Arab Saudi, Perempuan Berkendara, dan Motorsport

Katondio Bayumitra Wedya
Moslem. Author of Arsenal: Sebuah Panggung Kehidupan
Konten dari Pengguna
27 Juni 2018 14:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Katondio Bayumitra Wedya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Arab Saudi, Perempuan Berkendara, dan Motorsport
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Aseel Al-Hamad (Foto: REUTERS/Jean-Paul Pelissier)
Seperti yang kita ketahui bahwa banyak sekali reformasi hukum yang diterapkan oleh Pemerintahan Raja Salman di Arab Saudi. Salah satunya, yang paling menghebohkan, adalah pencabutan larangan mengemudi bagi perempuan pada tanggal 24 Juni 2018 lalu.
ADVERTISEMENT
Hampir 30 tahun lamanya, para perempuan Arab Saudi memperjuangkan hak mereka untuk dapat berkendara sendiri, tanpa supir, tanpa ada seorang mahram yang menyupiri, dan pada tahun 2018 ini, akhirnya mereka memetik buah hasil perjuangan mereka.
Walaupun ada pro dan kontra, tetapi pemberian hak berkendara kepada perempuan di Arab Saudi ini tetap memberikan kebahagiaan tersendiri bagi sebagian besar kaum hawa. Tepat tengah malam, para perempuan Saudi merayakan keputusan tersebut dengan berkendara sambil membunyikan klakson dan musik dari dalam mobil. Kini mereka bisa lebih bebas dan lebih mudah untuk pergi ke mana pun dan kapan pun mereka mau karena dapat berkendara sendiri.
Arab Saudi, Perempuan Berkendara, dan Motorsport (1)
zoom-in-whitePerbesar
Ekspresi Gembira Perempuan Saudi Mengendari Mobil (Foto: REUTERS/Hamad I Mohammed)
ADVERTISEMENT
Sukacita juga terlihat di lintasan balap. Tepatnya di Sirkuit Paul Ricard, Le Castellet, Prancis, hanya selang beberapa jam sebelum start balapan Formula 1 (F1) dimulai, seorang perempuan asal Arab Saudi bernama Aseel Al-Hamad dipersilahkan mengendarai mobil balap jet darat tersebut. Mobil F1 yang ia kendarai adalah Lotus Renault E20. Itu adalah mobil yang digunakan oleh Kimi Raikkonen kala memenangi balapan Grand Prix F1 di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab pada tahun 2012 silam.
"Saya di sini sebagai duta besar negara saya, dan saya harap saya melakukan yang terbaik hari ini. (Ini) adalah cara terbaik untuk memulai sebuah awal baru, era baru," katanya sebagaimana dikutip dari Autosport (24/6/2018).
Aseel Al-Hamad adalah anggota perempuan pertama dari Federasi Motorsport Arab Saudi dan juga bagian dari Komisi Motorsport Perempuan (Women in Motorsport Commission) FIA. Aseel juga perempuan pertama yang mengimpor Ferrari ke Arab Saudi, dan telah membawa 458 Ferrari Spider-nya ke lintasan balap di seluruh dunia untuk mengambil bagian berbagai kegiatan di lintasan, lokakarya dan kursus balap profesional.
Arab Saudi, Perempuan Berkendara, dan Motorsport (2)
zoom-in-whitePerbesar
Aseel Al-Hamad (Foto: REUTERS/Jean-Paul Pelissier)
ADVERTISEMENT
"Saya percaya hari ini bukan hanya merayakan era baru perempuan yang mulai mengemudi, tetapi juga kelahiran (eksistensi) perempuan di motorsport Arab Saudi," ujarnya dikutip dari Reuters (24/6/2018).
"Saya menyukai balap dan motorsport dari usia yang sangat muda dan untuk mengendarai mobil Formula 1, bahkan melampaui impian saya dan apa yang saya pikirkan mungkin. Saya berharap melakukannya (mengendarai mobil F1) pada hari ketika wanita dapat berkendara di jalan di Kerajaan Arab Saudi menunjukkan apa yang dapat Anda lakukan jika Anda memiliki gairah dan semangat untuk bermimpi".
Selama ini, negara Timur Tengah yang lebih sering berkecimpung di dunia balap adalah Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab. Arab Saudi juga nampaknya tak mau kalah dengan negara-negara Timur Tengah tersebut. Kini, mereka sudah mau lebih membuka diri, terbukti dengan diselenggarakannya balapan berskala internasional di sana.
ADVERTISEMENT
Formula E (FE) akan membuka musim balap 2018/2019 mendatang dengan balapan pertamanya di Riyadh, Arab Saudi, sekaligus yang pertama di kawasan Timur Tengah. Rencananya, balapan akan diselenggarakan pada 15 Desember 2018 di Distrik Ad Diriyah.
