Nanda Ginanjar, Praktisi Hidroponik Inspiratif Pembina Ekonomi Mandiri

Konten Media Partner
6 Desember 2019 18:49 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Nanda Ginanjar, sosok inspiratif asal Samarinda yang berkecimpung dalam budidaya hidroponik sembari membina ekonomi mandiri di pondok pesantren dan sekolah luar biasa (SLB) | Photo by Karja/Nadya
zoom-in-whitePerbesar
Nanda Ginanjar, sosok inspiratif asal Samarinda yang berkecimpung dalam budidaya hidroponik sembari membina ekonomi mandiri di pondok pesantren dan sekolah luar biasa (SLB) | Photo by Karja/Nadya
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Apabila kita menjadikan hobi sebagai pekerjaan, niscaya pekerjaan tersebut tidak akan terasa berat karena dikerjakan dengan sepenuh hati. Namun, bagaimana jika hobi yang dijadikan pekerjaan juga dijadikan sebagai ladang untuk membagikan ilmu dan berbagi kepada sesama?
Itulah yang dilakukan oleh sosok inspiratif asal Samarinda, yaitu Nanda Ginanjar. Ia adalah praktisi hidroponik yang berfokus pada pembinaan ekonomi mandiri untuk pondok pesantren dan sekolah luar biasa (SLB).
Menjauh sejenak dari hiruk pikuk kota Samarinda, pada Kamis (05/12) Karja berkunjung ke Pondok Pesantren KH Harun Nafsi yang terletak di Jalan H. A. M Rifaddin, Harapan Baru, Kecamatan Loa Janan Ilir, Samarinda. Disanalah tempat Nanda memberikan pembinaan kepada para santri untuk budidaya hidroponik.
Berawal dari hobi di bidang pertanian, Nanda Ginanjar merupakan pionir di Samarinda dalam memperkenalkan budidaya hidroponik. Sekitar empat tahun yang lalu setelah mengikuti pelatihan hidroponik, Ia memanggil praktisi hidroponik profesional dari Yogyakarta untuk memperkenalkan teknik budidaya tersebut sekaligus mengadakan pelatihan. “Pelatihan pertama itu sampai kami bikin dua kelas, karena pesertanya banyak.” cerita Nanda.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu setelah pelatihan tersebut, minat masyarakat untuk budidaya hidroponik pun semakin berkembang pesat, hingga akhirnya terbentuklah komunitas hidroponik di Samarinda. “Sampai sekarang ada yang aktif, ada yang nggak juga. Alhamdulillah sampai sekarang saya masih bisa fokus.” ungkapnya.
Saat peresmian penyerah bantuan sosial kebun hidroponik di Pondok Pesantren KH Harun Nafsi | Photo by @nandaginanjar on Instagram
Berawal dari program kemandirian ekonomi pondok pesantren yang diadakan oleh Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur, Nanda diajak untuk bekerja sama terkait program kewirausahaan apa yang bisa diterapkan di pondok pesantren. Ia mengajukan usul untuk menerapkan budidaya hidroponik, karena menurutnya teknik tersebut paling mudah dan bisa dilakukan semua orang.
Berbeda dengan pondok pesantren di Jawa yang sudah banyak aktif di pertanian, dengan lahan yang luas mereka bisa bercocok tanam dan mencangkul. “Saya kira pondok pesantren di Samarinda belum ada yang seperti itu, kalau diterapkan langsung seperti itu juga kayaknya peminatnya kurang.
ADVERTISEMENT
Jadi yang paling ringkas ya hidroponik. Tidak perlu mencangkul, dan mudah. Akhirnya diterapkan, Alhamdulillah para santri sangat bersemangat dan antusias sampai sekarang.” tutur Nanda.
Tujuan utama dari program tersebut ialah melahirkan pengusaha muda syariah. “Mereka udah berprestasi di bidang agama, kami pengennya mereka juga bisa berprestasi di bidang wirausaha. Jadi santri-preneur istilahnya.” ucap Nanda.
Sebelum menjalankan program ekonomi mandiri melalui budidaya hidroponik, Nanda bersama Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur melakukan survei terlebih dahulu untuk melihat pondok pesantren mana yang paling ideal.
Dibutuhkan pondok pesantren yang terletak di pinggir jalan dan strategis serta lahan yang luas dan memadai. Setelah dilakukan survei, maka dipilihlah Pondok Pesantren KH Harun Nafsi.
Green house hidroponik di Pondok Pesantren KH Harun Nafsi | Photo by Karja/Nadya
“Selama ini kegiatan utama mereka adalah menghapal Al Qur’an. Jadi tujuan kami di sini, para santri itu tidak hanya belajar agama, tapi juga belajar wirausaha untuk kemandirian ekonomi mereka sendiri.” tutur Nanda.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kebun hidroponik yang ada di pondok pesantren itu juga dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran terkait pertanian dan tempat rekreasi anak. Untuk menanamkan rasa cinta akan bertani memang harus dilakukan edukasi sejak dini.
