merintis My Caramel 1994, Ardy menjawab bahwa kendala datang dari sumber daya manusia. Pria yang sedang menempuh studi S2 di Universitas Mulawarman ini mengaku bahwa cukup sulit untuk menemukan tim My Caramel 1994 yang seperti sekarang ini.
ADVERTISEMENT
Ardy percaya bahwa setiap karyawan memiliki keunggulannya masing-masing. Dua hal yang juga terus ditekankan kepada semua tim My Caramel 1994 adalah kejujuran dan kebersihan.
Beberapa kali, Ardy mendapatkan komplain dari pelanggan. Hal tersebut sempat dirasa sebagai kendala karena dapat berdampak kepada penjualan. “Tapi Alhamdulillah komplainnya itu positif dan membangun. Seperti misalnya ‘Kak, kok kayak gini?’ atau “Kak, ini kurang begini.” Kami bertanggung jawab atas hal itu, minta maaf dengan pelanggan, dan kami juga menegur tim kami, setelah itu langsung evaluasi lagi.”
Ada satu pengalaman tak mengenakkan yang pernah dialami Ardy dan Iqbal saat berbisnis My Caramel 1994. Mereka sempat diusir dari kedai pertama mereka yang ada di Jalan Anggur. “Nggak tahu, ya. Mungkin karena ada persaingan, padahal masih nyewa statusnya waktu itu. Tapi kok rombongnya udah di sewakan lagi ke orang lain. Akhinya kami putuskan untuk nggak melanjutkan di situ lagi.” beber Ardy.
ADVERTISEMENT
Terus berinovasi dan menjaga kualitas menjadi strategi Ardhi dan Iqbal dalam menghadapi persaingan di bisnis kuliner. Tidak hanya menjual ayam karamel, mereka juga berinovasi dengan membuat berbagai macam geprek, seperti geprek sambal matah, geprek petai, geprek kol, dan geprek keju. Walau sederhana, namun semua tergantung niat untuk terus berinovasi.
“Bagaimanapun rasa itu selera. Nggak semua suka pakai karamel, nah dari situ kami jaga dulu aja yang suka karamel. Terus kalau jual makanan aja rasanya kurang lengkap, di situ kami berinovasi dengan membuat minuman kami, My Fresh Milk. Lagi-lagi kami melihat pasar di Samarinda, karena waktu itu fresh milk lagi hits banget.” papar Ardy.
ADVERTISEMENT
Dari awal, Ardy dan Iqbal sudah berkomitmen penuh pada usaha yang mereka rintis bersama. Untuk tetap bertahan pada bisnis ini, ada banyak sekali pengorbanan yang dilakukan oleh kedua pria ini.
Salah satu contohnya adalah menolak tawaran kerja yang mereka dapatkan dari perusahaan dengan posisi yang menjanjikan. Mereka berdua pun melepasnya demi membangun usaha My Caramel 1994.
“Kami juga nggak menyangka usaha ini dalam jangka waktu satu tahun dan menjelang dua tahun bisa survive bahkan sebesar ini. Jadi bagaimanapun kondisinya, My Caramel 1994 harus tetap ada, walaupun misalnya hanya satu outlet. Karena roda itu berputar, kami selalu mempersiapkan hal-hal terburuk dan apabila hal buruk itu terjadi, usaha ini harus tetap ada, sekecil apapun.”
Dengan harga yang terjangkau, kamu udah bisa menikmati ayam karamel yang menggugah selera ini! | Photo by @mycaramel1994 on Instagram
Ada berbagai macam pengalaman yang bisa dipetik selama berbisnis. Ardy sendiri mengaku bahwa pengalaman berbisnis membuatnya benar-benar mengerti bagaimana cara mengelola suatu bisnis beserta tantangan yang menghampiri.
ADVERTISEMENT
“Karena kami ngikutin prosesnya, di mana prosesnya itu sangat berkesan. Dari awal kami ngerjain sendiri sampai sekarang sudah tinggal mengontrol dan memantau saja, wah itu pengalaman yang luar biasa.” cerita Ardy. Tak jarang, Ardy pun merasa rindu akan proses itu. Maka Ia bersama Iqbal pun kembali ikut terjun langsung ke rumah makan untuk membantu para karyawan.
Satu lagi pelajaran penting dari berbisnis yang bisa dipetik dua sahabat ini adalah karakter orang-orang, baik dari pelanggan, mitra, dan juga para karyawan. Bagaimana berkomunikasi dan berinteraksi dengan semua stakeholder yang berkaitan dengan bisnis ini merupakan hal yang penting.