Arab Saudi, Perempuan Berkendara, dan Motorsport (3)
zoom-in-whitePerbesar
Peresmian Balapan Formula E yang Akan Diselenggarakan di Arab Saudi (Foto: Formula E)
Hal yang membuat Arab Saudi semakin gencar membuka diri terhadap ajang-ajang berskala internasional, dalam hal ini balapan, adalah karena ini merupakan bagian dari realisasi visi Arab Saudi 2030 untuk mendiversifikasi aliran pendapatannya ke berbagai bidang, seperti pariwisata dan mengurangi ketergantungannya pada uang dari ekspor minyak.
"Arab Saudi mencari masa depan dan Formula E adalah motorsport masa depan," kata Pangeran Abdulaziz bin Turki Al Faisal al Saud, Wakil Ketua Otoritas Olahraga Umum Arab Saudi di situs resmi Formula E.
ADVERTISEMENT
"Ini selaras dengan visi negara (Arab Saudi) 2030 dan menawarkan prospek balap kelas dunia di jalan-jalan ibukota untuk pertama kalinya dalam sejarah kami".
Sebelum FE, Riyadh juga sukses menjadi kota pertama di kawasan Timur Tengah yang menggelar ajang Race Of Champions (ROC). Ini adalah kejuaraan yang mengumpulkan jago-jago balap dari berbagai ajang, sebut saja F1, World Rally Championship (WRC), World Endurance Championship (WEC), IndyCar, NASCAR, dan lain sebagainya untuk berkompetisi dengan mobil yang spesifikasinya telah ditentukan. Kejuaraan tersebut diselenggarakan pada 17 Oktober 2017 di Stadion Internasional King Fahd dan dimenangkan oleh mantan pebalap F1, David Coulthard.
Arab Saudi, Perempuan Berkendara, dan Motorsport (4)
zoom-in-whitePerbesar
David Coulthard (dua dari kiri) mengungguli Peter Solberg (dua dari kanan) (Foto: Race Of Champions)
ADVERTISEMENT
Pencabutan larangan mengemudi diyakini akan semakin membuat Arab Saudi dipertimbangkan untuk menjadi destinasi kejuaraan-kejuaraan balap internasional lainnya. Frederik Johnsson, Presiden ROC, memberikan respon positif terhadap keputusan pemerintahan Raja Salman tersebut. Johnsson menyampaikan responnya beberapa bulan sebelum keputusan tersebut benar-benar diresmikan.
"Dengan perempuan dapat mengemudi di Arab Saudi dari (tahun) 2018, kami merasa ini adalah momen yang baik untuk membawa acara motorsport ke Riyadh. Race Of Champions lebih dari sekadar balapan: ini adalah kontes global yang melibatkan banyak pembalap terbaik dunia bersama dengan hiburan berkualitas tinggi untuk keluarga," ujar Frederik Johnsson dikutip dari CircuitProDigital (18/10/2017).
Wacana terkait pencabutan larangan mengemudi bagi perempuan di Arab Saudi sudah lama menyeruak. Pada September 2017, Arab Saudi sudah mengumumkan bahwa akan ada izin mengemudi bagi perempuan. Hal ini juga yang akhirnya menjadi pertimbangan Alejandro Agag, CEO Formula E untuk menyelenggarakan balapan di Arab Saudi karena sebelumnya, banyak pihak yang mengkritisi gelaran Eprix di Riyadh.
ADVERTISEMENT
"Aturan yang membolehkan perempuan untuk mengemudi (di Arab Saudi), yang saya juga pikir adalah simbol dan elemen yang sangat penting dari ini (balapan FE di Arab Saudi)," kata Agag dikutip dari Motorsport (18/5/2018).
Agag memang nampaknya melihat gelaran Eprix di Arab Saudi dari sisi lainnya dengan agak mengenyampingkan isu-isu yang diserukan beberapa pihak terkait perlakukan terhadap pekerja imigran, hak asasi manusia, perlakuan terhadap perempuan (termasuk urusan mengemudi), dan lain sebagainya. Ia melihat balapan di Arab Saudi sebagai potensi yang baik dan menyambut baik terhadap negara-negara yang antusias terhadap pengembangan energi alternatif terbarukan.
"Banyak olahraga lain sudah meningkatkan kehadiran mereka di Arab Saudi dan kami bangga karena mereka telah memilih Formula E dibandingkan kategori balap lain," kata Agag dikutip dari Reuters (17/5/2018).
ADVERTISEMENT
"Sebagian besar negara kini mencari Formula E, terutama Arab Saudi yang berkonsentrasi pada pengembangan teknologi baru, energi terbarukan dan kendaraan listrik."
Pada akhirnya, ini merupakan salah satu langkah Arab Saudi membuka diri kepada dunia. Kerajaan Islam yang semula konservatif, kini lebih terbuka dengan pariwisata dan bisnis-bisnis lain di luar perdagangan minyak. Pencabutan larangan mengemudi bagi perempuan dan masuknya kompetisi balap internasional hanyalah beberapa bentuk usaha realisasi visi negara 2030.