Di bulan November kemarin, green house hidroponik milik Pondok Pesantren KH Harun Nafsi juga menerima kunjungan dari anak-anak TK Asy Syifa El Farid. “Selain kunjungan, mereka juga belajar nanam. Lalu saya bikin video animasi juga tentang pertanian, tentang pentingnya makan sayur supaya memotivasi anak-anak.” papar Nanda.
Program ini merupakan yang pertama diluncurkan untuk pondok pesantren dari Bank Indonesia Perwakilan Kalimantan Timur. Harapannya, hal ini bisa menjadi contoh bagi pondok pesantren lainnya di Kaltim.
“Saat saya sharing dengan BI, mereka akan mengembangkan lagi di pesantren lainnya. Insya Allah nggak cuma di sini, harapannya bisa dikembangkan di pesantren-pesantren yang lain.”
ADVERTISEMENT
Arifin, salah satu santri yang menjadi pengelola di kebun hidroponik Pondok Pesantren KH Harun Nafsi | Photo by Karja/Nadya
Berperan sebagai pembina, Nanda pun mengajak para santri untuk terjun langsung dalam mengelola green house hidroponik. Proses awalnya sebelum para santri dapat terjun langsung ke lapangan, mereka diberi pelatihan dasar terlebih dahulu.
“Pertama mereka mengenal dulu konsep hidroponik itu seperti apa, terus bagaimana bisa tumbuh. Sambil kami beri pelatihan, sambil praktik langsung juga. Akhirnya lama kelamaan, berikutnya mereka bisa mandiri dan menghandle sendiri.” tutur Nanda.
Selain memberikan pembinaan terkait teknis penanaman hidroponik, Nanda juga membina para santri untuk merencakan segmentasi pasar. Menurutnya, tantangan terbesar setelah panen ialah memasarkan hasil panen tersebut. Jika tidak memiliki jaringan yang luas, termasuk sesama petani hidroponik, makan akan sedikit kesulitan.
ADVERTISEMENT
“Hidroponik kalau untuk skala hobi, kita mikirin gimana caranya untuk panen saja. Tapi kalau untuk skala produksi, itu dari hulu ke hilir. Mulai dari segi nanam, panen, sampai pemasarannya.”
Memasuki bulan keempat, hasil panen dari green house hidroponik milik Pondok Pesantren KH Harun Nafsi sudah memiliki pasarnya sendiri. “Alhamdulillan kami punya link dan jaringan yang cukup luas untuk memasarkan hasil panen.” ungkap Nanda.
Selain restoran dan teman-teman yang membeli hasil dari budidaya hidroponik, Ia juga berharap hasil panen Pondok Pesantren Harun Nafsi juga bisa menembus pusat perbelanjaan atau swalayan.
Tidak hanya mengembangkan green house hidroponik, kedepannya Pondok Pesantren KH Harun Nafsi juga akan mengembangkan learning center terkait hidroponik, membangun peternakan kambing di area belakang pesantren juga kolam lele. “Kolamnya udah ada, tapi kami pelan-pelan aja dulu. Kami membiasakan dulu para santri untuk berwirausaha, setelah itu kami kembangkan yang lainnya.” ungkap Nanda.
ADVERTISEMENT
Sedangkan untuk learning centre yang ada di pondok pesantren tersebut, diharapkan bisa dijadikan sebagai tempat pelatihan masyarakat, salah satunya ibu-ibu rumah tangga. Salah satu tujuan pelatihan tersebut ialah untuk ketahanan pangan dapur mereka sendiri sekaligus kampanye urban farming. Jadi, nantinya diharapkan setiap rumah akan punya kebun hidroponik dalam skala minimalis.
Hani Farm, singkatan dari Harun Nafsi Farm. Beberapa sayuran yang ditanam antara lain sawi sendok, kale, selada, kangkung, dan lain sebagainya. Ditargetkan untuk panen sebanyak satu kali dalam seminggu | Photo by Karja/Nadya
Salah satu tantangan yang dihadapi oleh Nanda dalam membina budidaya hidroponik di pondok pesantren adalah perkara jadwal para santri. Ia harus mengatur jadwal sedemikian rupa agar para santri tetap bisa fokus dalam menjalankan program penghalapan Al Qur’an tapi juga tetap bisa mengelola kebun hidroponik. “Paling penting jangan sampai mengganggu hapalan mereka.” kata Nanda.
ADVERTISEMENT
Ketika datang waktu panen ataupun ketika ada tamu yang datang untuk melihat budidaya hidroponik, Nanda pun juga selalu berkomunikasi dengan para Ustadz di pondok pesantren.