“Dengan adanya My Caramel 1994 ini ternyata kami bisa dilirik oleh beberapa mitra atau orang-orang yang berkecimpung di dunia bisnis. Ada juga yang mungkin mau berinvestasi atau mau berkolaborasi, atau sekedar sharing session. Enjoy learning by doing aja.”
ADVERTISEMENT
Endorsement menjadi salah satu strategi promosi yang dipilih oleh My Caramel 1994. Ardy dan Iqbal mengajak teman, selebgram, hingga public figure yang memiliki followers cukup banyak di Instagram untuk membantu mempromosikan dagangan. | Photo by Karja/Nadya
My Caramel 1994 ternyata tidak hanya punya nama di Samarinda, namun juga sudah menjelajah sampai ke Makassar dan Surabaya! “Teman-teman yang sering beli itu ada yang dari Tenggarong dan Bontang.
Bahkan ada yang dari Berau, dia rela jastip (jasa titip) sama temannya yang kebetulan pas ke Berau demi mengobati rasa rindunya,” tutur Ardy. Harapannya selain bisa membuka cabang di berbagai lokasi, Ardy dan Iqbal juga ingin memiliki satu tempat yang memang menjadi pusat dengan lahan yang lebih luas.
Lebih lanjut, Ardy berharap, “Melihat kondisi seperti ini, kami masih optimis untuk menjadikan My Caramel 1994 sebuah franchise. Setelah kami pelajari bagaimana mekanisme franchise ternyata agak rumit, ada beberapa ketentuan, dan kami masih mempelajari sampai saat ini. Karena melihat antusias teman-teman dari luar Samarinda banyak yang pengen.”
ADVERTISEMENT
Saat ditanya apakah ingin membuka cabang lagi dalam waktu dekat, Ardy mengaku hal tersebut sedang diusahakan. “Insya Allah, mudahan ada jalannya awal tahun depan, mudahan My Caramel 1994 bisa lebih besar lagi. Sekarang masih di tahap lobi, karena memang tidak mungkin untuk bisa gerak sendiri. Nah ini juga pentingnya rekan, mereka melihat bisnis kami dalam satu tahun sudah punya tiga cabang, akhirnya timbul kepercayaan dan amanah baru.” ungkapnya.
Impian Ardy dan Iqbal ingin menjadikan My Caramel 1994 bukan hanya sekedar tempat makan, namun juga bisa jadi tempat tongkrongan yang asyik.
Menurut Ardy, kehadiran seorang mentor sangat dibutuhkan dalam membimbing anak-anak muda yang ingin berbisnis. Selain itu inovasi juga sangat penting, terlebih apabila ingin berkecimpung di bisnis kuliner. | Photo by @ardymaroni
Sudah cukup banyak generasi muda Samarinda yang berkecimpung di dunia bisnis. Namun, tak sedikit pula yang masih ragu-ragu.
ADVERTISEMENT
Jangan takut mencoba menjadi salah satu hal yang sering Ardy dan Iqbal sampaikan kepada teman-teman yang ingin mencoba berbisnis. Tidak sekedar hanya asal mencoba, namun juga harus penuh analisis dan pertimbangan.
Dari mencoba kita dapat mengetahui apakah yang sudah kita lakukan ini salah atau benar. Setiap apa yang telah dijalankan, harus segera dilakukan evaluasi untuk menentukan langkah berikutnya; apakah bisa dikembangkan atau tidak dan pemilihan metode yang digunakan untuk menjalankan suatu bisnis.
Selain itu, banyak anak muda zaman sekarang yang bergaya hidup hedon dan membuat mereka lupa bahwa ke depannya mereka memiliki tanggung jawab yang besar. “Nah dari situ mungkin perlu adanya motivasi-motivasi untuk generasi muda agar hidup lebih produktif ketimbang konsumtif.” pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk bisa sampai di titik ini, Ardy dan Iqbal pun banyak meninggalkan hal-hal yang konsumtif untuk bisa menjadi pribadi yang lebih produktif. “Dari usaha menjadi produktif, kita bisa menemukan dan mengembangkan passion, bertemu dengan partner yang sesuai. Diharapkan bisa bermanfaat bagi orang-orang sekitar, dan Alhamdulillah kalau sampai bisa buka lapangan kerja yang baru,” tutup Ardy.
#terusberkarya