Pelita Harapan di Ujung Negeri

Konten dari Pengguna
24 Agustus 2018 19:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katherine Kusuma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari program Staf Dinas Luar Negeri Kementerian Luar Negeri RI, peserta Sekolah Dinas Luar Negeri Diplomat Madya (Sesdilu) Angkatan Ke-61 pada tanggal 14-18 Agustus 2018 berangkat ke Kota Belu, Atambua di Nusa Tenggara Timur untuk melakukan community service. Program meliputi bertemu dengan pemerintah daerah dan mengunjungi universitas dan sekolah di kota Belu dan bertemu dengan mahasiswa dan pelajar di kota tersebut.
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu peserta dalam program tersebut, saya merasa sangat beruntung mendapatkan kesempatan untuk berdialog dan berbagi pengalaman dengan generasi muda Atambua. Bersama rekan-rekan peserta Sesdilu 61, saya mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke SMAK Suria dan berdialog dengan salah satu kelas di sekolah tersebut.
Sekolah yang pernah mendapatkan pernghargaan dalam meraih nilai tertinggi untuk kejujuran penyelenggaraan Ujian Nasional ini, terkenal sebagai sekolah berprestasi di Atambua. Karena ini adalah pertama kalinya kami bertemu pelajar di kota perbatasan Indonesia, saya dan rekan-rekan Sesdilu lainnya tidak tahu pengalaman seperti apa yang akan kami dapatkan ketika kami masuk dalam kelas mereka.
Saya dan rekan saya memutuskan untuk memberikan pengenalan singkat mengenai politik luar negeri dan Kementerian Luar Negeri RI. Mengingat infrastruktur yang jauh berbeda dengan sekolah pada umumnya di Jakarta. kami berdua tidak memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi terkait dengan tingkat pemahaman mereka terhadap pengetahuan umum. Di luar dugaan, kami berdua justru mendapatkan ilmu tambahan ketika para pelajar di kelas tersebut menjawab pertanyaan demi pertanyaan kami dan menjelaskan mengenai apa itu politik luar negeri dan sejarah hubungan luar negeri Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kami sungguh dibuat terkagum-kagum ketika pada sesi berikutnya kami meminta perwakilan dari kelas mereka untuk berdiri di depan kelas dan mempromosikan Atambua sebagai destinasi pariwisata pada wisatawan asing. Di luar dugaan para pelajar yang maju ke depan, seluruhnya perempuan, dengan penuh percaya diri berpidato dengan lancar tanpa teks tentang keindahan alam dan keragaman budaya Atambua.
Merekapun tidak ragu untuk terus melanjutkan sesi diskusi kami walau jam istirahat sudah dimulai. Mereka begitu haus ilmu pengetahuan dan begitu antusias untuk menyuarakan pendapat mereka. Di akhir kunjungan kami, saya dan rekan-rekan peserta sesdilu lainnya memiliki penyesalan yang sama: seandainya saja kami dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk mereka dan membantu mereka untuk mencapai apapun yang menjadi impian mereka.
ADVERTISEMENT
Satu hal yang saya akan selalu ingat dan akan saya bawa ketika meninggalkan Atambua adalah pelita harapan bagi masa depan Indonesia ternyata menyala dengan sangat kuat di tepi perbatasan Indonesia. Sungguh cerah masa depan Indonesia, sekiranya semua rakyat Indonesia berbagi antusiasme dan motivasi mereka dalam menuntut ilmu.
Semoga di masa depan kami akan memiliki kesempatan untuk bertemu lagi dengan adik-adik dari Atambua. Sampai bertemu lagi calon-calon diplomat dan pemimpin Indonesia. Sampai bertemu lagi masa depan Indonesia.