“Alhamdulillah Ustadz di sini udah komunikasi sama saya, nggak apa-apa berkegiatan di kebun asal hafalan mereka tetap jalan. Nah, tinggal komitmen santri-santri saja, karena saya selalu ngasih tau ke mereka jangan sampai mengganggu hafalan, disesuaikan waktunya.” ungkapnya.
Sempat terpikir di benak Nanda karena keterbatasan waktu para santri apakah program hidroponik ini bisa berjalan dengan baik. “Saya mikir, harus bisa. Itu tantangan saya sih sebenarnya. Saya selalu mindset bahwa semua orang bisa budidaya hidroponik, dan saya harus buktikan dengan santri di sini.”
Hal tersebut pun pada akhirnya terbukti dengan berkembangnya kebun hidroponik di pondok pesantren tersebut, bahkan bisa sampai menjual hasil panen sendiri.
ADVERTISEMENT
Hasil panen di SLBN Pembina Provinsi Kalimantan Timur | Photo by @nandaginanjar on Instagram
Sebelum menjalankan program dari BI Perwakilan Kaltim untuk membina budidaya hidroponik di Pondok Pesantren KH Harun Nafsi, Nanda sudah terlebih dahulu memberikan pembinaan di SLBN Pembina Provinsi Kalimantan Timur.
Hanya menggunakan media yang sederhana yang sempat terbengkalai di gudang sekolah, sempat membuat para guru di sana pesimis. Namun, Nanda terus memberikan motivasi dan semangat. “Saya bilang bisa, pasti bisa. Jangan pikirin untuk jual dulu, yang penting bisa panen aja.” pungkasnya.
Maka, bermodalkan alat-alat yang sederhana, Nanda bersama para guru dan murid perlahan-lahan membangun kebun hidroponik sederhana. Sampai pada akhirnya, waktu untuk panen pun tiba. Mulai dari orang tua murid hingga para warga di sekitar sekolah merasa senang dan bahkan membeli hasil panen tersebut.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, karena konsistensi dan semangat dari para guru serta murid-murid yang terlibat, mereka mampu membuat green house hidroponik yang jauh lebih bagus serta rapi dibandingkan kebun awal mereka.
Jauh dari ekspektasi Nanda, Ia tidak mengira budidaya hidroponik di sekolah tersebut akan bisa sebesar dan semaju itu. “Saya kira untuk kegiatan aja, dengan alat yang sederhana awalnya, mungkin kegiatan rutin tiap hari untuk menanam dan untuk memotivasi para murid. Sekarang, udah berhasil, bisa produksi, dan bisa jadi bisnis.” ungkapnya bangga.
Selain membina Pondok Pesantren KH Harun Nafsi dan SLBN Pembina Provinsi Kalimatan Timur, Nanda juga pernah membina budidaya hidroponik di Kapolres Samarinda, kelurahan dan kecamatan di Samarinda, serta pelatihan skala rumahan | Photo by Karja/Nadya
Tidak hanya itu, hasil panen yang dihasilkan di SLBN Pembina Provinsi Kaltim tersebut menerima antusiasme yang luar biasa dari masyarakat. Hingga bisa dikatakan jika sampai saat ini permintaan yang ada selalu melebihi produksi.
ADVERTISEMENT
“Saya sering bilang, kalau nggak percaya langsung aja datang ke sana. Misal minta deh satu kilogram aja, nggak akan dapat. Karena itu udah pesanan orang. Alhamdulillah masyarakat antusias untuk beli sayur mereka.” ungkap Nanda.
Melihat keberhasilan budidaya hidroponik di sekolah tersebut, membuat salah satu perusahaan di Samarinda tertarik dan terinspirasi untuk mengeluarkan program pelatihan hidroponik untuk disabilitas.
“Kebetulan saya yang ngisi materinya kemarin. Pelatihan ini untuk teman-teman disabilitas yang sudah lulus dari SLBN atau yang di luar SLBN.” sambung Nanda.
Ada tantangan tersendiri saat membina budidaya hidroponik di SLBN Pembina Provinsi Kaltim. Diakui Nanda, ada sedikit kendala saat berkomunikasi dan butuh waktu yang cukup lama untuk memberikan pelatihan serta butuh mentoring yang lebih banyak. Namun berkat bantuan dari para guru dan adanya kerja sama yang baik dari murid, membuat prosesnya terasa mudah dan menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Selama berkecimpung di dunia hidroponik, menurut Nanda pembinaan di SLBN Pembina merupakan yang paling berkesan baginya sekaligus paling menginspirasi. “Mereka teman-teman disabilitas, namun bisa bertani, berwirausaha. Itu sangat menginspirasi dan memotivasi.” pungkasnya.
#terusberkarya